Sejarah Gedung Merdeka Bandung merupakan lokasi berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi antara negara-negara di Benua Asia dan negara-negara di Benua Afrika. Negara-negara tersebut berusaha merumuskan arah gerak politik dari poros baru kekuatan dunia.
Gedung Merdeka yang terletak di Jl. Asia Afrika No. 65 ini sendiri pada awalnya bernama gedung Sociëteit Concordia Bandoeng. Menurut catatan sejarah, gedung ini pernah menjadi lokasi kegiatan sosial, rekreasi, hingga hiburan elit-elit Belanda kala itu.
Bangunan ini awalnya merupakan proyek pemerintahan Hindia Belanda yang ingin memindahkan pusat pemerintahan dari Batavia ke Bandung. Ketika Indonesia merdeka, pemerintah menasionalisasi gedung ini.
Baca Juga: Sejarah Pertempuran Fokkerweg, Perang Dahsyat 3 Hari 3 Malam di Bandung
Inilah Sejarah Gedung Merdeka Bandung
Mengutip dari, “Mengenai Lebih Dekat: Bangunan Bersejarah Indonesia” (2008), Gedung bersejarah yang dinamai Gedung Merdeka ini berada di pusat kota Bandung, Jawa Barat. Tepatnya terletak di Jalan Asia Afrika No. 65 Bandung.
Sejarah bangunan ini sudah bisa dilacak sejak tahun 1895. Pada awalnya gedung ini hanya sekedar bangunan sederhana tempat pertemuan orang-orang Eropa. Nama gedung ini awalnya adalah Societeit Concordia.
Orang-orang Eropa yang tergabung dalam Societeit Concordia ini biasanya menikmati pertemuan dengan duduk bersantai, ngobrol sambil menikmati minuman dan makanan kecil.
Memang sudah sejak lama kawasan Priangan menjadi tempat berkumpulnya orang-orang Eropa, terutama para juragan perkebunan teh.
Kawasan Bandung menjadi tempat rekreasi bagi orang-orang Belanda kala itu. Kondisi Bandung yang mirip dengan iklim di Belanda membuat orang-orang Belanda betah tinggal di Bandung.
Gedung Merdeka atau yang kala itu bernama Gedung Concordia memang sempat berpindah-pindah, sebelum akhirnya pemerintah Hindia Belanda membangunnya secara permanen di lokasi yang ada sekarang.
Selain menjadi tempat pertemuan para elit Eropa yang tergabung dalam Societeit Concordia, pada awal abad ke-20 Gedung Concordia ini juga menjadi lokasi pertunjukan bagi sandiwara, orkes, dan penyanyi dari Eropa.
Banyak pementasan di Gedung Concordia, semata-mata hanya sebagai hiburan bagi orang-orang Belanda.
Tempat KTT Asia Afrika
Mengutip dari situs Museum Asia Afrika, menjelang Konferensi Asia Afrika di Bandung, Gedung Concordia ini berganti nama menjadi Gedung Merdeka pada 7 April 1955.
Gagasan mengenai pergantian nama tersebut berasal Presiden Soekarno, sekaligus melakukan renovasi terhadap bangunannya.
Perbaikan ini memang sudah seharusnya dilakukan. Apalagi mengingat kondisi bangunan kala itu yang memang sempat mengalami kerusakan, terutama pada masa pendudukan Jepang.
Kawasan Bandung juga pada masa revolusi fisik menjadi salah satu tempat pertempuran antara pasukan Indonesia dan pasukan Sekutu.
Pasca pembentukan Konstituante Gedung Merdeka ini pun dijadikan sebagai Gedung Konstituante. Namun, ketika Konstituante dibubarkan melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959, gedung ini kemudian diganti menjadi tempat Badan Perencanaan Nasional (Bapenas)
Gedung ini juga sempat mengalami pergantian nama lainnya yaitu Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada tahun 1960-1971.
Baca Juga: Sejarah Rumah Inggit Garnasih, Saksi Perjuangan Soekarno Menggapai Kemerdekaan Indonesia
Pasca KTT Asia Afrika, Gedung Merdeka Bandung ini menjadi salah satu tempat konferensi hingga berbagai kegiatan internasional lainnya. Seperti Konferensi Mahasiswa Asia-Afrika (1956), Sidang Dewan Setiakawan Rakyat Asia-Afrika(1961), Konferensi Islam Asia-Afrika(1965), Kongres Pertama Organisasi Islam Afrika-Asia(1970), dan beberapa konferensi lainnya.
Berubah Menjadi Museum
Her Suganda dalam, “Wisata Parijs Van Java: Sejarah, Peradaban, Seni, Kuliner, dan Belanja” (2011), pada masa Orde Baru Gedung Merdeka Bandung berganti menjadi Museum Konferensi Asia-Afrika.
Presiden Soeharto meresmikannya menjadi museum pada puncak peringatan Konferensi Asia-Afrika ke-25 di Bandung, 24 April 1980.
Gagasan awal mengenai pendirian museum berawal dari Menteri Luar Negeri, Mochtar Kusumaatmadja S.H., LLM.. Gagasan itu ia usulkan dalam rapat Panitia Peringatan Seperempat Abad Konferensi Asia Afrika.
Dirjen Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri Joop Ave yang menjadi ketua harian panitia bekerja sama dengan Departemen Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan Universitas Padjajaran Bandung merealisasikan gagasan tersebut.
Museum KAA sendiri memiliki beberapa ruangan seperti ruangan pamer tetap, perpustakaan, dan ruang audio visual.
Ruang pamer tetap ini menampilkan berbagai koleksi-koleksi benda tiga dimensi, foto, hingga dokumenter peristiwa di Bandung.
Tak hanya itu, di ruangan ini juga terdapat berbagai foto-foto bersejarah pelaksanaan KAA. Para pengunjung juga bisa menyaksikan diorama berbagai peristiwa KAA pada tahun 1955.
Baca Juga: Sejarah Pertempuran Lengkong Besar, Pasukan Indonesia Lawan Tank Sekutu
Gedung Merdeka Bandung yang sudah berganti menjadi Gedung Museum Asia-Afrika ini juga menjadi sarana edukasi yang menarik, terutama bagi para pengunjung yang ingin mengetahui seluk-beluk sejarah KAA dan gedung tersebut. (Azi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)