Berakhirnya Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada tanggal 24 April 1955, merupakan salah satu momen bersejarah dalam hubungan antara negara-negara Asia dan Afrika.
Baca Juga: Sejarah Indonesia Keluar dari PBB 7 Januari Tahun 1965, Apa Alasannya?
Konferensi yang menandai dukungan serta kerjasama antara negara-negara dunia ketiga ini sekaligus menjadi tanda munculnya kekuatan baru di dunia.
Pasalnya, keadaan pasca Perang Dunia II kala itu justru menghasilkan dualisme kekuatan, yaitu Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet, dan Blok Barat oleh Amerika Serikat.
Konferensi Asia Afrika ini juga menghasilkan sebuah poin-poin penting dalam perdamaian dunia. Poin-poin utama ini dikenal dengan sebutan “Dasasila Bandung”.
Merangkum dari berbagai sumber, tulisan ini akan mengulas lebih jauh tentang berakhirnya Konferensi Asia Afrika dan dicetuskannya Dasasila Bandung.
Sejarah Berakhirnya Konferensi Asia Afrika di Bandung
Konferensi Asia Afrika sebenarnya lahir karena ketegangan yang muncul antara Blok Timur dan Blok Barat kala itu.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi perpolitikan dunia waktu itu memungkinkan untuk terjadinya Perang Dunia III. Melihat kondisi inilah, Indonesia merasa turut berperan dalam meredakan ketegangan.
Mengutip dari “Guide Arsip Konferensi Asia-Afrika tahun 1955” (2012), Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo, menyampaikan tentang politik luar negeri Indonesia di depan DPRS (Dewan Perwakilan Rakyat Sementara) tanggal 25 Agustus 1953.
Baca Juga: Sejarah Rumah Belanda di Indonesia Lengkap dengan Ciri Khasnya
Melalui statemennya, Ali Sastroamidjojo menekankan bahwa keaktifan Indonesia dalam meredakan ketegangan dunia perlu adanya kerjasama dengan negara-negara lain.
Namun, yang perlu dipastikan adalah negara-negara yang bekerjasama merupakan negara yang memiliki kedudukan yang sama dengan Indonesia.
Oleh karena itu, muncul ide peran tersebut harus diambil negara-negara dunia ketiga seperti di kawasan Asia dan Afrika.
Apalagi jika kita pahami negara-negara inilah yang paling terdampak dalam Perang Dingin yang terjadi antara Blok Barat dan Blok Timur.
Konferensi Asia Afrika sendiri dimulai pada tanggal 18 April, sekitar pukul 08.30 WIB di Gedung Merdeka, Bandung.
Negara-negara yang diundang dalam konferensi ini terdiri dari 25 negara di Asia dan Afrika. Penetapan tersebut melalui Konferensi Bogor pada bulan Desember 1954.
Sidang Konferensi Asia Afrika Cukup Menegangkan
Sidang-sidang yang berlangsung selama Konferensi Asia Afrika sebenarnya cukup menegangkan. Sidang yang berlangsung kurang lebih satu minggu ini resmi berakhir pada 24 April 1955.
Sidang hari terakhir membacakan berbagai pernyataan dari panitia. Pernyataan tersebut sebagai hasil dari konferensi Sekretaris Jenderal Konferensi.
Sidang umumnya kemudian memberikan persetujuan terhadap pernyataan-pernyataan tiap panitia. Acara kemudian dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi.
Baca Juga: Sejarah Pemilu di Indonesia Tahun 1955, Konflik Ideologi hingga Saling Ejek PKI dan Masyumi
Sidang pun ditutup dengan pidato oleh Ketua Konferensi yang berisi penutupan dan pernyataan bahwa Konferensi Asia Afrika ditutup.
Konferensi ini sebagai bentuk kritikan pula kepada negara-negara Barat mengenai berbagai kritik penindasan hingga peperangan yang terjadi.
Tak hanya itu, praktek penggunaan senjata nuklir sebagai alat peperangan menjadi kritikan. Terutama terhadap Uni Soviet dan Amerika Serikat yang ketika itu melakukan perlombaan nuklir.
Sejatinya memang konferensi ini adalah bentuk keinginan dari negara-negara Asia dan Afrika yang menginginkan perdamaian, tanpa kotak-kotak kekuatan ideologis.
Tanggapan Amerika
Konferensi Asia Afrika bagi Amerika Serikat sebenarnya dianggap sebagai bentuk anti-kolonialisme. Amerika Serikat menganggap Konferensi Asia Afrika cenderung berpihak pada Komunisme, apalagi ketika itu terdapat delegasi dari China.
Mengutip dari “Indonesia melawan Amerika konflik perang dingin, 1953-1963” (2008). Pemerintahan Eisenhower memandang KAA membahayakan bagi keseimbangan internasional yang sedang terpolarisasi oleh Perang Dingin, dan juga menguntungkan Uni Soviet.
Eisenhower memandang bahwa Konferensi Asia Afrika ini dapat digunakan oleh Uni Soviet dan China dalam menyebarkan ideologi komunisme.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa Konferensi Asia Afrika telah memberikan kelahiran baru terhadap dua blok kekuatan dunia.
Konferensi ini menjadi inisiasi atau bentuk dari kelahiran gerakan non blok yang tidak memiliki keberpihakan kepada salah satu blok kekuatan dunia.
Dicetusnya Dasasila Bandung
Berakhirnya Konferensi Asia Afrika menjadi momen bagi kelahiran kesepakatan negara-negara Asia dan Afrika. Poin-poin utama dalam konferensi tersebut juga dikenal dengan Dasasila Bandung (Sepuluh Prinsip di Bandung).
Mengutip dari buku berjudul “Bung Karno Bapak Proklamator dan Pendiri Bangsa” (2023). Isi Dasasila itu memuat prinsip-prinsip utama seperti kemerdekaan, kedaulatan, kerjasama antar bangsa, perdamaian, dan persamaan.
Baca Juga: Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam, Saksi Bisu Sejarah Indonesia
Hingga kini Konferensi Asia Afrika masih menjadi salah satu pertemuan tingkat tinggi yang bersejarah. Ketika itu Indonesia sebagai salah satu negara yang memberikan gagasan besar bagi perdamaian dunia. (Azi/R3/HR-Online/Editor: Eva)