harapanrakyat.com,- Hari pertama lebaran 2024, arus silaturahmi mendominasi jalan raya di Garut, Jawa Barat. Jalur arteri Garut tepatnya di jalan raya Limbangan Malangbong, sejak Rabu (10/4/2024) terpantau ramai lancar.
Warga Garut mengunjungi sanak saudara yang pulang kampung dan menjadi tradisi tahunan pada momen Idul Fitri. Mayoritas warga Garut melangsungkan lebaran dengan suka cita di kampung halaman dengan berkumpul bersama keluarga.
Jalan raya di Garut pun dipadati dengan warga yang silaturahmi. Jika di kota lain hanya ada 3 arus, yaitu arus mudik, arus balik dan arus wisata. Sementara di Garut, biasanya arus silaturahmi mewarnai hari lebaran pertama dan hari lebaran kedua.
“Seperti biasa, arus silaturahmi mendominasi di hari pertama lebaran. Tiap tahun ya begini, lalu lalang warga ibu kota yang pulang kampung, mereka berkeliling ke sanak saudara untuk saling maaf memaafkan, sehingga arus kendaraan seperti ramai padahal hari lebaran,” kata A Kusdinar, Petugas Dinas Perhubungan Kabupaten Garut yang siaga di Pos Pam Bandrek, Rabu (10/4/2024).
Baca Juga: Hari Lebaran, Puluhan Rumah Warga di Garut Kebanjiran
Arus Silaturahmi Tradisi Unik setiap Lebaran di Garut
Tradisi unik ini tentu merupakan tradisi turun temurun, dimana pepatah Garut mengatakan agar “dulur ulah pareumeun obor” atau kata lain tali saudara jangan sampai padam seperti api obor.
Makna itu masih terjaga kuat, sehingga warga ibu kota asal Garut, kerap berkeliling mengunjungi saudara jauh maupun dekat untuk tetap menjaga silaturahmi.
“Silaturahmi, kuncinya itu. Karena orang tua terdahulu mengajarkan nilai-nilai saling menjaga, saling memaafkan di hari yang fitri ini,” jelasnya.
Pantauan harapanrakyat.com, arus mudik lokal justru dikalahkan oleh ramainya arus silaturahmi, ciri arus silaturahmi yaitu pemudik asal kota ramai-ramai keluar rumah menggunakan kendaraan namun tanpa membawa barang bawaan.
Mereka berpakaian koko (bagi pria) dan gamis (bagi wanita). Masyarakat ini mendatangi tiap saudaranya satu per satu agar bisa saling memaafkan.
“Seperti tahun-tahun sebelumnya keliling ke saudara, saling maaf-maafan. Kemudian ya kadang makan bersama, intinya supaya tak putus silaturahmi,” kata Iyang, pemudik asal Jakarta.
Baca Juga: Hujan Deras Jelang Lebaran, Polisi Imbau Pemudik yang Melintasi Garut Waspada
Momen ini tentu amat penting, lebaran tanpa silaturahmi sepertinya ibarat sayur tanpa garam. Adat orang tua Garut terdahulu memang mengajarkan budaya memaafkan, tanpa harus malu memulainya dari siapa. (Pikpik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)