harapanrakyat.com,- Sebanyak 12 pengelola media lokal dan segmentasi khusus berkumpul di Yogyakarta selama 2 hari, 7-8 Maret 2024. Belasan pengelola media, yakni pendiri media, CEO, pemimpin perusahaan dan redaksi berdiskusi membahas strategi dalam menghadapi tantangan dan peluang bisnis media ke depan.
Baca Juga: Local Media Summit 2022, Pertemuan Media Lokal Terbesar di Indonesia
Media harus mempersiapkan diri untuk keberlangsungan perusahaan. Pertemuan tersebut digelar oleh Suara.com dan juga Internasional Media Support (IMS). Kegiatan dengan tajuk Advance Training for The Media Business Viability ini juga mendapat dukungan dari European Union (EU).
Dewasa ini, dalam mengakses media dan periklanan, masyarakat tidak hanya fokus ke media lokal. Itu terjadi seiring dengan perkembangan teknologi, seperti hadirnya konten kreator dan juga gencarnya media sosial. Tentunya hal tersebut menjadi ancaman bagi keberlangsungan pengelola media lokal.
Banyak cara yang dilakukan agar pengelola media lokal dapat bertahan dan berkembang. Seperti menyiapkan strategi dalam pengelolaan konten berita sesuai kebutuhan pembaca, hingga menyiapkan model bisnis yang sesuai dengan ekosistem media masa kini.
Dalam kegiatan itu, ada dua fasilitator IMS membantu memberikan masukan-masukan. Yakni Dany Young dari Asia Media Business Adviser (Malaysia) dan Emilie Lehmann-Jacobsen dari Asia Program Development Adviser.
Direktur Regional Asia IMS Lars H Bestle mengatakan pertemuan ini sebagai pelatihan tingkat lanjut untuk melatih pengelola media lokal agar dapat melangsungkan bisnisnya. Lars mengaku bangga bisa melaksanakan program ini. IMS dapat berbagai pengetahuan dengan 12 media.
Sementara itu, Suwarjono, Pimred Suara.com menyebut program ini penting ketika media di Indonesia tengah menghadapi tantangan besar. Terutama dalam menentukan nasib keberlangsungan bisnis.
“Yang dihadapi saat ini ada 5 tantangan. Yakni teknologi, distribusi, konten, regulasi dan juga bisnis medis. Tapi tantangan paling signifikan adalah model bisnis,” ucapnya.
Menurutnya, media dengan jumlah tim kecil diuntungkan dan lebih sustain dibanding media besar. Sehingga, media yang hadir saat ini bisa jauh lebih bisa bertahan dan berkembang.
Pengelola Media Lokal Harus Pahami Kebutuhan Audiens dan Pengguna
Program Manajer IMS Indonesia Eva Danayanti menyebut pelatihan ini adalah program 1-2 tahun lalu. Pelatihan ini untuk media yang terpilih. Selain training dua hari ini, ke depan akan ada rangkaian program beberapa bulan ke depan. Seperti sesi coaching spesifik, peluang pendanaan untuk membantu dan mewujudkan ide pengembangan bisnis.
Emilie Lehmann-Jacobsen, pemateri pelatihan, memaparkan mengenai model kebutuhan audiens. Hal tersebut tentunya erat kaitan dengan produksi konten. Antara lain konten yang informatif, konten menginspirasi hingga aplikatif.
Menurutnya, era sekarang media tidak hanya menyajikan informasi up to date. Tapi harus memberikan konten pembeda dari media lain. Dalam kesempatan itu Emilie mengenalkan User Needs Model 2.0. Yakni model yang menyajikan pembagian kebutuhan pengguna. Seperti know atau fact driven, understand, feel dan do atau action.
Rinciannya, media harus memenuhi kebutuhan audiens, memberikan penjelasan, merasakan sesuatu dan memfasilitasi audiens agar melakukan sesuatu.
Peserta yang merupakan pengelola media lokal juga diajak diskusi dan praktik. Seperti mengenagalisis user needs model dari sebuah isu. Kemudian mengidentifikasi medianya masing-masing, kinten terbaik, waktu pembaca paling banyak dan lainnya. Peserta juga harus menganalisa artikel masing-masing mana yang telah memenuhi aspek user needs dan yang potensial.
Mengembangkan Potensi Bisnis Baru
Pada sesi kedua, Dany Young sebagai pemandu melakukan banyak diskusi dengan peserta dengan melakukan praktik analisis.
Para peserta pengelola media lokal ini diarahkan pada ide pengembangan dan potensi bisnis baru. Tentunya berdasarkan analisis dan pemetaan terhadap audiens masing-masing.
Pada kesempatan ini, pengelola media dirangsang memikirkan value dari produk yang dimiliki. Sehingga dapat terlihat potensi pengembangan bisnisnya, yang sebelumnya tidak terlihat.
Seperti contohnya, untuk segmen pembaca baru, baik menurut analisis data pembaca pada website masing-masing atau menurut user’s crowd pada media sosial.
Dany menyebut potensi atau ide pengembangan bisnis itu harus menambah value baru. Tentunya hal itu akan menjadi revenue guna keberlangsungan media itu sendiri.
Hal yang menariknya, ide dari hasil analisis dan diskusi tersebut berpotensi mendapat pendanaan melalui Program Media Innovation Grant dari IMS.
Bagi pengelola media lokal yang terpilih mendapat pendapat dana untuk inovasi bisnisnya, juga akan mendapat pendampingan dalam melaksanakan rencananya. (R9/HR-Online/Editor-Dadang)