harapanrakyat.com,- Rencananya Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) akan menyulap kawasan Lumpur Lapindo menjadi tempat wisata yang mengusung konsep geowisata.
Baca Juga: Jalan Nasional di Pangandaran Ambles dan Retak, Ini Tindakan Kementerian PUPR
Lokasi semburan lumpur panas Lapindo itu berada di Sidoarjo, Jawa Tengah. Semburan lumpur panas akibat pengeboran gas oleh PT Lapindo Jaya pada tahun 2006 silam, mengakibatkan bencana besar dan telah merendam 19 desa.
Kementerian PUPR melalui PPLS (Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo) Ditjen Sumber Daya Air, ingin mengubah kawasan lumpur Sidoarjo atau Lapindo menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi.
Dalam keterangan tertulisnya, Rabu (27/3/2024), Kepala PPLS, T Maksal Saputra, menjelaskan bahwa perhatian pemerintah tidak pernah berkurang. Pengendalian lumpur Sidoarjo tetap menjadi prioritas.
“Meski begitu, namun masyarakat yang terdampak lumpur Lapindo tetap menjadi prioritas pemerintah,” ujarnya.
Anggaran Penanganan dan Rencana Geowisata di Kawasan Lumpur Lapindo
Baca Juga: 9 Hektare Hutan Jati di Sragen Jawa Tengah Hangus Terbakar
Lebih lanjut Maksal Saputra mengatakan, untuk penanganan lumpur Lapindo, Kementerian PUPR sudah menyiapkan anggaran Rp 287 miliar.
Anggaran sebesar itu untuk penanganan lumpur berupa peningkatan tanggul tipe urugan homogen sebagai penahan lumpur sepanjang 11 kilometer.
Sedangkan, bagian puncak tanggul lebarnya mencapai 5 meter. Peningkatan tanggul tersebut per tahun kini sudah mencapai 2 kilometer lebih. Tanggul ini memiliki kapasitas tampung hingga 44.622.788 m2.
Selain itu, anggaran tersebut juga digunakan membangun 20 embung/waduk yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Luas embung mencapai 557,7 hektar (5.557,848 m2).
Maksal Saputra menyebutkan, kawasan lumpur Lapindo yang akan menjadi tempat wisata yaitu wilayah yang sudah terbebas dari endapan lumpur.
Upaya Konservasi dan Edukasi
Adapun tujuan dari rencana Kementerian PUPR mengubah kawasan tersebut menjadi kawasan geowisata yaitu untuk menumbuhkan potensi ekonomi warga setempat.
Pihaknya menilai, pengembangan ekonomi yang dilakukan di daerah sekitar merupakan salah satu upaya konservasi dan edukasi.
Nantinya kawasan lumpur Lapindo yang menjadi geowisata itu terbagi menjadi beberapa zona. Seperti zona anjungan yang menjadi pusat semburan lumpur, zona pemanfaatan lumpur, zona konservasi fauna.
Baca Juga: Objek Wisata Brown Canyon Boyolali Jawa Tengah
Kemudian, zona outbound dan green house, zona museum lumpur Sidoarjo, zona embrio museum, zona sport, zona kolam tampung, zona RTH (Ruang Terbuka Hijau), dan zona RTH perairan. (Eva/R3/HR-Online)