Gedung Kologdam di Bandung, tepatnya di Jalan Aceh, No. 50, merupakan bangunan khas kolonial peninggalan Belanda. Bangunan hasil rancangan Wolff Schoemaker itu adalah tempat diselenggarakannya pameran tahunan Belanda.
Baca Juga: Pasca Proklamasi, Pemuda Revolusioner di Bandung Ambil Alih Aset Penjajah
Pameran tahunan bernama Jaarbeurs menjadi salah satu pusat perekonomian hingga penggerak pariwisata di Kota Bandung kala itu.
Bangunan dengan gaya art deco ini juga kental dengan aliran Amsterdam-nya, sehingga menambah keunikan dari bangunan rancangan arsitek kenamaan Belanda.
Kini bangunan tersebut sudah berganti fungsi menjadi Markas Kodiklat (Komando Pendidikan dan Latihan).
Merangkum dari berbagai sumber, tulisan ini akan mengulas sejarah Kologdam, sebuah gedung tempat pameran tahunan Belanda hingga berubah menjadi markas Kodiklat.
Sejarah Gedung Kologdam di Bandung
Mengutip dari buku “Kota di Djawa Tempo Doeloe” (2017), Gedung Kologdam atau yang dikenal Gedung Jaarbeurs dibangun pada kisaran tahun 1919 hingga 1920. Bangunan ini merupakan hasil karya dari arsitek Belanda C.P. Wolff Schoemaker.
Bangunan tersebut memiliki gaya khas art deco dengan geometris, dan permainan garis horizontal serta vertikal pada bentuk dinding.
Ciri khas lain yang menonjol pada bangunan art deco biasanya adalah pada bentuk jendela dan atap yang sama-sama menggunakan garis geometrik, horizontal, dan vertikal.
Tak hanya itu, pada bangunan bergaya art deco juga sering menggunakan bentuk-bentuk kotak sebagai bentuk awal dari modernisme.
Patung Laki-laki Telanjang
Pada dinding bagian depan atas Gedung Kologdam terlihat tiga patung laki-laki telanjang. Ketiga petung itu melambangkan Atlas yang berwujud setengah manusia dan setengah dewa.
Mitologi yang berasal dari Yunani Kuno menjelaskan bahwa, Atlas mendapat hukuman dengan cara memanggul langit di pundaknya untuk selama-lamanya.
Namun, berbeda halnya Atlas yang ada di Gedung Kologdam, yang mana Atlas hanya mendapatkan hukuman memanggul puncak gedungnya saja.
Jika melihat dari alirannya, bangunan ini dipengaruhi oleh gaya arsitek Frank Lloyd Wright. Sedangkan, patung Atlas dipengaruhi oleh Mazhab Amsterdam.
Memang, gaya bangunan rancangan Wolff Schoemaker ini sangat terpengaruh oleh pengetahuannya sebagai seorang arsitek. Padahal Wolff Schoemaker sendiri sebenarnya lulusan dari akademi militer Belanda.
Namun, ketertarikannya dalam dunia arsitektur membawanya menjadi arsitek handal hingga berkiprah menjadi Rektor THS Bandoeng. Tak hanya itu, selama di Hindia Belanda pun ia banyak merancang bangunan-bangunan Belanda. Terutama bangunan Belanda di daerah Bandung.
Baca Juga: Gua Belanda Bandung, Saksi Bisu Sejarah Zaman Penjajahan
Pameran Tahunan Khas Orang Belanda
Gedung Kologdam pada masa Hindia Belanda menjadi tempat diselenggarakannya agenda tahunan, dan kegiatan-kegiatan Belanda lainnya seperti Jaarbeurs.
Mengutip dari buku berjudul “Jaarbeurs 1920-1941: Media Promosi Industri dan Ekonomi Masyarakat Bandung” (2015). Jaarbeurs merupakan salah satu konsep pelaksanaan Jaarmarkt, atau Pasar Tahunan yang berlangsung di Kota Bandung oleh Pemerintah Hindia Belanda. Biasanya sekitar bulan Juni sampai Juli.
Acara ini merupakan kegiatan penting untuk mempromosikan produk-produk usaha, hingga meningkatkan kunjungan wisata ke Kota Bandung dan kawasan sekitarnya.
Tak hanya itu, Pemerintah Hindia Belanda juga menyediakan berbagai sarana transportasi dan memberikan promo yang berkaitan dengan cara Jaarbeurs. Bahkan, tak jarang pula terdapat paket-paket wisata khusus promosi Jaarbeurs.
Menurut catatannya, Jaarbeurs mulai ada sejak tahun 1920-1941. Setiap tahunnya di Gedung Kologdam ini diselenggarakan pameran untuk memperkenalkan produk-produk kepada para pengunjung. Termasuk kerajinan rakyat hingga hasil industri.
Selain menjadi ajang promosi produk-produk khas Bandung, Jaarbeurs juga menjadi kesempatan bagi hiburan kesenian, hingga atraksi pertunjukan.
Agenda Jaarbeurs ini berjalan sukses dan ramai oleh ratusan ribu pengunjung, baik dari Bandung maupun dari daerah luar Bandung.
Alhasil, konsepan yang sudah berjalan itu pun diadopsi oleh Surabaya dan Batavia, yang juga menyelenggarakan acara bursa tahunan.
Berubah Jadi Markas Kodiklat
Ketika masa pendudukan Jepang, daerah Bandung menjadi salah satu basis militer bagi Jepang kala itu. Termasuk Gedung Kologdam.
Memang tidak ada catatan khusus mengenai nasib gedung ini pada masa pendudukan Jepang.
Namun, melihat pada zaman tersebut Jepang banyak menjadikan gedung-gedung strategis sebagai basis pertahanan mereka. Kemungkinan besar Gedung Kologdam di Bandung juga bernasib serupa.
Ketika Indonesia merdeka, Pemerintah Indonesia pun mengambil alih. Hal ini berkaitan dengan proyek nasionalisasi yang terjadi terhadap fasilitas-fasilitas milik Belanda.
Saat ini Gedung Kologdam di Bandung menjadi Markas Komando Pendidikan dan Pelatihan Komando Daerah Militer III/Siliwangi.
Baca Juga: Eks Bangunan Belanda di Ciamis Ini Masih Berdiri
Gedung ini juga sering menjadi tempat rekomendasi untuk gedung pernikahan karena nuansa gedungnya yang khas colonial, dan menarik bagi para pengunjungnya. (Azi/R3/HR-Online/Editor: Eva)