Sejarah penunjukkan Mayjen Soeharto sebagai Panglima Komando Mandala pada tanggal 11 Januari 1962 seiring dengan pembentukan Komando Mandala. Pembentukan Komando Mandala dengan panglimanya menunjuk Soeharto itu bertujuan untuk membebaskan wilayah Irian Barat.
Baca Juga: Alasan-alasan Selamatnya Soeharto dalam Peristiwa G30S
Komando Mandala sendiri merupakan salah satu tahapan penting dalam Operasi Trikora, yakni operasi pembebasan Papua Barat atau Irian Barat kala itu.
Jika kita lihat sejarahnya, Operasi Trikora pada awalnya sudah melalui tahapan negosiasi, hingga berakhir dengan konsolidasi perebutan Papua bagian Barat.
Kepemimpinan Mayjen Soeharto dalam operasi tersebut cukup sukses, dan membuat namanya menjadi terkenal sebagai salah satu tokoh yang berhasil mengembalikan Papua ke pangkuan Indonesia.
Merangkum dari berbagai sumber, tulisan ini akan mengulas lebih mendalam tentang penunjukkan Mayjen Soeharto sebagai Panglima Komando Mandala.
Sejarah Penunjukkan Mayjen Soeharto Jadi Panglima Komando Mandala
Operasi Trikora
Adi Sudirman dalam buku “Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia, dari Era Klasik sampai Kontemporer” (2019), bahwa Operasi Trikora merupakan Operasi Amfibi terbesar yang pernah dilakukan Tentara Nasional Indonesia.
Operasi yang dilakukan oleh TNI ini mengharuskan pendaratan amfibi di salah satu pantai yang diduduki oleh Belanda.
Petugas Operasi Trikora dilancarkan oleh Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian Barat ke wilayah Indonesia. Wilayah Papua bagian Barat ini sebagai daerah yang belum jelas nasibnya.
Belanda mengklaim bahwa wilayah ini masih menjadi milik dari Kerajaan Belanda. Bahkan, Pemerintah Belanda ingin menjadikannya sebagai negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun 1970-an.
Namun, Indonesia menentang sikap dari Belanda. Tak hanya itu, dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949, kedua belah pihak tidak berhasil mencapai kesepakatan.
Beberapa Poin Penting dalam Operasi Trikora yaitu, gagalkan negara boneka Papua, siapkan diri untuk mobilisasi umum.
Penyampaian operasi Trikora ini dilakukan melalui pidato pada 19 Desember 1961, pukul 09.00 WIB. Ketika itu Soekarno menyampaikan pidatonya di Alun-Alun Utara Yogyakarta.
Penyampaian pidato tersebut dihadiri oleh ratusan ribu rakyat dari Yogyakarta dan daerah-daerah dari luar Yogyakarta.
Mayjen Soeharto Ditunjuk Jadi Panglima
A Kardiyat Wiharyanto dalam buku “Sejarah Indonesia dari Proklamasi sampai Pemilu 2009” (2011), dengan keluarnya Trikora, maka perjuangan fisik pembebasan Irian Barat mulai dilakukan.
Adapun langkah-langkah yang Soeharto tempuh di Indonesia dalam perjuangan fisik ini adalah membentuk Komando Mandala (2 Januari 1962). Kala itu pimpinan Mayor Jenderal Soeharto dengan markas besarnya di Makassar.
Baca Juga: Menguak Kekayaan Presiden RI ke-2 Soeharto, Pernah Masuk Daftar Orang Terkaya di Dunia
Kemudian, membentuk Provinsi Irian Barat dengan Ibu Kota di Soasiu (Halmahera). Hal ini untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Irian Barat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Republik Indonesia.
Sejarah penunjukkan Soeharto yang kala itu masih berpangkat Brigjen. Pasca penunjukkan pada 11 Januari 1962 silam itu pangkatnya naik satu, yaitu menjadi Mayjen. Upacara kenaikan pangkatnya sendiri berlangsung pada 13 Januari 1962 di Istana Bogor.
Berpengalaman dalam Medan Pertempuran
Mayjen Soeharto sebagai salah satu orang yang berpengalaman dalam medan pertempuran kala itu. Ia pernah masuk KNIL pada tahun 1940. Tak hanya itu, ketika masa pendudukan Jepang, ia pun berpartisipasi sebagai tentara PETA.
Beberapa jabatan yang pernah ia terima adalah Shodanco (Komandan Peleton), dan Chudancho (Komandan Kompi). Selain itu, ketika terjadinya pemberontakan PETA di Blitar, ia pun menjadi Komandan Batalyon dan Komandan Resimen.
Selama masa-masa perang kemerdekaan pun Soeharto sebagai salah satu komandan militer yang sangat sulit untuk dibunuh oleh Belanda.
Bahkan, terdapat beberapa pihak yang menyatakan bahwa Belanda sebenarnya takut dengan perlawanan-perlawanan Soeharto.
Melihat sikap Indonesia ini, Belanda juga berusaha melakukan upaya untuk memperkuat pendudukannya di Papua. Salah satunya adalah dengan mengirimkan kapal induk Karel Doorman.
Menyusup ke Pedalaman Papua Barat
Upaya-upaya pengamanan pun rutin Soeharto lakukan. Bahkan, ketika itu Indonesia dan Belanda sempat mengalami pertempurani laut yang kita kenal juga dengan Pertempuran Laut Aru.
Untuk memuluskan Operasi Trikora, Mayjen Soeharto melakukan penyusupan ke pedalaman Papua Barat. Pihak Indonesia juga melakukan upaya penerbangan-penerbangan di malam hari untuk menembus pertahanan Belanda.
Operasi penembusan Papua ini berlangsung dengan cara menerjunkan pasukan terjun payung Indonesia di daerah-daerah hutan dan rawa-rawa. Hal inilah yang membuat Belanda menjadi sulit untuk mendeteksinya.
Operasi Trikora ini cukup sukses. Karena pasca Operasi Trikora, kawasan Papua bagian Barat pun resmi menjadi bagian dari wilayah Indonesia.
Nama Soeharto Semakin Dikenal
Operasi Trikora yang cukup berhasil itu menjadi momen suksesi penting Mayjen Soeharto. Banyak orang semakin mengenal Soeharto.
Memang peran Mayjen Soeharto selama Operasi Trikora sebagai Panglima bukanlah hal yang mudah. Beliau bertanggung jawab terhadap berbagai urusan dan keperluan operasi, mulai dari perencanaan hingga berjalannya operasi tersebut.
Apalagi jika kita lihat perannya mengembalikan wilayah Papua ke dalam pangkuan Indonesia bukanlah perkara yang mudah. Terlebih konflik itu terjadi antara Indonesia dan Belanda.
Tidak bisa dipungkiri ketika itu Indonesia bisa dikatakan masih memiliki ketertinggalan di bidang persenjataan. Walaupun jika kita bandingkan dengan masa-masa sebelumnya sudah jauh lebih baik.
Banyak pihak di Indonesia yang menyambut baik keberhasilan operasi pembebasan Irian Barat. Presiden Soekarno pun menggagas pendirian Tugu Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng Jakarta.
Baca juga: Objek Wisata Gua Maria Sandurun Sanggaria Yaner Fowor Keerom Papua
Dalam sejarah penunjukkan Mayjen Soeharto sebagai Panglima Komando Mandala bersama tokoh-tokoh Trikora, kemudian berinisiatif mendirikan Yayasan Trikora. Pendiriannya bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 1963. (Azi/R3/HR-Online/Editor: Eva)