Sejarah pariwisata di Indonesia yang dimulai sejak tahun 1910 (masa kolonial Belanda), terus mengalami perkembangan, hingga terbentuknya lembaga kepariwisataan yang bertugas mengelola sektor pariwisata.
Mengutip dari laman sejarah.kemenparekraf.go.id, pengelolaan bidang pariwisata di Indonesia mulai masuk struktur pemerintahan itu tahun 1959 dalam Kabinet Kerja Soekarno.
Kala itu sektor pariwisata ini berada di bawah naungan Kementerian Muda Perhubungan Darat, Telegraf, Pos dan Telepon, pimpinan Menteri Djatikusumo yang menjabat hingga tahun 1963.
Seiring berjalannya waktu, industri pariwisata di Indonesia perlahan tapi mulai mengalami perkembangan. Jumlah wisatawan asing/mancanegara yang berlibur ke Tanah Air pun terus tumbuh.
Ketika jumlah kunjungan turis mancanegara ke Indonesia mencapai 86 ribu orang pada tahun 1969, Presiden Soeharto kemudian menerbitkan Inpres (Instruksi Presiden) RI Nomor 9 tentang Pengembangan Kepariwisataan Nasional.
Dalam sejarah Indonesia, Instruksi Presiden ini sekaligus menandai mulainya pengembangan sektor pariwisata di Indonesia secara formal.
Sejarah Pariwisata di Indonesia Masa Kolonial Belanda
Kegiatan wisata di Indonesia pertama kali menunjukan aktivitasnya pada zaman kolonial Belanda, yaitu tahun 1910-1920. Hal itu setelah Gubernur Jenderal Belanda mengeluarkan keputusan bernama Vereeneging Touristen Verker (VTV).
Baca Juga: Kebiasaan Unik Orang Indonesia, Budaya Indis Pengaruhi Gaya Hidup
Seiring dengan keputusan tersebut maka dibukalah aktivitas wisata ke Hindia Belanda (sekarang Indonesia).
Pada awalnya kebijakan Gubernur Jenderal Belanda itu dibuat atas meningkatnya aktivitas perdagangan antara negara-negara Asia dengan Eropa.
Mereka gunakan lautan Hindia sebagai jalur yang sering dilalui orang-orang asing dengan berbagai kepentingan berbeda-beda, sesuai keperluannya masing-masing. Salah satunya perdagangan.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, banyak orang Eropa berkunjung ke Indonesia, meskipun hanya melakukan transaksi perdagangan. Tetapi mereka juga ingin berwisata ke sejumlah tempat di Indonesia.
Peran Organisasi Turis dalam Perkembangan Pariwisata Indonesia
Dalam bukunya Bungaran Antonius Simanjuntak, dkk dengan judul “Sejarah Pariwisata Menuju Perkembangan Pariwisata Indonesia” (2017:14), organisasi turis di Indonesia telah menerbitkan Guide Book bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung.
Dalam buku itu menyebutkan bahwa, organisasi turis VTV pada tahun 1913 menerbitkan buku panduan wisata untuk wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.
Baca Juga: Pariwisata Indonesia Mogok Akibat PD II, Bangkit Karena Bom Hiroshima
Dalam buku itu direkomendasikan beberapa tempat wisata di Indonesia. Dari mulai tempat wisata di daerah Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lombok, Bali, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Sulawesi.
Kemudian, surat kabar mingguan Java Tourist Guide pada tahun 1923 juga memuat berbagai panduan layanan akomodasi yang pemerintah kolonial sediakan bagi turis asing selama wisata di Indonesia.
Surat kabar itu menjadi bagian dari mulainya sejarah pariwisata di Indonesia. Dalam surat kabar tersebut memuat artikel berjudul Express Train Service, serta artikel mengenai pelayanan hotel “Who-Where-When to Hotels”.
Pemerintah Kolonial Mulai Serius Perhatikan Sektor Pariwisata
Pada tahun 1923, pemerintah kolonial Belanda mulai serius memperhatikan pariwisata di Indonesia, seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan asal Eropa yang cukup tajam.
Karena itulah, pemerintah kolonial berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada para wisatawan mancanegara yang sedang berwisata. Termasuk dalam segi akomodasi transportasi.
Pada tahun 1926 pemerintah mendirikan travel agent bernama Lis Lind (Linsone Linderman) di Batavia, dan pusatnya di Belanda. Di Indonesia agen travel ini bernama NI Tours (Netherlands Indische Touristen Burean).
Selain agen wisata, pemerintah kolonial Belanda juga menerbitkan majalah bernama Tourism untuk mempromosikan tempat-tempat wisata di Indonesia kepada masyarakat dunia, khususnya Eropa.
Baca Juga: Sejarah Kelahiran Ilmu Pariwisata di Indonesia 1993
Majalah tersebut menjadi bagian penting dalam sejarah pariwisata di Indonesia, yang mana temanya mengangkat promosi wisata.
Zaman Kolonial Pariwisata Indonesia Terbatas dan Diskriminatif
Mengutip dari sumber yang sama, bahwa pada zaman penjajahan Belanda, aktivitas kepariwisataan di Indonesia terbatas hanya untuk kalangan orang-orang berkulit putih. NI Tour kala itu memegang monopoli usaha bidang pariwisata.
Meski kunjungan wisatawan sangat terbatas, namun di beberapa kota di Hindia Belanda saat itu sudah berdiri hotel sebagai fasilitas akomodasi bagi para wisatawan yang berkunjung.
Sejarah pariwisata di Indonesia pun mencatat bahwa sejak berkecamuk perang revolusi, aktivitas pariwisata di Indonesia mengalami penurunan.
Orang-orang tidak ingin melakukan perjalanan wisata ke Indonesia. Perang revolusi tentunya sangat berdampak terhadap kemajuan pariwisata.
Kala itu banyak obyek wisata yang terbengkalai, sejumlah ruas jalan rusak.Aksi pengeboman jembatan-jembatan terjadi, hal itu sebagai upaya menghalangi masuknya musuh ke suatu daerah.
Semua itu menyebabkan aktivitas perhotelan begitu menyedihkan. Saat pendudukan Jepang, banyak hotel diambil alih pemerintah Jepang. Mereka menjadikannya sebagai markas, asrama para perwira Jepang, serta rumah sakit.
Geliat Sektor Pariwisata
Setelah perang revolusi selesai, sekitar tahun 1950-an sektor pariwisata ditangan pemerintah Indonesia meningkat tajam.
Kemudian, sebelum tahun 1983, sektor pariwisata di Indonesia mulai dikelola oleh direktorat di bawah naungan departemen atau kementerian yang mengurus perhubungan. Saat itu Achmad Tahir yang menjabat sebagai menterinya dari tahun 1983-1988.
Kemudian, pada tahun 1988-1993, Soesilo Soedarman menduduki jabatan menteri di Departemen Pariwisata.
Ia memiliki program unggulan sekaligus mencanangkan terobosan promosi pariwisata Indonesia ke luar negeri melalui “Visit Indonesia Year” pada tahun 1991.
Program unggulan lainnya yang masih berguna hingga sekarang melalui Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (Menparpostel) tahun 1989 yaitu “Sapta Pesona”. Geliat pariwisata di Indonesia pun terus berlanjut dari masa ke masa.
Pada tahun 2011, yaitu masa Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Kementerian Pos dan Telekomunikasi berubah menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Kemudian, pada era Kabinet Indonesia Maju Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kementerian Pariwisata pun kembali mengurusi ekonomi kreatif.
Sekitar pertengahan tahun 2020, Kemenparekraf pimpinan Wishnutama Kusubandio sebagai menterinya, memperkenalkan program CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability).
Program tersebut merupakan faktor penting dalam pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif supaya lebih berkelanjutan.
Itulah ulasan mengenai sejarah pariwisata di Indonesia dan perkembangannya sejak masa kolonial Belanda sekitar tahun 1910 hingga tahun 2020. Semoga bermanfaat! (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)