Kebiasaan unik orang Indonesia tak lepas dari pengaruh budaya Indis. Kehadiran orang Belanda di Indonesia menjadi penguasa selama ratusan tahun banyak memengaruhi aspek kehidupan masyarakat pribumi. Termasuk segi budaya dan hasil-hasilnya.
Kajian pustaka “Sejarah Kebudayaan Indis” oleh Y Harida Putra (2016) dalam E-Journal Universitas Atma Jaya Yogyakarta, bahwa percampuran budaya Belanda dengan budaya masyarakat pribumi (Indonesia) meliputi semua aspek 7 unsur universal budaya.
Hal tersebut menimbulkan budaya baru dan mendapat dukungan dari kelompok masyarakat pribumi. Percampuran budaya Belanda dan budaya lokal ini disebut budaya Indis, yang kemudian memengaruhi gaya hidup masyarakat Indonesia (Hindia Belanda kala itu).
Dari percampuran budaya itulah kemudian terbentuk kebiasaan unik orang Indonesia yang eksis hingga sekarang.
Lantas, bagaimana proses terjadinya percampuran budaya tersebut, dan apa saja kebiasaan-kebiasaan uniknya itu? Langsung saja simak penjelasan berikut ini!
Beragam Kebiasaan Unik Orang Indonesia
Berbagai kebiasaan unik itu berawal dari terjadinya perkawinan silang orang pribumi dengan Belanda. Orang-orang Belanda dengan jangka waktu yang begitu lama tinggal di Hindia (Indonesia sekarang), kemudian mereka mengubah cara berpikir orang Indonesia asli (pribumi).
Baca Juga: Sejarah Villa Isola di Kota Bandung, Dibangun Zaman Belanda Kini Jadi Gedung Rektorat UPI
Kala itu orang pribumi sudah bergaul akrab dengan orang Belanda. Hal itu bisa terlihat dari beberapa kegiatan, seperti dalam perdagangan atau jual beli barang.
Begitu pula dalam kegiatan sosial, yang mana kebiasaan orang Belanda sering dilakukan kepada masyarakat pribumi. Karena itulah budaya Belanda muncul secara alamiah menjadi kebiasaan unik orang Indonesia.
Hal itu pun terjadi lantaran orang Belanda sangat menaruh simpatik kepada masyarakat pribumi yang cenderung gampang manut atau dapat dengan mudah mereka kendalikan.
Pembukaan Jalur Terusan Suez
Sejak orang-orang Belanda sering mengunjungi dan mengeksplorasi Hindia, pada tahun 1870 dibuka jalur emas atau disebut juga “Pembukaan Jalur Terusan Suez.
Dengan adanya jalur tersebut maka jarak antara Hindia (Indonesia) dengan Belanda pun semakin dekat. Maka tak heran banyak orang Belanda yang merasa penasaran dengan cerita negeri Hindia.
Mereka pun kemudian ikut menyeberang, dan ketika tiba di Indonesia dalam kondisi yang haus akan kebutuhan biologis.
Baca Juga: Sejarah Gundik di Jawa Barat, Wanita Simpanan Belanda dari Golongan Buruh Perkebunan
Mengapa hal itu bisa terjadi? Djoko Soekiman dalam buku berjudul “Kebudayaan Indis: dari Zaman Kompeni sampai Revolusi”, bahwa hal tersebut bisa terjadi akibat pembatasan kaum perempuan Belanda ikut ke Hindia.
Bagi kaum laki-laki yang telah beristri maupun belum menikah dan mendapat tugas ke Hindia harus rela pergi tanpa membawa istrinya atau kekasihnya.
Karena itulah banyak kaum laki-laki Belanda yang kemudian menikahi wanita pribumi sebagai istri simpanannya. Wanita pribumi yang mereka jadikan istri simpanan ini disebut Nyai.
Awal mula munculnya kebiasaan unik orang Indonesia ini dari hasil perkawinan silang yang mengadopsi gaya hidup atau budaya orang Belanda.
Banyaknya perkawinan silang menyebabkan terjadinya ledakan penduduk di negeri Hindia. Bahkan kian berkembang hingga mengubah gaya hidup atau budaya Indonesia.
Dari hasil perkawinan silang tersebut juga memunculkan etnis kelompok masyarakat baru. Etnis ini di kemudian hari sering mendapatkan diskriminasi lantaran status bangsanya tidak dianggap.
Sejumlah catatan sejarah menyebutkan bahwa mereka yang lahir dari hasil perkawinan silang sering disebut “Orang Indo” atau “Orang Indis”.
Lahirnya etnis baru menyebabkan percampuran antara dua budaya yang memiliki perbedaan namun saling menyesuaikan. Akhirnya kebiasaan orang-orang Jawa campur dengan budaya Belanda.
Dari situlah lahir sejumlah kebiasaan unik orang Indonesia. Pada masa Kolonial kebiasaan itu dianggap aneh, bahkan sampai sekarang. Lantas, apa saja yang menjadi kebiasaan unik itu?
Baca Juga: Jamuan ala Hindia Belanda yang Hampir Dilupakan Masyarakat Indonesia
Menyalakan Petasan
Fakta dari kebiasaan unik itu menarik perhatian, seperti halnya menyalakan petasan saat momen-momen tertentu. Biasanya ketika bulan Ramadhan dan Lebaran, atau momen lainnya.
Itu merupakan salah satu yang sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia yang berasal dari budaya Kolonial Belanda.
Djoko Soekiman dalam buku berjudul “Kebudayaan Indis (2014:126), menyebutkan bahwa menyalakan petasan merupakan salah satu kebiasaan orang Belanda saat merayakan momen-momen tertentu, seperti saat upacara pernikahan.
Upacara Memorial Peringatan Hari Kematian
Sejumlah orang di Indonesia biasanya menggelar baca doa bersama, dalam muslim kita kenal dengan sebutan tahlil. Baca doa atau tahlil ini untuk memperingati hari kematian.
Usai berdoa tuan rumah biasanya membagikan sejumlah bingkisan kepada para tamu yang telah mendoakan arwah orang yang meninggal.
Ternyata kebiasaan ini sudah ada semenjak orang-orang Belanda tinggal di Indonesia. Tentunya hal ini menjadi salah satu kebiasaan unik orang Indonesia hingga sekarang.
Kebiasaan unik tersebut mengadopsi dari budaya orang-orang Belanda, lantaran kebiasaan ini sebetulnya bukanlah budaya Islam.
Seperti kita ketahui bahwa membagikan bingkisan berupa cinderamata piring berbahan keramik dengan menuliskan nama berikut tanggal lahir, serta tanggal meninggal seseorang. Sampai sekarang orang Indonesia lebih banyak meniru .
Penamaan Jalan Menyerap Bahasa Belanda
Ada juga kebiasaan unik orang Indonesia lainnya, yang mana mereka melakukan atau mengerjakan sesuatu di atas meja.
Bahkan ada pula kebiasaan yang lebih unik, seperti penyebutan suatu nama perkampungan di DIY Yogyakarta. Dan ternyata kebiasaan ini menyerap dari bahasa Belanda.
Seperti di Yogyakarta ada nama kampung atau jalan Kleringan (sebelah Timur Stasiun Tugu). Djoko Soekiman (2014: 172), menyebutkan bahwa nama itu menyerap dari nama seorang Belanda, yaitu Tuan Klirens.
Kemudian, terdapat juga nama Godean (sekitar 6 Km bagian Utara Kota Yogyakarta). Ini berasal dari nama seorang tuan tanah sekaligus pemilik sebuah pabrik gula yang ada di kampung tersebut. Tuan tanah tersebut bernama “Goude”.
Penyebutan nama untuk jalan juga termasuk kebiasaan unik orang Indonesia karena sering punya makna historis. Bahkan terkadang tercipta secara tidak sengaja.
Selain itu, sebutan tersebut muncul karena kebiasaan masyarakat pribumi secara turun temurun dan alamiah, yang kemudian jadilah nama sebuah kampung atau jalan.
Masih nama kampung di Yogyakarta, yaitu Kampung Ledok dan Ratmakan yang lokasinya belakang Pasar Beringharjo. Penamaan tersebut karena dulunya terdapat apotek Rathkamp milik seorang Belanda.
Ada juga kampung bernama Klitren (koelieterein) atau kuli kereta api dari bahasa Belanda. Perkampungan ini berdekatan dengan lingkungan Stasiun Lempuyangan.
Itulah sejarah mengenai kebiasaan unik orang Indonesia yang menyerap dari budaya Belanda. Penting untuk Anda ketahui sebagai pengetahuan seputar sejarah masa kolonialisme di Indonesia. (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)