Cara stock split saham dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang harga sahamnya meningkat secara signifikan. Meskipun jumlah saham beredar bertambah dan harga per saham menurun, kapitalisasi pasar (dan nilai perusahaan) tidak berubah. Akibatnya, pemecahan saham membantu membuat saham lebih terjangkau bagi investor kecil dan memberikan daya jual dan likuiditas yang lebih besar di pasar.
Baca Juga: Cara Mengetahui Saham Murah atau Mahal dengan Beberapa Indikator
Cara Stock Split Saham dan Definisinya
Menurut sumber Investopedia, stock split adalah tindakan dari perusahaan, seperti yang telah go public dan tercatat di Bursa Efek Jakarta, yang membagi sahamnya menjadi beberapa saham baru.
Dengan kata sederhana, stock split adalah proses pemecahan nilai saham menjadi nominal yang lebih kecil. Sebelum melaksanakan stock split, perusahaan wajib meminta izin terlebih dahulu kepada pemegang saham melalui rapat pemegang saham.
Setelah mendapatkan persetujuan, perusahaan dapat segera melaksanakan stock split. Sebagaimana laporan CNBC Indonesia, salah satu tujuan utama stock split adalah untuk menurunkan harga saham.
Dengan demikian, para investor memiliki kesempatan untuk membeli saham dengan harga yang lebih terjangkau, yang pada gilirannya dapat meningkatkan likuiditas saham tersebut.
Sebagai contoh, jika suatu perusahaan memiliki saham seharga Rp 20.000 per saham, dan mereka ingin menarik minat investor dengan membuat saham lebih terjangkau, mereka dapat melaksanakan stock split dengan rasio 1:5. Akibatnya, harga per saham menjadi hanya Rp 4.000.
Dengan harga saham yang lebih terjangkau, harapannya dapat menarik minat investor. Karena umumnya investor cenderung lebih tertarik untuk membeli saham dengan harga yang lebih rendah.
Tujuan Stock Split
Tujuan dari melakukan cara stock split saham oleh emiten dapat kita uraikan menjadi dua:
1. Membuat Harga Saham Lebih Terjangkau
Salah satu motivasi utama di balik pemecahan saham oleh emiten adalah keinginan untuk membuat harga sahamnya lebih terjangkau, khususnya bagi investor ritel. Sebagai contoh, jika harga saham HMSP tetap berada di sekitar Rp 92.500, butuh modal hampir Rp 10 juta untuk membeli 1 lot saham HMSP.
Namun, dengan melakukan pemecahan nilai dan mengurangi harga per saham, seperti yang terjadi saat ini sekitar Rp 3.700 atau bahkan Rp 1.000, investor dapat memperoleh 1 lot saham HMSP hanya dengan menggunakan uang sebesar Rp 100 ribu.
2. Meningkatkan Likuiditas Saham
Dengan menurunkan harga saham, emiten berupaya membuat sahamnya lebih menarik bagi berbagai kalangan investor. Termasuk mahasiswa, ibu rumah tangga, pegawai kantoran, PNS, dan pedagang.
Dampak positif dari peningkatan daya beli ini adalah peningkatan likuiditas saham. Di mana saham tersebut menjadi lebih aktif diperdagangkan karena volume transaksi yang lebih besar.
Untung Rugi Stock Split
Cara stock split saham dapat memberikan dampak yang signifikan bagi emiten dan pemegang saham atau investor. Dampak ini dapat bersifat positif maupun negatif, tergantung pada perspektif yang diambil.
Bagi emiten atau perusahaan, pemecahan ini memiliki dampak positif, yaitu membuat saham menjadi lebih likuid, memudahkan proses jual beli. Ini membuatnya terjangkau bagi investor ritel. Selain itu, kapitalisasi pasar perusahaan tetap stabil mengindikasikan stabilitas dan daya tarik perusahaan di pasar.
Di sisi investor, pemecahan nilai ini memberikan keuntungan berupa kemampuan memiliki saham dengan jumlah lebih banyak. Potensi keuntungan juga meningkat karena aksi stock split mendorong pergerakan harga saham menjadi lebih dinamis. Terutama jika didukung oleh kinerja perusahaan yang baik dan fundamental yang kuat.
Baca Juga: Pembagian Dividen Saham, Hasil Keuntungan Investasi
Namun, terdapat juga dampak negatif bagi pemegang saham. Karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak, dividen yield yang diterima oleh setiap saham menjadi lebih kecil. Hal ini dapat menjadi perhatian khususnya bagi investor baru yang memasuki pasar.
Perlu investor ingat bahwa meskipun cara stock split dapat memberikan beberapa keuntungan, tidak ada jaminan bahwa aksi ini akan secara langsung meningkatkan minat investor. Karena hal tersebut tetap tergantung pada kinerja keseluruhan perusahaan.
Contoh
Contoh stock split melibatkan Emiten A, yang melakukan pemecahan saham dengan rasio 1:5. Sebelumnya, harga saham per lembar sebesar Rp 20.000, namun setelah stock split, harganya menjadi Rp 4.000 per lembar.
Selain itu, jumlah lot saham juga mengalami peningkatan menjadi 5 kali lebih besar. Sebagai ilustrasi, jika awalnya seseorang memiliki 1 lot saham, setelah pemecahan, jumlahnya menjadi 5 lot saham.
Sebagai contoh cara stock split saham perusahaan yang melakukan stock split, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) menjalankan stock split dengan rasio 1:5 pada tahun 2020. Sebelum stock split, harga saham UNVR per lembar adalah Rp 42.000, namun setelah stock split, harganya menjadi Rp 8.400 per lembar. Pada tanggal 29 September 2021, harga saham UNVR mencapai Rp 3.920 per lembar.
Perusahaan lain yang juga mengadakan stock split adalah PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) pada tahun 2016, dengan rasio 1:25. Sebelum stock split, harga saham HMSP per lembar adalah Rp 92.500, tetapi setelah stock split, harganya turun menjadi Rp 3.700 per lembar. Pada tanggal 29 September 2021, harga saham HMSP mencapai Rp 1.005 per lembar.
Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melaksanakan stock split dengan rasio 1:2 pada tahun 2017. Sebelum pemecahan, harga saham BMRI berada dalam kisaran Rp 13.200 per lembar. Namun setelah pemecahan nilai, harganya menjadi sekitar Rp 6.000 per lembar pada tanggal 29 September 2021.
Baca Juga: Perbedaan Reksadana dan Saham, Pahami Sebelum Berinvestasi
Dengan demikian, cara stock split saham ini adalah untuk meningkatkan jumlah lembar saham dalam kondisi harga yang tinggi dapat berkontribusi pada pertumbuhan perusahaan. Dalam skenario ini, perusahaan akan mengalami perkembangan yang sejalan dengan peningkatan nilai sahamnya. (R10/HR-Online)