harapanrakyat.com – Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Lampung Selatan, kembali erupsi pada Senin (4/12/2023) pagi. Kolom abu vulkanik mencapai ketinggian sekitar 1500 meter dari puncak gunung atau sekitar 1657 meter dari permukaan laut.
Menurut laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), erupsi terjadi pada pukul 09.56 WIB. Erupsi ini tercatat di seismograf dengan amplitudo 70 milimeter dan berlangsung selama kurang lebih 43 detik.
Kolom abu yang telah terlihat berwarna hitam dan tebal miring ke arah barat laut.
Baca Juga : Gunung Marapi di Sumatera Barat Erupsi, 11 Pendaki Meninggal
Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau di Hargo Pancuran, Rajabasa, Lampung Selatan, Andi Suardi mengatakan, Pulau Sebesi yang berjarak 16,5 kilometer adalah tempat tinggal terdekat dengan Gunung Anak Krakatau.
Andi menyarankan masyarakat, nelayan, dan pendaki gunung menjauhi kawasan Gunung Anak Krakatau dalam radius lima kilometer.
“Gunung Anak Krakatau berstatus Siaga III. Jadi saat ini sehingga masyarakat, nelayan, dan pendaki gunung, kami imbau tidak mendekati gunung itu dalam radius lima kilometer,” katanya.
Riko, salah seorang warga desa Pulau Sebesi yang dekat dengan Gunung Anak Krakatau mengatakan, ia dan warga lainnya merasa ketakutan dengan suara ledakan dari erupsi Gunung Anak Krakatau.
“Gunung Anak Krakatau suara ledakannya terdengar hingga Pulau Sebesi. Masyarakat sini tetap siaga,” ujarnya.
Gunung Anak Krakatau ini telah meletus sebanyak 12 kali sejak tanggal 2 sampai 4 Desember 2023.
Catatan Singkat Erupsi Gunung Anak Krakatau
Gunung Anak Krakatau adalah gunung berapi yang terbentuk dari letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883. Gunung ini terus tumbuh dan aktif hingga sekarang.
Pada tahun 2018, Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi besar yang menyebabkan longsor bawah laut dan tsunami yang menewaskan ratusan orang di Lampung dan Banten.
Baca Juga : Gunung Api Dukono Halmahera Utara Erupsi, Wilayah Ini Terpapar Abu Vulkanik
Erupsi Gunung Anak Krakatau dapat mempengaruhi iklim dan lingkungan di sekitarnya. Abu vulkanik dapat mengganggu penerbangan, kesehatan, dan pertanian. Erupsi juga dapat memicu bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan gelombang pasang.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau selalu waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau. (Revi/R13/HR Online/Editor-Ecep)