Villa Isola di Kota Bandung, Jawa Barat, merupakan salah satu bangunan unik peninggalan Belanda yang menarik untuk ditelisik sejarahnya. Gedung Villa Isola sendiri dibangun oleh seorang hartawan Belanda.
Bangunan yang memiliki gaya art-deco ini terletak di Kota Bandung bagian Utara, tepatnya di Jalan Dr. Setiabudhi, No 229, Kecamatan Sukasari, dan memiliki pemandangan yang cukup unik.
Penggunaan gedung ini pun sempat mengalami beberapa kali perubahan. Mengingat kondisi Indonesia waktu itu yang mengalami berbagai pergantian kekuasaan.
Ketika Indonesia merdeka, Jepang juga pernah menguasai Vila Isola. Kini, Villa Isola berubah menjadi gedung Rektorat Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Merangkum dari berbagai sumber, berikut ini sejarah singkat Villa Isola milik hartawan Belanda hingga jadi gedung Rektorat UPI.
Sejarah Villa Isola di Kota Bandung
Villa Isola merupakan bangunan yang memiliki gaya art-deco. Bangunan ini mulai berdiri sejak Oktober 1932, dan selesai pada bulan Maret 1933.
Her Suganda dalam buku berjudul “Wisata Paris van Java: Sejarah, Peradaban, Seni, Kuliner, dan Belanja”(2011), pembangunan Villa Isola menghabiskan biaya hingga 500 ribu Gulden atau kalau hitungan zaman sekarang sekitar Rp 250 miliar.
Baca Juga: Negara Paling Bahagia di Dunia, Finlandia Peringkat Pertama, Indonesia?
Pembangunan Villa Isola ini merupakan bentuk kasih sayang kepada istri tercinta. Perlengkapan interior hingga lampu-lampu hias yang ada di Villa Isola didatangkan langsung dari Paris dan Italia.
Bagian atap dari Villa Isola berbentuk datar, sehingga membuat setiap orang yang naik ke atasnya bisa melihat ke berbagai penjuru arah.
Ketika melihat ke Utara akan tampak Gunung Tangkuban Perahu dan gunung-gunung lain. Jika melihat ke Selatan akan terlihat kota Bandung.
Ketika pemilik Villa Isola meninggal, villa ini pun berubah fungsi menjadi hotel. Tak hanya itu, gedung tersebut juga pernah menjadi markas pertahanan Belanda untuk kota Bandung. Waktu itu dipimpin oleh Mayjen Pesman ketika menghadapi Jepang.
Pada masa pendudukan Jepang, Villa Isola di Kota Bandung pernah menjadi tempat berlangsungnya Kongres Pemuda pertama, yaitu pada tanggal 16-18 Mei 1945.
Ketika Indonesia merdeka, para pejuang kemerdekaan kemudian mengambil alih Villa Isola. Bahkan ketika revolusi fisik, villa tersebut pernah menjadi salah satu basis pertahanan di Bandung Utara.
Villa Isola pun sempat mengalami banyak bombardir oleh pasukan Belanda. Namun, karena kokohnya bangunan ini, ketika terjadinya pertempuran yang melibatkan pasukan elit Inggris, bangunan villa pun tak banyak mengalami kerusakan.
Villa Isola Dibangun Seorang Hartawan Belanda
Baca Juga: Jelajahi 5 Objek Wisata Favorit di Ciwidey dengan Segala Keindahannya
Sudarsono Katam dan Lulus Abadi dalam buku “Dari Villa Isola ke Bumi Siliwangi” (2015), gaya arsitektur pada bangunan Villa Isola di Kota Bandung terbilang cukup unik. Tak seperti bangunan-bangunan tempat tinggal pada umumnya.
Bahkan, bangunan ini pernah dianggap sebagai sebuah bangunan yang mendahului zamannya. Gaya arsitektur Villa Isola Streamline Moderne dengan paduan elemen Art Deco. Sebuah gaya yang sebenarnya baru muncul di era akhir 1930-an.
Dibalik megahnya bangunan Villa Isola hingga hari ini sebenarnya terdapat sosok Dominique Willem Berretty (D.W. Berretty) sebagai pendirinya.
D.W. Berretty sendiri merupakan anak dari seorang ayah berdarah Italia-Prancis bernama Dominique Auguste Leonardus Berretty, dan ibu seorang Jawa bernama Salem.
Pada tahun 1908 ia pernah berkarir sebagai seorang juru tulis di Kantor Pos Batavia. Pada tahun 1910, ia kemudian bekerja di Bataviaasch Nieuwsblad sebagai seorang korektor dan menjadi reporter kota.
Ketika tahun 1915, ia bekerja sebagai editor di Java Bode, dan pada tahun 1917, D.W Berretty pun mendirikan ANETA (Algemeen Nieuws en Telegraaf Agentschap).
Awal Mula Berdirinya Villa Isola
Melalui kantor medianya inilah D.W. Berretty menemui jalan kesuksesannya. Bahkan, kantor ANETA miliknya itu terkenal sebagai rajanya media zaman Belanda.
Inilah yang membuat D.W. Berretty terkenal sebagai seorang hartawan zaman Belanda. Karena kesuksesannya itu, ia kemudian mendirikan salah satu bangunan yang terkenal yaitu Villa Isola.
Baca Juga: Sejarah Politik Dinasti, dari Zaman Belanda hingga Era Reformasi
D.W. Berretty sendiri tentu tidak langsung memiliki ide dan gagasan untuk mendirikan bangunan villa. Gagasan-gagasan mengenai pembangunan villanya seringkali ia curhatkan pada C.P. Wolff Schoemaker.
Terdapat fakta unik dibalik awal mula gagasan pembangunan villa ini. D.W. Berretty pernah membuat kesal C.P. Wolff Schoemaker karena gagasannya yang seringkali berubah-ubah.
Misalkan, suatu hari D.W. Berretty menginginkan pembangunan kolam renang pada bagian atap rumah. Namun, pada keesokan harinya ia menginginkan kolam berada di ruang bawah tanah.
Bahkan sangking kesalnya, C.P. Wolff Schoemaker seringkali menolak kunjungan D.W. Berretty dengan alasan sedang tidak ada di rumah.
Tapi karena kedekatan keduanya, C.P. Wolff Schoemaker pun tetap merancang Villa Isola ini pada tahun 1932. Villa tersebut merupakan villa terakhir yang dirancang oleh C.P. Wolff Schoemaker.
Untuk mendukung pembangunannya, pelaksanaan pembangunan menggunakan jasa Biro Arsitek dan Kontraktor Algemeen Ingenieur Architectenbureau atau Algemeen Ingenieur Architecten (AIA).
Menjadi Gedung Rektorat UPI
Pada tahun 1954, Pemerintah Indonesia kemudian membeli Villa Isola untuk perkantoran Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) Bandung, dengan harga Rp1.500.000 yang meliputi bangunan dan tanah seluas 7,5 hektar.
Baca Juga: Itenas Bandung Kembali Gelar Bursa Lowongan Kerja
Pada 20 Oktober 1945 secara resmi Villa Isola berganti kepemilikan, dan menjadi tanggal pembukaan dari PTPG dengan nama Bumi Siliwangi.
Nama Bumi Siliwangi ini resmi menggantikan Villa Isola dan peresmiannya langsung oleh Mr. Muh. Yamin sebagai Menteri PP dan K waktu itu.
Sebelum diresmikan, sebenarnya bangunan ini sempat mengalami renovasi sekitar September 1954. Pada saat renovasi, memang dari luar bangunan terlihat seperti puing-puing, namun unsur bangunan vital masih utuh.
Bangunan tersebut pun direnovasi sesuai dengan kebutuhan sebagai kantor lembaga pendidikan dan bukan sebuah tempat tinggal.
Bagian dalam bangunan yang luas kemudian diberi sekat-sekat, mulai dari sekat permanen hingga tidak permanen.
Ruangan-ruangan pun disesuaikan, terutama untuk kebutuhan perkuliahan. Bagian taman yang sudah rusak dan tidak terawat kemudian mendapatkan penataan kembali untuk menambah kesan estetik.
Lokasi kampus PTPG ini memang terbilang cukup jauh dari pusat kota Bandung kala itu. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan transportasi pegawai dan mahasiswa tersedia angkutan umum bus DAMRI.
Sedangkan, bagi para dosen tersedia dua unit kendaraan khusus dengan jam keberangkatan yang sudah terjadwal.
PTPG ini pun kemudian sempat mengalami perubahan menjadi IKIP, dan resmi menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada tanggal 7 Oktober 1999.
Pendirian dari Universitas Pendidikan Indonesia ini memang tidak bisa terpisahkan dari berdirinya Villa Isola di Kota Bandung yang kini menjadi gedung Rektorat UPI.
Pamornya sebagai sebuah kampus pendidikan, terdapat kisah unik dari pendiriannya, yaitu Villa Isola di Kota Bandung yang sebelumnya milik seorang hartawan zaman Belanda. (Azi/R3/HR-Online/Editor: Eva)