Sejarah Hari Brimob 14 November merupakan momentum peringatan berdirinya pasukan khusus kepolisian Brigade Mobil (Brimob). Satuan khusus yang ada di Kepolisian Republik Indonesia (Polri) ini sendiri sudah berdiri sejak masa pendudukan Jepang.
Catatan panjang sejarahnya terus berlanjut ketika Indonesia merdeka. Cikal bakal pasukan khusus ini sendiri menjadi salah satu elemen penting dalam pembentukan kepolisian Indonesia di awal kemerdekaan.
Hingga akhirnya tepat pada 14 November 1946, resmilah berdirinya Brigade Mobil (Brimob) seperti yang kita kenal dengan namanya hari ini.
Merangkum dari berbagai sumber, berikut ini ulasan tentang sejarah Hari Brimob, pasukan khusus Polri.
Sejarah Hari Brimob 14 November
Sejarah kelahiran Brimob sendiri tidak bisa terpisahkan dari berdirinya Tokubetsu Kaisatsu Tai yang berdirinya sejak masa penjajah Jepang.
Beridiansyah dalam buku berjudul “Jejak Sejarah Perjuangan Satuan Brimob Polda Jambi di Bumi Sepucuk Jambi di Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah” (2018),
Ketika kondisi Jepang sedang terjepit selama masa-masa Perang Dunia II, maka dilakukan pembentukan berbagai organisasi atau barisan militer.
Tak hanya itu, pemerintah militer Jepang juga menginginkan tenaga cadangan yang dapat digerakkan dengan cepat, serta memiliki mobilitas tinggi.
Baca Juga: Ulama Tasikmalaya Apresiasi Polri yang Mempermudah Penghafal Al Quran Daftar Polisi
Jika kondisi membutuhkan maka Brimob akan berperan sebagai pasukan tempur. Impian tersebut terealisasi dengan terbentuknya Pasukan Polisi Istimewa atau Tokubetsu Keisatsu Tai pada April 1944. Anggotanya terdiri dari Pemuda Polisi dan para polisi muda.
Tokubetsu Keisatsu Tai didirikan di setiap keresidenan seluruh Jawa-Madura dengan berbagai fasilitas lengkap.
Orang-orang yang terpilih sebagai calon anggota Tokubetsu Keisatsu Tai akan mendapatkan pelatihan militer dan pendidikan langsung dari tentara Jepang.
Mereka juga akan tinggal dengan sistem asrama yang membuat mereka hanya fokus pada pelatihan yang dijalani.
Didikan Keras Tentara Jepang
Hasil didikan keras dari tentara Jepang ini membuat pasukan Tokubetsu Keisatsu Tai menjadi terlatih, berdisiplin tinggi, terorganisir dengan rapi dan persenjataan yang baik.
Bahkan, pesatnya perkembangan pasukan khusus ini membuat setiap karesidenan Jawa-Madura pada akhir tahun 1944 telah terbentuk Tokubetsu Keisatsu Tai. Satu kompi beranggotakan 60 sampai 200 orang.
Ketika Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Tokubetsu Keisatsu Tai menyatakan diri bergabung dengan NKRI di bawah pimpinan Inspektur Moehammad Jasin. Tepatnya pada tanggal 21 Agustus 1945.
Baca Juga: Seikerei Budaya Jepang yang Bertentangan dengan Kabilah Ajengan di Kota Garut
Tokubetsu Keisatsu Tai ini merupakan satu-satunya pasukan yang mampu untuk melucuti persenjataan pasukan Jepang.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sisa-sisa pendudukan Jepang yang melekat pada Tokubetsu Keisatsu Tai ini memberikan dampak positif terhadap perkembangan kekuatan militer di Indonesia.
Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, pasukan ini pun berganti nama menjadi Polisi Istimewa.
Selama masa-masa awal kemerdekaan, Polisi Istimewa berperan penting dalam penyebaran berita proklamasi. Bahkan hingga perebutan fasilitas militer dan tempat-tempat strategi di Jawa dan Sumatera.
Setelah satu tahun berkiprah dan berperan dalam berbagai upaya pengamanan hingga perebutan fasilitas dari pendudukan Jepang. Polisi Istimewa pun berubah nama menjadi Mobile Brigade (Mobrig) atau Brigade Mobil (Brimob).
Pasukan Khusus Kepolisian Indonesia
Abdul Haris Fatgehipon dalam buku berjudul “Sejarah Polri dan Citra Polisi di Indonesia Selepas Reformasi” (2023), pasukan Mobile Brigade sendiri terbagi menjadi tiga yaitu, Mobrig Besar Jawatan, Mobrig Jawa Tengah, dan Mobrig Jawa Timur.
Selama masa-masa awal kemerdekaan itu Brimob mengalami tantangan yang luar biasa. Permasalahan ini muncuk akibat kembalinya pasukan Belanda ke Indonesia.
Meskipun merupakan bagian dari Kepolisian Republik Indonesia, tugas Brimob cenderung berbeda dengan tugas Polisi Umum.
Baca Juga: Sesalkan Citra Kepolisian Rusak, Jokowi: Sekarang Runyam Semuanya
Oleh karena itu, Brimob menjalankan misi yang berkaitan dengan konflik-konflik bersenjata yang ada. Salah satunya seperti ketika terjadi Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) di Aceh pada tahun 1953.
Kesatuan-kesatuan Brimob pun diturunkan untuk meredam aksi pemberontakan yang terjadi di Aceh tersebut.
Tak lama pasca pemberontakan DI/TII di Aceh tersebut, muncul lagi kelompok separatis yang mengumumkan berdirinya PRRI/Permesta di Sumatera Barat dan Sulawesi Utara. Pemerintah Indonesia pun turut mengerahkan Brimob untuk menumpas pemberontakan itu.
Bahkan, Brimob juga pernah turut serta dalam pembebasan Irian Barat dari penjajahan Belanda pada tahun 1960-an.
Untuk memenuhi Trikora (Tri Komando Rakyat) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia, Brimob turut serta sebagai salah satu kekuatan tempur Republik Indonesia.
Melihat berbagai tugas mereka yang kompleks ini menjadikan Brimob sebagai salah satu pasukan tempur yang berperan penting. Tak hanya pada masa-masa pendudukan Jepang, melainkan juga masa-masa awal kemerdekaan.
Peringatan Hari Brimob
Mengutip dari akun instagram @humaskorpsbrimob, terdapat beberapa agenda dalam rangka menyambut peringatan Hari Brimob ke-78.
Kegiatan-kegiatan itu seperti upacara peringatan, bakti sosial air bersih, bakti sosial pembersihan rumah ibadah, hingga melakukan ziarah dan tabur bunga ke makam pahlawan.
Ziarah tersebut merupakan bentuk upaya peringatan terhadap para senior dan pahlawan, terutama yang berasal dari Brimob.
Baca Juga: Meniti Jejak Kehidupan Bapak Intelijen Indonesia, Zulkifli Lubis
Tak hanya itu, Satbrimob Polda Jateng juga melakukan kegiatan yang cukup unik, yaitu mengadakan khitan massal bagi anak-anak di Poliklinik Kompi 4 Batalyon C Pelopor, Purworejo.
Tema dalam memperingati sejarah Hari Brimob adalah tentang, “Negara Aman Menuju Indonesia Maju, Jiwa Ragaku Demi Kemanusiaan”.
Logonya sendiri memiliki bentuk berupa roda kompas dengan angka 78 pada bagian tengah. Kemudian, lambang Tribrata dan Bintang Tiga. Selain itu, terdapat pula bendera dan tulisan tema dari Hari Brimob.
Roda kompas pada lambang memiliki makna bahwa Brimob siap untuk bertugas ke seluruh daerah Indonesia demi menjaga NKRI.
Lambang Tribrata dan Bintang Tiga menggambarkan bahwa Brimob merupakan bagian dari Polri yang memegang teguh Tribrata dan Catur Prasetya.
Angka 78 sendiri memiliki makna umur dan usia dari berdirinya Brimob yang sudah ada sejak 78 tahun lalu.
Sedangkan, pada gambar bendera dan tema memiliki makna bahwa Brimob siap dalam mengamankan Pemilu, memelihara Persatuan dan Kesatuan, demi terwujudnya Indonesia maju. (Azi/R3/HR-Online/Editor: Eva)