Contoh organisme archaebacteria mungkin sangat jarang kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Pasalnya, organisme archaebacteria lebih banyak hidup di lingkungan ekstrem. Dalam ilmu biologi, archaebacteria populer sebagai jenis organisme paling primitif.
Archaebacteria atau archaea adalah kelompok organisme prokariota. Mereka pertama kali teridentifikasi pada tahun 1977, oleh ilmuwan asal Amerika Serikat bernama Carl Woese. Pada awalnya Woese menganggap mikroorganisme ini sebagai bakteri biasa.
Baca Juga: Contoh Organisme Uniseluler Beserta Ciri-Ciri yang Dimilikinya
Namun, setelah melakukan studi terkait RNA ribosom, Woese tahu jika archaebacteria memiliki kelompok tersendiri. Selain itu, meski namanya mengandung kata “bacteria” keduanya mempunyai perbedaan yang cukup signifikan.
Contoh Organisme Archaebacteria dan Karakteristiknya
Seperti telah tertera sebelumnya, archaebacteria memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dari organisme lain. Salah satunya yaitu kemampuan archaebacteria untuk hidup di lingkungan ekstrem.
Sebut saja di sumber mata air panas, danau asam, hingga lautan yang kaya akan sulfur. Archaebacteria juga mempunyai tipe membran sel yang unik. Mereka terbuat dari lipid yang berbeda dari organisme lain.
Hal yang sekaligus menjadi bentuk pertahanan archaebacteria di berbagai kondisi. Tak terkecuali saat berada di kutub sekalipun.
Beberapa archaebacteria turut memiliki kemampuan metabolisme yang luar biasa. Termasuk dalam hal menghasilkan metana atau hidrogen sebagai produk sampingan. Bahkan, jenis tertentu bisa bertahan hidup di lingkungan tanpa oksigen.
Genom archaebacteria sendiri sangatlah beragam. Sebagian besar spesies memiliki genom yang berukuran kecil. Sementara jenis lainnya tergabung dalam genom yang lebih kompleks.
Berikut adalah beberapa contoh organisme archaebacteria yang menarik untuk kita ulas.
1. Kelompok Halophiles (Halofil)
Jenis pertama adalah halophiles atau organisme archaebacteria yang mampu bertahan dalam lingkungan berkadar garam tinggi. Mereka mempunyai pigmen yang dapat memberi warna merah atau ungu pada koloni.
Sekaligus berperan dalam pembentukan warna-warna alami di sekitar lingkungan habitatnya. Contoh organismenya banyak sekali.
Seperti Halobacterium Salinarum (bakteri tertua) dan Haloferax Volcanii (bakteri di laut mati). Ada juga organisme Halalkalicoccus Jeotgal yang umumnya hidup di seafood hasil fermentasi.
2. Kelompok Thermophiles (Termofilik)
Contoh organisme archaebacteria berikutnya yaitu thermophiles atau termofilik. Organisme ini umumnya hidup di lingkungan bersuhu tinggi atau panas luar biasa.
Baca Juga: Biofluoresensi pada Amfibi, Fenomena Hewan Bercahaya
Contoh organisme thermoasidofilik ada banyak sekali. Seperti sulfolobus acidocaldarius, Sulfolobus solfataricus, dan thermococcus litoralis (bakteri di zona hidrotermal dasar lautan).
3. Kelompok Methanogens (Metanogen)
Melansir Your Dictionary, metanogen adalah kelompok archaebacteria yang mampu bertahan hidup dalam lingkungan anaerobik. Di mana lingkungan tersebut sangat minim oksigen atau bahkan tidak ada sama sekali.
Methanogens mendapat perhatian khusus berkat kemampuannya dalam menghasilkan zat metana sebagai produk sampingan dari proses metabolisme.
Contoh metanogen meliputi Methanobrevibacter Ruminantium (di dalam perut rumen) hingga Methanobrevibacter Smithii (bakteri pada usus manusia). Contoh lainnya seperti Methanobrevibacter Oralis, Methanocalculus Chunghsingensis, hingga Methanococcus deltae.
4. Kelompok Psikrofilik
Contoh organisme archaebacteria yang terakhir adalah psikrofilik. Organisme ini biasa hidup di lingkungan bersuhu rendah atau sangat dingin. Sebut saja di permukaan permafrost, gletser, kutub, hingga laut dalam yang tidak terjangkau cahaya matahari.
Adapun contoh organisme psikrofilik meliputi Metanogen Boonei, Methanococcus Volta, serta Methanococcus Frigidum.
Peran Penting Archaebacteria dalam Ekosistem
Meski jumlah archaebacteria di bumi relatif kecil daripada jenis bakteri atau organisme lain. Namun, perannya dalam ekosistem sangatlah penting. Sejumlah archaebacteria menjadi penyumbang utama dalam siklus biogeokimia, seperti halnya siklus nitrogen hingga sulfur.
Mereka juga membantu mengurai material organik, sekaligus memastikan kelangsungan kehidupan pada lingkungan ekstrem.
Bahkan, beberapa contoh organisme archaebacteria berperan dalam aplikasi teknologi tertentu. Misalnya, metanogen berfungsi untuk mengolah limbah organik serta produksi gas metana guna kepentingan stok energi.
Tak hanya itu saja, penelitian terkait archaebacteria mempunyai implikasi pokok dalam sejumlah bidang. Misalnya mikrobiologi, bioteknologi, hingga lingkungan.
Baca Juga: Fase Pasca Embrionik Makhluk Hidup, Pahami Pengertiannya
Bagaimana tidak, jenis archaebacteria tertentu dapat membantu dalam proses bioteknologi. Misalnya produksi enzim yang berguna di bidang farmasi dan makanan.
Nah, itulah penjelasan lengkap serta contoh organisme archaebacteria yang ada di muka bumi. Dengan karakteristik uniknya, tak heran jika archaebacteria menjadi organisme menarik bagi para ilmuwan. Hasilnya dapat memberikan wawasan penting tentang keragaman kehidupan di muka bumi. (R10/HR-Online)