harapanrakyat.com, Ketua DPRD Ciamis, Jawa Barat, H Nanang Permana, M.H. membuka secara resmi kegiatan Layang Lakbok di area pesawahan Desa Baregbeg dan Sidaharja, Jumat (20/10/2023) malam.
Kegiatan itu dihadiri lebih dari seribu orang masyarakat Kecamatan Lakbok dan sekitarnya. Serta dihadiri pula oleh Lembaga BEGAWAI NUSANTARA (Jaringan Festival Warga Nusantara) dari 17 Daerah, diantaranya, Maluku, Sulawesi, NTT, NTB, Jawa Timur, Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Medan, Sumatera Barat, Aceh, Yogyakarta.
Pada kesempatan itu, H Nanang Permana, M.H. mengapresiasi semangat masyarakat Lakbok yang tetap bisa melaksanakan kegiatan Layang Lakbok di saat kondisi prihatin akibat kemarau.
“Artinya masyarakat Lakbok, ternyata hati dan mentalnya tidak terbawa arus keprihatinan akibat kemarau panjang saat ini,” ungkap Nanang.
Pihaknya sebagai Ketua DPRD Ciamis sangat mensuport kegiatan Layang Lakbok ini. “Saya berharap kegiatan ini terus dilaksanakan setiap tahun,” ucapnya.
Hanya saja kata dia, kegiatan tahunan ini belum secara gamblang dijelaskan kepada masyarakat umum di Kabupaten Ciamis.
Kata dia, masih banyak masyarakat yang belum paham dengan event layang Lakbok. Banyak yang mengira Layang Lakbok adalah kegiatan khusus main layangan. Menurutnya, layang dan layangan itu berbeda.
“Layang itu artinya catatan yang berisi petuah kebenaran atau catatan yang berisi petunjuk hidup. Ini berbeda dengan layangan, meski memang salah satu event dalam kegiatan Layang Lakbok ini adalah festival dan adu layangan,” jelas Nanang.
Ia pun membeberkan makna dari Layang Lakbok, yang menurutnya merupakan sebuah catatan-catatan leluhur zaman dulu.
Nanang menyebut, ada 3 catatan yang terkandung dalam Layang Lakbok ini. Catatan pertama yakni soal mengolah lahan pertanian.
Leluhur zaman dulu lanjut Nanang, mengolah lahan bertani dengan cara yang tida merusak alam. Berbeda dengan saat ini, penggunaan pupuk kimia urea di sawah justru merusak tanah.
“Saat kemarau tanah di sawah akan terbelah-belah, sehingga tidak bisa ditanami palawija. Hal itu berbeda dengan cara orang tua kita dulu yang menanami sawah dengan cara alami. Ini yang mesti kita kembalikan, bagaimana caranya kita mengolah tanah dengan cara-cara seperti leluhur kita dulu,” katanya.
Catatan kedua dari makna Layang Lakbok kata Nanang, bahwa masyarakat Lakbok sejak dulu adalah masyarakat yang selalu mengakui dan mengingat eksistensi Dzat Sang Maha Kuasa.
“Saya yakin masyarakat Lakbok selalu berserah diri dan menerima setiap takdir yang sedang dijalani,” papar Nanang.
Sementara catatan yang ketiga adalah bahwa masyarakat Lakbok selalu hidup bersama-sama, bergotong royong dan saling menghormati sesama.
“Catatan-catatan dalam makna Layang Lakbok inilah yang mesti kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, guna mewujudkan masyarakat yang damai dan sejahtera,” pungkasnya. (R8/HR Online/Editor Jujang)