harapanrakyat.com,- Sejarah pemakaman Ereveld Pandu merupakan komplek pemakamanan korban militer antara Belanda dengan Jepang. Lokasinya berada di Jl. Pandu, Nomor 32, Pamoyanan, Cicendo, Bandung, Jawa Barat. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia kala itu, orang-orang Belanda yang tidak sempat kabur harus ditahan oleh Jepang. Mereka dikurung dalam kamp konsentrasi.
Bahkan, tak jarang pula berkonflik dengan pribumi yang dikurung dalam kamp tersebut. Kebanyakan dari orang yang dikurung itu meninggal, dan makam mereka yang masih dikenali biasanya dipindahkan ke Pemakaman Ereveld Pandu.
Tak hanya pemakaman Belanda, di Ereveld Pandu juga terdapat empat monument, yaitu monumen KNIL, monumen peringatan kecelakaan pesawat Padalarang, monumen pertempuran Ciater. Serta monumen penduduk sipil dan prajurit yang tidak diketahui namanya.
Melalui tulisan ini akan mengulas tentang sejarah pemakaman Belanda dan empat monument tersebut yang ada di Jl. Pandu, Cicendo, Bandung.
Sejarah Pemakaman Ereveld Pandu di Cicendo Bandung
Baca Juga: Sejarah Menyerahnya Jepang Tanpa Syarat, dari Deklarasi Postdam hingga Bom Atom Hiroshima-Nagasaki
Petrik Matanasi dalam buku berjudul “Negeri Para Jenderal” (2019), orang-orang yang dimakamkan di ereveld adalah orang-orang Belanda yang meninggal di Indonesia selama kurun waktu 1942-1950.
Mereka terhitung sebagai korban perang. Setidaknya ada 7 ereveld yang diurus oleh yayasan pemakaman Belanda.
Pemakaman Ereveld Pandu lokasinya di Jl. Pandu, Nomor 32, Pamoyanan, Cicendo, Bandung, Jawa Barat. Pemakaman yang diresmikan pada tanggal 7 Maret 1948 itu menampung ribuan makam orang Belanda yang ditandai dengan nisan lambang salib.
Pengelolaannya langsung oleh yayasan pemakaman Belanda, yaitu Oorlogs Graven Stichting (OGS). Yayasan memiliki kewenangan tidak hanya mengurusi pemakaman Ereveld Pandu saja, tapi juga pemakaman ereveld lainnya.
Pembukaan makam ini diiringi oleh pidato dari Jenderal Simon Hendrik Spoor. Dalam pidatonya ia menyebutkan tanggal pembukaan 7 Maret itu berkaitan dengan kejatuhan Belanda di Indonesia.
Tepat tanggal 7 Maret 1942, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang dan menandai berakhirnya dominasi Belanda di Indonesia.
Pada awalnya para korban ini dimakamkan di tempat mereka meninggal. Namun, pasca kemerdekaan Indonesia, makam-makam tersebut mulai dipindahkan ke Ereveld Pandu.
Baca Juga: Sejarah Istana Cipanas, Dibangun Zaman Belanda hingga Diambil Alih Pemerintah Indonesia
Makam ini merupakan bentuk penghormatan dari Kerajaan Belanda kepada mereka yang sudah berjuang memihak kepada Belanda.
Bentuk penghormatan ini dapat terlihat dari lambang singa pada gerbang makam yang merupakan lambang resmi Kerajaan Belanda.
Letak makam yang berada di Bandung ini juga memiliki makna mendalam. Bagi Pemerintah Belanda, Bandung merupakan tempat yang memiliki ikatan sejarah cukup kuat dengan pendudukan Belanda di Indonesia.
Bandung menjadi tempat dari pusat pertahanan hingga militer Belanda di Indonesia. Selain itu, di Bandung juga menjadi tempat pusat akademi militer dari Kerajaan Belanda, yakni KMS (Koninklijk Militaire Academy).
Peran strategis inilah yang membuat kawasan Bandung menjadi salah satu tempat dibangunnya Pemakaman Ereveld Pandu.
Berdirinya Empat Monumen
Di pemakaman tersebut terdapat empat monumen penting, yaitu monumen KNIL, monumen peringatan kecelakaan pesawat Padalarang. Kemudian, monumen pertempuran Ciater dan monumen untuk penduduk sipil dan prajurit yang tidak diketahui namanya.
Monumen KNIL merupakan sebuah monumen seorang prajurit perang dengan klewang dan karabin. Monumen KNIL ini menggunakan replika langsung dari Belanda.
Baca Juga: Banjir Bandang di Bandung 1945, Ratusan Nyawa Melayang Akibat Sabotase Sekutu
Kedua adalah monumen kecelakaan pesawat Padalarang. Monumen ini merupakan monumen yang didedikasikan kepada para pemusik dari Belanda yang meninggal dalam kecelakaan pesawat tahun 1948.
Kecelakaan pesawat itu memiliki beberapa kontroversi. Salah satunya mengenai penyebab jatuhnya pesawat. Ada beberapa pihak yang menilai bahwa jatuhnya pesawat akibat sabotase pihak tertentu.
Tidak banyak yang tahu peristiwa kecelakaan pesawat yang memakan korban jiwa tersebut. Bahkan kejadian itu berlalu begitu saja. Mengingat pada tahun-tahun tersebut Indonesia dan Belanda sedang sibuk dengan Perundingan Renville.
Monumen Ciater
Monumen selanjutnya adalah Monumen Ciater yang didedikasikan kepada orang Belanda yang gugur dalam Pertempuran Ciater.
Pertempuran Ciater sebenarnya berlangsung dalam waktu yang sangat singkat, yaitu mulai tanggal 5 hingga 7 Maret 1942.
Marwati Djoened, dkk dalam buku berjudul “Sejarah Nasional Indonesia Jilid 6: Zaman Jepang dan Zaman Republik” (2019), dalam pertempuran Ciater pada tanggal 6 Maret 1942 terdapat 76 orang KNIL yang menyerah. Hanya dua orang yang selamat, sedangkan anggota lainnya ditembak mati dalam keadaan terikat.
Baca Juga: Sejarah Pertempuran Perlintasan Ciater, Detik-detik Jatuhnya Kota Bandung ke Tangan Jepang
Pertempuran itu menjadi salah satu penentu dan awal dari kejatuhan Hindia Belanda ke tangan Jepang. Karena hal inilah Belanda membangun monumen tersebut untuk mengenang para prajurit yang gugur dalam pertempuran Ciater.
Monumen terakhir adalah monumen untuk penduduk sipil dan prajurit yang tidak diketahui namanya. Khusus monumen ini didedikasikan kepada mereka yang tidak diketahui identitasnya.
Memang tidak semua orang Belanda berhasil teridentifikasi identitasnya. Kehadiran monumen ini adalah untuk mengenang mereka yang telah gugur.
Sebagai Pengingat Kejamnya Peperangan
Meski sudah menjadi sebuah makam, tempat ini dapat memberikan pemahaman kepada generasi muda bahwa peperangan hanya akan melahirkan kekerasan.
Korban-korban yang dimakamkan di Ereveld Pandu ini salah satu bukti dari kejamnya masa-masa konflik dan peperangan di Indonesia.
Pemakaman Ereveld Pandu sebenarnya bisa menjadi salah satu destinasi bersejarah. Namun, pengunjung yang ingin masuk ke pemakaman harus seizin pihak terkait.
Pemakaman ini memang sering menjadi lokasi kunjungan destinasi Sejarah untuk mengetahui bagaimana perjalanan hidup orang-orang Belanda di Bandung dan Indonesia kala itu.
Tercatat bahwa setiap tahunnya ada ribuan orang yang berkunjung ke Pemakaman Ereveld Pandu untuk mengetahui sejarahnya.
Hingga hari ini pemakaman tersebut masih terus terawat dan tertutup rapat jika tidak ada tamu yang berkunjung ke tempat ini.
Meskipun terkadang makam selalu identik dengan tempat yang menyeramkan, Pemakaman Ereveld Pandu ini menjadi bukti bahwa makam tidak selalu menyeramkan. Makamnya yang tersusun rapi membuat kesan mistis jauh dari pemakaman ini.
Bagi masyarakat yang ingin berkunjung ke makam ini bisa masuk setiap hari mulai pukul 07.00-17.00 WIB. Namun, kunjungan itu terbatas hanya untuk makam non Belanda.
Sedangkan bagi makam orang-orang Belanda, para pengunjung wajib mendapatkan izin dari Oorloch Graven Stichting yang merupakan yayasan pemakaman Belanda. (Azi/R3/HR-Online/Editor: Eva)