Sejak tahun 1979, tercatat ada beberapa satwa di Gunung Sawal, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat yang berstatus hampir punah. Kawasan Gunung Sawal telah menjadi perwujudan hutan hujan tropis yang kaya akan flora dan fauna.
Ketinggian gunung ini mencapai 1.764 mdpl, sehingga menjadi sumber kehidupan bagi wilayah sekitarnya, yakni wilayah Cihaurbeuti, Panumbangan, Panjalu, Kawali, Cipaku, Sadananya, Cikoneng, dan Sindangkasih.
Gunung Sawal telah menjadi rumah bagi berbagai satwa yang hampir punah. Oleh karena itu, semakin banyak pihak termasuk BKSDA dan Perhutani yang turut peduli terhadap pelestarian satwa-satwa tersebut.
Berikut 7 Satwa di Gunung Sawal Ciamis
Tidak hanya memiliki peran penting dalam ekosistem, satwa-satwa ini mempengaruhi kehidupan manusia di sekitarnya. Maka dari itu, penting bagi masyarakat untuk mengenali dan menjaga keberadaan serta kelestarian satwa liar yang mendiami Gunung Sawal.
Berikut informasi mengenai 7 satwa di Gunung Sawal Ciamis yang saat ini berstatus hampir punah dan perlu kita lestarikan.
Baca Juga: BKSDA Ciamis Patroli di Lokasi Kejadian Turunnya Macan Tutul
1. Macan Tutul Jawa
Satwa di Gunung Sawal yang paling terkenal adalah Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas), subspesies dari macan tutul. Ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan subspesies lainnya. Selain itu, macan tutul Jawa memiliki pola bintik-bintik gelap yang mirip bunga, terlihat hanya dalam cahaya terang.
Macan Tutul Jawa memiliki dua varian warna kulit, yaitu jingga terang dan hitam, yang sering disebut sebagai macan kumbang. Hewan ini memiliki indra penglihatan dan penciuman tajam, aktif berburu di malam hari, serta mahir dalam penyamaran saat mencari mangsa.
2. Elang Jawa
Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) adalah spesies elang sedang yang berada dalam keluarga Accipitridae dan genus Nisaetus. Berukuran sekitar 60-70 cm, burung ini memiliki ciri khas kepala coklat kemerahan dengan jambul hitam dan ujung putih yang menonjol hingga 12 cm.
Sebagai salah satu satwa di Gunung Sawal Ciamis, Elang Jawa memiliki suara nyaring yang khas. Suaranya sering terdengar di ekosistem hutan hujan tropis tempat ia bersarang.
3. Kukang Jawa
Kukang Jawa (Nycticebus javanicus), primata Strepsirrhini, adalah spesies kukang asli yang tersebar di bagian barat dan tengah Pulau Jawa. Binatang ini memiliki dua bentuk berdasarkan panjang rambut dan warna tubuhnya.
Sayangnya, populasi kukang Jawa mengalami penurunan tajam karena perburuan liar untuk perdagangan hewan peliharaan eksotis atau bahan obat tradisional. Itulah sebabnya mengapa kita perlu menjaga dan melestarikan kukang Jawa sebagai satwa di Gunung Syawal yang berada di ambang kepunahan.
Baca Juga: Puncak Puspa Gunung Sawal Ciamis, Spot Berkemah dengan City Light
4. Kucing Kuwuk
Satwa di Gunung Sawal Ciamis berikutnya ada kucing Kuwuk (Prionailurus bengalensis). Nama Inggris-nya leopard cat merujuk pada bintik-bintiknya yang menyerupai macan tutul.
Meskipun ukurannya mirip dengan kucing rumahan, kucing kuwuk memiliki bentuk yang lebih ramping dan kaki yang lebih panjang. Mereka lihai dalam bersembunyi dari ancaman manusia dan sering diburu untuk perdagangan atau koleksi eksotis.
5. Srigunting Kelabu
Srigunting Kelabu (Dicrurus leucophaeus) adalah burung dari famili Dicruridae. Burung ini hidup di lereng Gunung Sawal pada ketinggian 600 mdpl. Kemampuannya menirukan suara burung lain dan keberadaannya memiliki dampak besar dalam ekosistem Suaka Margasatwa Gunung Sawal.
6. Pelanduk Jawa
Pelanduk Jawa (Tragulus javanicus) adalah jenis pelanduk yang terbatas di Pulau Jawa dan endemik Indonesia. Binatang ini merupakan ungulata terkecil di dunia. Meski ukurannya kecil, peran pentingnya dalam ekosistem tak bisa diabaikan.
7. Babi Hutan
Babi Hutan (Sus scrofa Linnaeus) adalah penghuni lain Suaka Margasatwa Gunung Sawal. Meskipun terkadang penduduk menganggapnya sebagai gangguan bagi pertanian lokal, babi hutan memiliki peran penting sebagai makanan utama bagi macan tutul.
Dengan mengenal satwa-satwa di Gunung Sawal Ciamis dan memahami pentingnya peran mereka dalam ekosistem, masyarakat wajib menjaga kelestariannya. Sebab, alam dan satwa liar telah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dari lingkungan mereka. (R7/HR-Online/Editor-Ndu)