Jejak sejarah Gunung Galunggung di Tasikmalaya menyimpan kisah-kisah kuno yang kaya akan budaya dan tradisi masyarakat setempat. Tak hanya itu, gunung merupakan tempat yang sempurna untuk berlibur dan menjelajahi pesona alam Jawa Barat, termasuk Gunung Galunggung.
Gunung Galunggung menawarkan pemandangan alam yang spektakuler. Dari puncaknya, Anda bisa menikmati panorama pegunungan yang subur, serta hamparan awan yang indah.
Bagi yang mencari petualangan, Gunung Galunggung menawarkan berbagai kegiatan seperti trekking, hiking, dan camping. Namun, selain keindahan alamnya, gunung ini memiliki kisah kuno yang berkaitan dengan situs-situs bersejarah.
Sejarah Gunung Galunggung Tasikmalaya
Masyarakat Jawa Barat tak hanya mengenal Gunung Galunggung sebagai ikon wisata Tasikmalaya, tetapi juga sebagai gunung yang pernah meletus di tahun 1982.
Dengan ketinggian 2.167 di atas permukaan laut, Gunung Galunggung dan daerah sekitarnya memiliki luas sekitar 120 hektar di bawah binaan Perum Perhutani.
Baca Juga: Sejarah Meletusnya Gunung Galunggung, Soekapura Ganti Jadi Tasikmalaya
Akan tetapi, sejarah Gunung Galunggung adalah cerita yang sering terlupakan oleh warga setempat. Melalui artikel ini, mari kita telusuri bersama sejarah yang menarik dari Gunung Galunggung.
Kisah Kerajaan dan Situs Bersejarah
Kisah sejarah Gunung Galunggung berawal pada abad ke-12 di mana terdapat kerajaan bawahan bernama Galunggung yang pusatnya terletak di Rumantak. Kini wilayah tersebut berada di Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya.
Tempat ini pernah menjadi pusat spiritual bagi kerajaan Sunda pra-Pajajaran. Saat itu Batari Hyang dikenal sebagai pemimpin kerajaan Sunda sebelum Pajajaran abad ke-12.
Ketika pengaruh Islam mulai kuat, pusat keagamaan ini berpindah ke Pamijahan dengan Syeikh Abdul Muhyi yang kemudian menjadi tokoh ulama panutan.
Salah satu bukti sejarah adalah prasasti Geger Hanjuang yang berada di sana. Prasasti ini mencatat bahwa pada tahun 1033 Saka atau 1111 Masehi, Batari Hyang memerintahkan pembuatan susuk atau parit pertahanan. Pembuatan parit ini menandai penobatan kekuasaan baru di wilayah Galunggung.
Baca Juga: Gunung Galunggung Tasikmalaya Destinasi Liburan Keluarga
Penemuan Naskah Kuno dan Catatan Perjalanan
Selain itu, jejak sejarah Galunggung Galunggung berupa naskah kuno ditemukan di Kabuyutan Ciburuy, Garut Selatan. Naskah ini berisi petuah dari Rakyan Darmasiksa kepada anaknya. Rakyan Darmasiksa sendiri merupakan penguasa Galunggung pada masa itu.
Ada juga catatan dari Prabu Jaya Pakuan. Ada juga yang mengenalnya sebagai Bujangga Manik. Ia adalah seorang resi Hindu dari Kerajaan Sunda, Pakuan Pajajaran.
Bujangga Manik konon melakukan perjalanan dua kali dari Pakuan Pajajaran ke Jawa. Ia sempat menulis tentang Galunggung dalam catatan perjalanannya, meskipun informasi dalam tulisannya terbatas.
Demikianlah sejarah Gunung Galunggung yang perlu kita ketahui. Gunung Galunggung lebih dari sekadar gunung, namun merupakan warisan berharga dari masa lalu yang harus kita rawat dan lestarikan. (R7/HR-Online/Editor-Ndu)