harapanrakyat.com,- Sosok Prabu Haur Kuning memiliki peran penting di balik runtuhnya Kerajaan Pananjung sekitar abad ke-18 Masehi. Menurut sejumlah literasi yang ada, nama Prabu Haur Kuning sangat relevan dengan kerusakan kerajaan milik anaknya yang berada di pesisir Selatan Pangandaran.
Prabu Haur Kuning merupakan salah seorang Raja di Galuh Pangauban yang memiliki seorang anak bernama Pangeran Anggalarang.
Anak Prabu Haur Kuning dididik dengan pola asuh Kerajaan, sehingga tolak ukur keberhasilan paling tinggi adalah menjadi seorang raja.
Ketika Pangeran Anggalarang sudah dewasa, ia meminta ayahnya untuk memberikan kekuasaan padanya. Namun, sang ayah belum bisa memastikan jika Pangeran Anggalarang akan menjadi seorang raja penerusnya.
Mendengar hal itu, Pangeran Anggalarang naik pitam. Ia melarikan diri ke arah Selatan dan tiba di Pangandaran.
Melalui relasi di Kerajaan Galuh Pangauban, Pangeran Anggalarang mendeklarasikan diri untuk menjadi raja yang baru di sebuah kerajaan bernama Pananjung.
Kabar pendirian Kerajaan Pananjung sampai ke telinga sang ayah. Prabu Haur Kuning hanya bisa mendoakan anaknya supaya lancar memimpin kerajaan.
Namun, di balik doa ikhlas itu, Prabu Haur Kuning ini sempat mengucapkan sesuatu yang tidak mengenakan Pangeran Anggalarang.
Baca Juga: Sejarah Nama Taman Lokasana Ciamis yang Kini Jadi Tempat Olahraga
Sosok Prabu Haur Kuning Tidak Setuju dengan Berdirinya Kerajaan Pananjung
Dalam buku berjudul “Kodifikasi Cerita Rakyat Daerah Wisata Pangandaran Jawa Barat” (1998), Idat Abdul Wahid dkk menceritakan, Prabu Haur Kuning sebenarnya tidak setuju dengan pembentukan Kerajaan Pananjung oleh Pangeran Anggalarang.
Pasalnya, dalam pandangan gaib Prabu Haur Kuning melihat kerajaan tersebut akan hancur lebur dalam kurun waktu yang tidak lama.
Dengan kata lain, Kerajaan Pananjung tidak akan bertahan lama, akan ada bencana hebat yang menimpanya di hari mendatang.
Namun, ia berharap pandangan gaibnya itu tidaklah benar. Kendati Pangeran Anggalarang memiliki sikap yang keras kepala, Prabu Haur Kuning tetap sayang kepada putranya ini.
Ia ingin melindungi dan membantu kesusahan sang anak, tapi tidak bisa ikut campur lebih dalam karena posisi Pangeran Anggalarang sudah menjadi seorang raja.
Meskipun dari Prabu Haur Kuning ini tidak setuju dengan pembentukan Kerajaan Pananjung. Tapi tetap dalam hati kecil naluri dari sosok seorang ayah ingin menghargai seluruh jerih payah anaknya saat membangun Kerajaan Pananjung. Kemudian ia pun berusaha menetralkan aura supaya pandangan gaibnya tidak terjadi.
Baca Juga: Sejarah Perubahan Galuh Jadi Ciamis, Apa Motif Bupati Sastrawinata?
Prabu Haur Kuning Mengutuk Kerajaan Pananjung
Namun, karena sikap sang anak yang tidak menghargai perasaan ayahnya, diam-diam Prabu Haur Kuning mengutuk Kerajaan Pananjung.
Kini harapan baik berbalik menjadi buruk, Prabu Haur Kuning justru menunggu kapan musibah akan datang menghampiri Kerajaan Pananjung.
Tidak lama setelah Prabu Haur Kuning sakit hati oleh perilaku Pangeran Anggalarang (anaknya), terdapat kabar Kerajaan Pananjung diserang oleh gerombolan Bajo (perompak).
Prabu Haur Kuning bersedih, ia menyesal telah lancang mengutuk kerajaan milik anaknya sendiri.
Demi menyelamatkan nyawa Pangeran Anggalarang, Prabu Haur Kuning mengutus beberapa panglima perangnya ke Pangandaran. Mereka mendapat tugas untuk membantu pasukan Kerajaan Pananjung yang kewalahan melawan para perompak.
Pada saat pasukan bantuan dari Galuh Pangauban baru tiba di Pangandaran, Kerajaan Pananjung sudah runtuh. Pimpinan perompak bernama Kala Samudra berhasil menangkap Pangeran Anggalarang.
Sedangkan istrinya berhasil meloloskan diri dan membangun pertahanan di daerah Pajaten, Sidamulih, dan sekitarnya.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Sunda Galuh, Prasasti Kebon Kopi II 932 sebagai Petunjuk
Pasukan bantuan dari Galuh Pangauban pun berkolaborasi untuk melawan balik Kala Samudra. Sekaligus juga menyelamatkan Pangeran Anggalarang yang sedang ditahan. Mereka saling bekerjasama dan bersahabat demi mengalahkan kaum perompak.
Kala Samudra Kalah oleh Penari Ronggeng Gunung
Berdasarkan sejumlah cerita rakyat yang tersebar di masyarakat luas Pangandaran, konon Kala Samudra (pemimpin perompak) berhasil dikalahkan oleh seorang penari ronggeng gunung. Penari tersebut tidak lain merupakan istri dari Pangeran Anggalarang yakni Dewi Rengganis.
Konon Ronggeng Gunung diciptakan untuk mengalahkan perompak yang menghancurkan Kerajaan Pananjung.
Dengan cara menyamar menjadi perempuan yang tidak dikenali Kala Samudra, Dewi Rengganis menjebak panglima Bajo ini sampai menyerah.
Ketika Kala Samudra kalah dan menyerah, Dewi Rengganis bersama pasukan bantuan dari Kerajaan Galuh Pangauban membebaskan Pangeran Anggalarang. Namun, sebagian kisah menceritakan Pangeran Anggalarang tidak selamat.
Justru perannya sebagai penari ronggeng gunung itulah bagian dari cara istrinya (Dewi Rengganis) membalaskan dendam sang suami.
Karena Pangeran Anggalarang gugur di medan tempur. Sedangkan Dewi Rengganis bebas dan menyamar menjadi seorang penari ronggeng. (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)