harapanrakyat.com,- Tugu Peringatan EX KMD II Siliwangi yang berada di Lingkungan Yudanegara, Kelurahan Sindangrasa, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat menjadi saksi bisu sejarah di Ciamis.
Tugu tersebut menjadi salah satu bukti pengusiran penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan.
Berdasarkan informasi, Tugu tersebut berdiri pada 15 Februari tahun 1956 yang tercantum pada gapura yang terbuat dari besi itu. Kemudian dalam besi tersebut juga ada tulisan tahun 1948-1949.
Penggiat Sejarah, Ilham Purwa mengatakan, tugu tersebut dibangun atas prakarsa dari Jenderal Nasution dan juga Ibu Fatmawati kemudian Pangdam Siliwangi saat itu Ibrahim Aji.
Jadi, kata Ilham, pada tahun 1948-1949 itu di tempat tersebut menjadi tempat para pejuang yang menunggu pejuang Siliwangi yang hijrah dari Jawa Tengah, karena untuk menyelamatkan bendera atau pataka Siliwangi pada saat itu.
Baca juga: Batu Bangkong di Situs Makam Eyang Kaliwon Ciamis, Konon Bisa Pindah Sendiri
“Di tempat tersebut merupakan lokasi untuk pengibaran pataka Siliwangi dan patokan menyerahnya Belanda,” jelasnya, Minggu (20/8/23).
Sejarah Tugu Peringatan EX KMD II Siliwangi
Berdasarkan penuturan Jenderal Nasution pada saat itu, kata Ilham, kalau pataka bisa sampai ke Jawa Barat, maka saat itu Belanda tidak harus lagi mencampuri urusan Indonesia lagi alias menyerah. Tapi kalau bisa sampai direbut, Indonesia harus tunduk.
Ilham yang juga sebagai Akademisi menjelaskan, saat proses hijrah ketika itu yang memimpin adalah Jenderal Mungparahadimulyo. Ia merupakan tokoh yang berperan dalam menyelamatkan pataka Siliwangi agar bisa masuk Jawa Barat.
Kemudian Jenderal Mungparahadimulyo memberi tugas kepada Kopral Somantri agar dapat menyelundupkan pataka tersebut dan tidak berbarengan dengan pasukan yang hijrah.
“Jadi pada saat itu Kopral Somantri menyamar sebagai orang yang minta-minta sehingga tidak ada yang curiga. Meski tidak berbarengan dengan pasukan, namun dia (Kopral Somantri) mengikutinya dari belakang,” jelasnya.
Pada saat pasukan tersebut sudah sampai Rancah dan akan menuju daerah Panawangan, sambungnya, Belanda mengetahui taktik para pejuang.
Penjajah pun langsung melakukan penyerangan. Namun, pasukan Siliwangi saat itu sudah pindah ke Sumedang. Sementara saat ada pemeriksaan di daerah tersebut Kopral Somantri berhasil lolos karena sedang menyamar.
Kemudian, lanjut Ilham, saat Kopral Somantri sampai di Panawangan kemudian bertemu dengan kepala kampung yang bernama Sunahfi. Lalu Kopral Somantri pun menceritakan bahwa Ia membawa pataka Siliwangi.
Karena saat itu sedang ada pemeriksaan, maka Kopral Somantri dan juga Sunahfi berinisiatif untuk menyembunyikan pataka tersebut ke sela-sela pohon kelapa atau yang dinamakan Lodog.
“Belanda pada saat itu tau kalau pasukan Siliwangi itu berada di daerah Sumedang dan mereka pun langsung melakukan pengejaran. Kemudian di Ciamis akhirnya kosong,” ucapnya.
Belanda Menyerah
Kemudian, di Panawangan berunding dan mendapatkan kabar bahwa di daerah Ciamis ada pasukan Siliwangi yang sedang menunggu di Desa Kolot yang mana saat ini bernama Lingkungan Yudanegara.
Karena daerah tersebut masih Jawa Barat, dan karena khawatir Belanda bisa merebut pataka tersebut, akhirnya mereka berunding lalu memutuskan untuk mengibarkan dan menggelar upacara di daerah tersebut.
“Kemudian Belanda mengetahui bahwa Pataka Siliwangi berkibar, akhirnya Belanda pun datang ke tempat tersebut dan mengaku menyerah. Akhirnya bangsa Indonesia khususnya Jawa Barat terbebas dari penjajah,” terangnya.
Ilham menambahkan, terkait perubahan nama dari Desa Kolot menjadi Yudanegara itu sebenarnya adalah keinginan dari Ibu Fatmawati. Pasalnya Yudanegara sendiri itu mempunyai arti tempat perang.
“Jadi tempat tersebut selain jadi tempat pengibaran bendera. Tugu Peringatan EX KMD II Siliwangi juga menjadi tempat pertempuran salah satunya untuk mencegat penjajah agar tidak bisa melintas sampai ke wilayah Bandung dan juga Jakarta pada saat Agresi Militer Belanda II,” pungkasnya. (Feri/R6/HR-Online/Editor: Muhafid)