Rabu, Februari 12, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Pertempuran Leuwiliang, Detik-Detik Peralihan Kekuasaan dari Belanda ke Jepang

Sejarah Pertempuran Leuwiliang, Detik-Detik Peralihan Kekuasaan dari Belanda ke Jepang

harapanrakyat.com,- Sejarah pertempuran Leuwiliang merupakan salah satu sejarah konflik Perang Dunia II. Pertempuran ini menjadi saksi detik-detik peralihan kekuasaan dari tangan Belanda ke Jepang.

Beberapa pihak yang terlibat dalam peperangan itu antara lain, Australia, Britania Raya, dan Amerika Serikat.

Walaupun Belanda sudah mendapatkan bantuan dari tentara sekutu hingga peralatan-peralatan canggihnya, nyatanya wilayah Hindia Belanda tetap jatuh ke tangan Jepang.

Pertempuran yang berlangsung dari tanggal 3-5 Maret 1942 itu menimbulkan korban yang tidak sedikit dari kedua belah pihak. Meskipun fakta di lapangan terdapat saling bantah terkait jumlah korban yang gugur dalam pertempuran tersebut.

Tulisan ini akan mengulas tentang salah satu sejarah Indonesia mengenai pertempuran Leuwiliang, ketika detik-detik peralihan kekuasaan dari penjajahan Belanda ke Jepang.

Sejarah Pertempuran Leuwiliang, Kedatangan Jepang ke Hindia Belanda

Perang Dunia II merupakan salah satu konflik antar negara-negara di dunia yang memakan korban hingga 62,5 juta jiwa. Kawasan Asia merupakan salah satu pertempuran terburuk sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Di kawasan Asia sendiri Jepang menjadikan kawasan ini sebagai wilayah ekspansinya untuk melakukan penjajahan. Motifnya untuk memenuhi kebutuhan Perang Asia Timur Raya. Oleh karena itu, kedatangan Jepang ke Hindia Belanda merupakan sesuatu yang tak terelakkan.

Baca Juga: Peran Pedagang dalam Perang Kemerdekaan di Yogyakarta, Krusial namun Terlupakan Zaman

Jepang pertama kali mendarat di Hindia Belanda pada 11 Januari 1942, tepatnya di wilayah Kalimantan Timur yang bernama Pulau Tarakan.

Wilayah Hindia Belanda memang menyimpan potensi tersendiri bagi kebutuhan Perang Asia Timur Raya. Tidak hanya dalam konteks sumber daya alam, tapi juga sumber daya manusianya.

Pasca berhasil menaklukan Tarakan, Jepang melanjutkan ekspansinya ke daerah-daerah yang ada di wilayah Kalimantan.

Tepat 16 Februari 1942, penjajahan Jepang sudah menaklukkan wilayah Palembang dan sejumlah daerah Sumatera lainnya.

Taktik cepat Jepang memang sesuatu hal yang sulit diprediksi oleh Pemerintah Hindia Belanda. Alhasil, masih terdapat banyak orang Belanda yang akhirnya terjebak dan ditahan di Hindia Belanda waktu itu.

Selepas menguasai wilayah Sumatera, Jepang bertekad untuk menaklukan wilayah Pulau Jawa yang merupakan pusat pemerintahan Hindia Belanda waktu itu.

Menurut Nino Oktorino dalam buku berjudul “Di Bawah Matahari Terbit” (2016), sejak awal menghadapi serbuan pasukan Jepang, pemerintah kolonial Belanda menganut strategi dimana kekuatan pasukan KNIL lebih banyak terpusat di Pulau Jawa.

Strategi ini sebenarnya erat kaitannya dengan basis pertahanan Belanda yang memang banyak terdapat di Pulau Jawa. Oleh karena itu, penaklukan Pulau Jawa merupakan langkah terakhir bagi Jepang menguasai Hindia Belanda.

Baca Juga: Taktik Tentara Jepang Kalahkan Belanda di Indonesia dalam Waktu 8 Jam

Pertempuran Leuwiliang

Salah satu pertempuran yang cukup penting dalam proses penaklukan Pulau Jawa adalah pertempuran Leuwiliang yang terjadi di Jawa Barat.

Pertempuran ini berlangsung dari tanggal 3-5 Maret 1942 yang melibatkan pasukan Jepang melawan Australia, Britania Raya dan Australia.

Keterlibatan pasukan sekutu itu sebagai dampak dari konflik Perang Dunia II yang sedang terjadi. Ditambah pasukan Belanda yang sudah mendapatkan kekalahan pasca pertempuran Laut Jawa.

Pertempuran itu mulai terjadi pada sore hari di tanggal 3 Maret 1942. Waktu itu resimen intai Jepang melihat akses jembatan di Leuwiliang sudah diledakkan untuk memutus akses pasukan Jepang.

Pasukan Australia yang melihat adanya pasukan Jepang di seberang Sungai Cianten mulai menembaki mereka. Pada awalnya strategi Jepang untuk menyeberangi sungai tersebut sudah diantisipasi oleh pasukan Australia.

Pertempuran dan aksi saling tembak pun tak terelakkan antara pasukan sekutu dan Jepang pada sore itu. Melihat medan yang makin sulit, pasukan Jepang memutuskan untuk melakukan penyeberangan pada malam harinya.

Namun naasnya, pada malam hari terjadi hujan deras yang membuat Sungai Cianten meluap. Sehingga penyeberangan baru bisa sukses pukul 05.30 waktu setempat. Meski begitu, pergerakan pasukan Jepang sudah diketahui oleh pasukan sekutu.

Baca Juga: Kisah Orang-Orang Kebal Pejuang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949

Melihat pasukan Jepang yang sudah berhasil menyeberangi sungai, pasukan sekutu mulai menembaki pasukan Jepang. Rentetan pertempuran ini pun terjadi hingga sore harinya.

Pertempuran baru berhenti pada tanggal 5 Maret 1942, kala itu pasukan sekutu mendapatkan perintah untuk mundur.

Runtuhnya Hindia Belanda

Pertempuran Leuwiliang sebenarnya bukan untuk memenangkan peperangan, melainkan sebagai pengalihan agar tentara kolonial Belanda yang ada di Batavia bisa mundur.

Nino Oktorino dalam bukunya berjudul “Konflik Bersejarah-Runtuhnya Hindia Belanda” (2013) menyebutkan bahwa, menurut Brigadir Blackburn dalam pertempuran Leuwiliang, 500 orang prajurit Jepang tewas.

Sementara pasukan Australia kehilangan 150 orang prajurit. Namun, pihak jepang mengklaim hanya ada 28 orang yang gugur dalam peristiwa tersebut.

Sedangkan, pasukan sekutu yang tersisa kemudian mundur ke daerah Sukabumi dengan mencoba mempersiapkan garis pertahanan yang baru.

Walaupun pada akhirnya pasukan sekutu gagal, dan mereka yang selamat ditangkap oleh pasukan Jepang.

Baca Juga: Ketika Jepang Rangkul Golongan Nasionalis di Indonesia, Rakyat Kelaparan dan Sulit Dapat Pakaian, Kenapa?

Peralihan Kekuasaan dari Belanda ke Jepang

Sejarah Pertempuran Leuwiliang menjadi salah satu saksi peralihan kekuasaan dari Belanda ke tangan Jepang.

Pasca kekalahan dari berbagai fontnya di Hindia Belanda, akhirnya Belanda menyerah ke tangan Jepang pada 8 Maret 1942.

Penyerahan tanpa syarat tersebut dilakukan di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Pada waktu itu pihak Belanda diwakili Jenderal Ter Poorten. Sedangkan Jepang diwakili Jenderal Imamura.

Menurut Amelia F dalam bukunya(2009) berjudul “Pendudukan Jepang di Indonesia” bahwa, perjanjian yang terjadi di Kalijati berawal dari perintah Jenderal Imamura untuk mengadakan perundingan di Kalijati, Subang pada 8 Maret 1942.

Namun, waktu itu Jenderal Ter Poorten menolak. Mendengar adanya penolakan dari pihak Belanda, Jenderal Imamura mengeluarkan ultimatum. Apabila pada pukul 10.00, tanggal 8 Maret 1942 para petinggi Belanda belum berada di Kalijati, maka Bandung akan di bom sampai hancur.

Pesawat-pesawat pengebom pasukan Jepang pun sudah siaga di Lanud Kalijati untuk bersiaga jika Belanda menolak perundingan itu.

Perundingan di Kalijati ini pun berlangsung cukup cepat, meskipun pihak Belanda berusaha mengulur-ulur waktu.

Saat itu juga pihak Jepang diberikan dokumen penyerahan kekuasaan tanpa syarat Hindia Belanda kepada Jepang. Keesokan harinya harus mengumumkan penyerahan kekuasaan lewat radio.

Pasca pengumuman penyerahan kedaulatan, sisa-sisa pasukan Belanda yang ada, termasuk Jenderal Ter Poorten digiring ke kamp tahanan sebagai tawanan perang.

Sedangkan, perjanjian penyerahan kekuasaan tersebut kemudian dikenal dengan Perjanjian Kalijati yang menjadi tanda berakhirnya kekuasaan Belanda. Dan dimulainya penjajahan Jepang. (Azi/R3/HR-Online/Editor: Eva)

Intan Nuraini

Intan Nuraini Rayakan Ulang Tahun Putrinya, Warganet Ramai Berikan Doa Terbaik

Lama tak muncul ke publik, Intan Nuraini bagikan postingan ulang tahun anak perempuannya. Hijaber cantik yang merupakan ibu tiga anak ini kompak merayakan ulang...
Bendungan Cariang di Sumedang

8 Kali Gagal Panen, Petani Desak Pemerintah Perbaiki Bendungan Cariang di Sumedang

harapanrakyat.com,- Para petani yang terdampak jebolnya Bendungan Cariang di Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, terus mendesak pemerintah untuk segera melakukan perbaikan permanen pada...
Deddy Corbuzier sebagai Stafsus Kemenhan

Pelantikan Deddy Corbuzier sebagai Stafsus Kemenhan Tuai Kritikan Netizen

Pelantikan Deddy Corbuzier sebagai Stafsus Kemenhan (Kementerian Pertahanan) ternyata menuai kritik dari banyak pihak. Prosesi pelantikannya berlangsung pada Selasa (11/2/2025). Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, menjadi...
Keutamaan Doa Panjang Umur, Raih Kehidupan yang Berkah

Keutamaan Doa Panjang Umur, Raih Kehidupan yang Berkah

Memiliki umur yang panjang dan bermanfaat tentu menjadi dambaan setiap manusia. Rasulullah pun mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa memanjatkan doa panjang umur. Baca Juga: Doa...
Sinopsis Samawa Dosamu Cintaku Selamanya, Tentang Isu KDRT

Sinopsis Samawa Dosamu Cintaku Selamanya, Tentang Isu KDRT

Banyaknya film terbaru yang akan tayang di bioskop tentu memberikan beragam pilihan bagi para penonton. Salah satunya adalah film berjudul Samawa Dosamu Cintaku Selamanya,...
Oppo Find X9 Ultra, Bocoran Spesifikasi dan Perkiraan Peluncuran

Oppo Find X9 Ultra, Bocoran Spesifikasi dan Perkiraan Peluncuran

Oppo tampaknya sedang mempersiapkan smartphone flagship terbaru dari seri Find, yaitu Oppo Find X9 Ultra. Perangkat ini kemungkinan besar akan hadir pada tahun 2026...