harapanrakyat.com,- Desa Sidomulyo di Pangandaran, Jawa Barat, memiliki catatan sejarah yang menarik bagi sebagian penduduk asli Pangandaran pada abad 19. Pasalnya, daerah Sidomulyo sebelum tahun 1920-an merupakan wilayah orang Sunda asli.
Namun, mereka tersisih oleh orang Jawa yang merupakan golongan pendatang. Desa Sidomulyo dihuni oleh orang Jawa hingga saat ini.
Makanya jika Anda menyempatkan berkunjung ke daerah tersebut, akan banyak ditemukan masyarakat setempat yang berbahasa Jawa.
Lalu, kemana perginya suku Sunda asli di Desa Sidomulyo, apakah bagian dari mereka saat ini masih ada di wilayah Pangandaran, atau sudah hilang begitu saja?
Yang jelas orang Sunda asli di pesisir Pananjung pernah mengalah pada pendatang baru yang berasal dari daerah Jawa Tengah.
Sikap mempersilahkan masuk yang cenderung mudah membuat orang Jawa di Pangandaran berkembang secara pesat. Karena hal ini mereka semakin berani mengajak handai taulannya berdatangan lebih banyak lagi ke Pangandaran.
Para pendatang merasa Pangandaran adalah daerah yang paling aman ditempati penduduk asing. Apalagi saat itu banyak sekali ladang pekerjaan yang bisa menghidupi orang-orang melarat di Pulau Jawa.
Saat itu di Pangandaran terdapat industri kopra. Industri yang besar membuat perusahaan itu membutuhkan buruh yang banyak. Orang Jawa banyak bekerja di perusahaan tersebut.
Baca Juga: Pangeran Mekkah Julukan Bupati Sumedang, Terkenal Baik Hati dan Berjiwa Sosial Tinggi
Desa Sidomulyo di Pangandaran Tempat Orang Sunda yang Tersisih Orang Jawa
Mengutip dari buku Idat Abdul Wahid, dkk dengan judul “Kodifikasi Cerita Rakyat Daerah Wisata Pangandaran Jawa Barat” (1998), sebelum tahun 1920-an wilayah Desa Sidomulyo merupakan hutan belantara, penduduknya Suku Sunda asli.
Mereka mengubah daerah Sidomulyo yang tadinya hutan liar menjadi kawasan berladang indah dan asri. Tidak hanya padi, beberapa tumbuhan yang masuk dalam kategori sayur-mayur juga tumbuh subur di tempat tersebut.
Orang Sunda asli di Desa Sidomulyo mengandalkan hidup sehari-hari dari hasil alam. Mereka tidak bekerja menjadi buruh di perkebunan kopra milik Belanda.
Karena orang Sunda asli yang ada di Pangandaran ini cenderung lebih merdeka dari golongan lain saat itu.
Namun karena karakteristik Suku Sunda yang lemah lembut, ketika arus pendatang asing terjadi cepat di Pangandaran, orang Sunda asli yang ada di Desa Sidomulyo mempersilahkan mereka singgah di daerahnya.
Inilah pertama kali mereka bersinggungan secara langsung. Entah apa yang terjadi suku Sunda asli di tempat tersebut memilih mundur dan meninggalkan Desa Sidomulyo.
Baca Juga: Sejarah Panggilan Aden di Tatar Sunda, Pernah Dikecam Para Raden
Sidomulyo Tempat yang Subur Disukai Banyak Pendatang
Mungkin karena wilayah Desa Sidomulyo yang subur, banyak orang Jawa saat itu menyukai tempat tersebut. Mereka melihat Sidomulyo seperti alam baru yang bisa kelompoknya tempati dengan leluasa.
Pasalnya, selama hidup di Kebumen, Jawa Tengah, mereka jarang menemukan tempat yang subur seperti daerah ini.
Saat itu wilayah Kebumen kebetulan sedang mengalami masa paceklik yang cukup panjang. Karena musibah ini banyak penduduk di sana mencari tempat yang layak untuk melanjutkan kehidupan.
Akibatnya terjadi proses pemencaran ke arah Selatan, dan ada juga yang ke arah Timur. Adapun yang menuju ke arah Selatan bermuara di Pangandaran, salah satunya di Desa Sidomulyo.
Awal mula mereka datang ke Pangandaran bertujuan untuk mencari pekerjaan sebagai buruh perkebunan kelapa. Tetapi seiring dengan proses adaptasi yang semakin jauh, orang Jawa di Pangandaran menjadi betah.
Apalagi setelah mereka menemukan perkampungan orang Sunda asli yang menyambutnya dengan baik (Desa Sidomulyo).
Baca Juga: Tempat Pesugihan di Indonesia Paling Fenomenal, Dipercaya Bikin Cepat Kaya
Saat itu pula mereka semakin optimis untuk menambatkan hatinya agar tinggal selama-lamanya di Pangandaran.
Sidomulyo terkenal dengan kualitas tanahnya yang subur. Bagi tradisi sosial masyarakat Kebumen yang agraris, kualitas tanah menjadi satu hal penting untuk menentukan tempat tinggal. Akibat tradisi inilah mereka merasa tepat jika tinggal di Desa Sidomulyo, Pangandaran.
Dua Tokoh Pembawa Suku Jawa ke Pangandaran
Menurut sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat Wonoharjo, Pangandaran, konon terdapat dua tokoh penting dari lahirnya etnis Jawa di daerah Sidomulyo. Mereka adalah Mbah Bungkus dan Mbah Winokromo.
Kedua tokoh yang kental dengan nama Jawa ini merupakan orang yang sakti. Konon merekalah yang mendapatkan hak istimewa dari Bupati Soekapura (Tasikmalaya), agar mengajak sanak saudaranya di daerah Jawa untuk tinggal di daerah Pangandaran.
Kebetulan kedua tokoh itu adalah orang sakti yang bisa membuka daerah Pangandaran. Sebelum datangnya Mbah Bungkus dan Mbah Winokromo, Pangandaran masih berbentuk hutan yang dihuni ribuan jin menakutkan.
Tidak ada satupun yang bisa membuka daerah Pangandaran terkecuali dua tokoh tersebut. Mereka berdua saling bekerja sama membangun kehidupan.
Alhasil, setelah keadaan Pangandaran membaik (tidak dalam gangguan jin), Mbah Bungkus dan Mbah Winokromo fokus untuk membawa sanak keluarganya tinggal di tempat baru, yakni ke Desa Sidomulyo di Pangandaran. (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)