harapanrakyat.com,- Mantan Perdana Menteri RI ke-5, Mohammad Natsir, namanya sedikit terlupakan oleh sejarah Indonesia. Padahal ia merupakan salah seorang pahlawan yang berjasa dalam berdirinya republik ini.
Mohammad Natsir pernah menjabat berbagai posisi mentereng dalam birokrasi, salah satunya menjabat Perdana Menteri RI ke-5.
Meski mendapat kursi di parlemen, namun tidak membuatnya menjadi sombong. Kebalikan dari sifat jumawa, Ketua Masjumi berkacamata tebal ini ternyata hidup sederhana.
Saking sederhananya Mohammad Natsir punya cerita menarik sekaligus sedih mengenai pakaian. Konon Natsir, sapaan akrabnya pernah menambal jas yang sudah bolong karena dimakan usia.
Ia mengenakan jas tersebut di kantor, bahkan beberapa kali juga ia pakai untuk menghadiri rapat bersama presiden dan menteri.
Natsir tidak malu dengan hal itu, ia justru bangga bisa mempertahankan jas kesayangannya.
Padahal waktu itu jika Natsir menyuruh ajudannya meminta jas, bukan tidak mungkin negara akan memberinya. Tapi Natsir memilih tidak menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi.
Begitulah sosok Mohammad Natsir, kisah kesederhanaannya sudah terdengar ke berbagai kalangan. Sebagian orang ada yang bersedih saat mendengar cerita ini, sedangkan sebagian lain ada yang respect menghormati bung Natsir setinggi-tingginya.
Baca Juga: Meniti Jejak Kehidupan Bapak Intelijen Indonesia, Zulkifli Lubis
Mantan Perdana Menteri RI ke-5, Mohammad Natsir Lahir dari Keluarga Agamis
Melansir dari berbagai sumber, Mohammad Natsir lahir dari golongan keluarga yang agamis. Natsir lahir di Alahan Panjang, Sumatera Barat pada tanggal 17 Juli 1908.
Ayahnya yang seorang ulama ternama di Sumatera Barat membuat Natsir tumbuh menjadi remaja agamis. Setiap sore pergi mengaji di surau.
Ia berkawan dengan orang-orang pandai ilmu agama. Ketika umurnya menginjak dewasa, Natsir yang pernah menimba ilmu agama mencoba berpolitik. Ia kemudian mendirikan partai Masjumi (Majelis Sjuro Muslimin) pada tahun 1943.
Selain aktif berpolitik, ia juga mendapat pendidikan formal sampai ke perguruan tinggi. Tepatnya setelah Indonesia merdeka tahun 1945, Natsir sukses menamatkan kuliahnya menjadi sarjana di Perguruan Tinggi Tarbiyah Bandung.
Tak lama setelah itu ia juga diusulkan mendapat gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta.
Mendapat dididik keluarga dari golongan agamis membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang cerdik dan pandai.
Mohammad Natsir Menambal Jas yang Bolong
Baca Juga: Mengenal Mohammad Toha, Komandan Barisan Rakyat Indonesia yang Gugur di Gudang Mesiu Sekutu
Dalam akun instagram @pendapat_ahli, sejarawan Anhar Gonggong menceritakan pengalaman mantan Perdana Menteri RI ke-5, Mohammad Natsir menambal jas yang bolong.
Menurut Anhar, itulah integritas pejabat dulu yang tidak perlu kita ragukan lagi. Mereka adalah figur yang harus diteladani oleh generasi mendatang.
Sejarawan yang juga mengajar di Lemhanas itu menceritakan awal kisah ini bisa sampai banyak orang mengetahuinya. Menurut Anhar, cerita Natsir menambal jas yang bolong dikisahkan oleh seorang peneliti asing yang bertamu ke kantor Natsir saat menjabat jadi Menteri Penerangan.
“Anda bisa lihat bagaimana seorang peneliti asing, terkaget-kaget ketika datang ke kantornya Natsir yang Menteri Penerangan. Dan jas yang Natsir pakai itu ada jahitannya (ditambal). Ia tidak pernah membayangkan bahwa ada seorang menteri hidupnya sedemikian sederhana sampai jasnya pun ada tambalan”.
Dalam kacamata seorang sejarawan sekaligus pengamat politik senior di Lemhanas, sikap Natsir yang sedemikian sederhananya menggambarkan diri seorang pejabat yang anti korupsi.
Natsir mengedepankan kesederhanaan dalam setiap langkah hidupnya. Ia benar-benar orang yang bersih dan selalu bersikap rendah hati.
Baca juga: Sejarah Gundik di Jawa Barat, Wanita Simpanan Belanda dari Golongan Buruh Perkebunan
Rumah dalam Gang dan Mobil Tua
Tidak hanya soal menambal jas, kesederhanaan Mantan Perdana Menteri RI ke-5 Mohammad Natsir, juga terlihat dari tempat tinggalnya yang ada di dalam gang.
Kondisi ini terjadi sebelum Natsir menjabat sebagai Perdana Menteri. Ia bersama istri dan anak-anaknya tinggal di rumah kontrakan yang letaknya masuk ke dalam gang.
Masih melekat dalam ingatan anak Natsir, keluarga mereka menumpang rumah dalam gang sekitar Jalan Jawa, dekat dengan Tanah Abang, Jakarta.
Baru setelah Presiden Soekarno mengangkatnya menjadi Perdana Menteri, kehidupan keluarganya perlahan mulai membaik. Natsir mendapatkan izin tinggal di rumah bekas Soekarno yang berada di Jalan Pegangsaan Timur, No. 56 Jakarta Pusat.
Tidak hanya pengalaman tinggal di kontrakan sempit, selama hidupnya Mohammad Natsir juga pernah memiliki mobil tua bermerk DeSoto.
Saat menjabat jadi Perdana Menteri, negara sempat menawarkan mobil baru untuknya. Namun tanpa diduga-duga tawaran itu ditolaknya.
Padahal, negara menawarkan mobil untuk menggantikan mobil tua Natsir berupa sedan terbaru buatan Amerika. Namun sekali lagi ia menolaknya karena Natsir tidak ingin hidup mewah.
Mantan Perdana Menteri RI ke-5, Mohammad Natsir menyukai kesederhanaan karena sikap itu bisa menyelamatkan hidupnya dari keangkuhan. (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)