harapanrakyat.com,- Manuskrip kuno Babad Makukuhan merupakan karya sastra berisi mitos. Naskah kuno Babad Makukuhan menceritakan kehidupan masyarakat agraris di daerah Babakan, Pangandaran.
Dalam manuskrip kuno tersebut banyak sekali cerita mengenai cara berpikir para petani zaman dulu.
Hal ini menarik untuk ditelusuri lebih dalam lagi. Mengingat sejarah dari Babad Makukuhan jarang disampaikan dalam buku-buku sejarah Indonesia di sekolah.
Selain bisa memahami cara hidup masyarakat agraris zaman dulu, bagi anak sekolah babad ini juga berfungsi untuk memotivasi diri agar bangga menjadi seorang petani.
Padahal zaman sekarang sedikit sekali generasi penerus yang ingin jadi petani. Mereka hanya bercita-cita menjadi pegawai, pengusaha, dan lainnya. Sedangkan profesi petani yang mulia jarang menjadi cita-cita generasi muda.
Namun, jika nilai-nilai sosial dalam Babad Makukuhan disampaikan hingga ke bangku sekolah dan perkuliahan, mungkin sedikit banyaknya ada harapan generasi muda yang terinspirasi menjadi petani.
Lantas, apa saja yang sebenarnya cerita dalam karya sastra kuno tersebut? Berikut ini ulasannya.
Manuskrip Kuno Babad Makukuhan Bahas Benda Pusaka Sakti
Baca Juga: Legenda Sungai Cirengganis Pangandaran, Tempat Suci Dipercaya Bikin Bujangan Cepat Dapat Jodoh
Dalam buku dengan judul “Kodifikasi Cerita Rakyat Daerah Wisata Pangandaran Jawa Barat” (1998), menurut Idat Abdul Wahid, dkk, halaman pertama naskah kuno Babad Makukuhan membahas tentang jenis benda pusaka sakti bernama Cupu Mustikaning Jagad.
Penulis babad yang tidak disebutkan namanya itu menyebut benda pusaka ini sebagai senjata leluhur orang Sunda yang sangat sakti.
Saking saktinya, Cupu Mustikaning Jagad bahkan bisa membuat kehidupan seluruh orang Sunda menjadi Sejahtera. Dalamhal ini tidak akan pernah mengalami kesulitan sama sekali.
Berdasarkan akademisi epigraf di Indonesia, benda yang disebut-sebut Cupu Mustikaning Jagad dalam manuskrip kuno Babad Makukuhan merupakan perumpamaan untuk menyebut bibit padi.
Kala itu bibit padi yang bisa menghasilkan beras dianggap pusaka karena bisa meregenerasi kehidupan.
Para peneliti naskah kuno sepakat dengan pengertian Cupu Mustikaning Jagad yang tertera dalam Babad Makukuhan. Bahwa sebenarnya benda itu adalah beras.
Merujuk pada fungsi dan manfaat si pusaka membuat arkeolog semakin yakin, jika babad ini lahir dalam kondisi masyarakat Babakan yang saat itu kebanyakannya petani.
Babad yang tidak disebutkan tahunnya ini membuat peta sejarah Pangandaran sedikit berubah dari kebanyakan historiografi yang sudah diterbitkan.
Baca Juga: Budidaya Ikan Air Tawar di Cikalong Tahun 1956, Bibit Terbaiknya Berasal dari Ciamis
Pasalnya, Babad Makukuhan menyebut masyarakat Pangandaran berasal dari penduduk yang berprofesi sebagai petani, bukan pelaut.
Menceritakan Babi Hutan sebagai Hama Kebun dalam Pertanian
Semakin yakin lagi jika Babad Makukuhan ini dibuat oleh masyarakat agraris di Babakan Pangandaran. Karena pada sub bab manuskrip kuno tersebut menyebutkan babi hutan sebagai hama kebun.
Penulis Babad Makukuhan menceritakan betapa bencinya petani di Pangandaran terhadap hewan mamalia yang satu ini. Saking kesalnya, penulis babad menyebut babi hutan sebagai makhluk kutukan.
Dalam manuskrip kuno Babad Makukuhan ini, babi hutan dinamai dengan Kala Gumarang. Selain sering diburu, babi hutan juga kerap diambil dagingnya dan dipisahkan tulang-belulangnya.
Konon menurut cerita Babad Makukuhan, daging babi bisa berubah menjadi ikan, dan tulangnya menjadi hewan ternak besar (sapi dan kerbau).
Cerita ini juga menyinggung berubahnya babi buruan itu menjadi sapi dan kerbau. Hal itu menambah keyakinan arkeolog jika babad tersebut benar-benar berkisah tentang kehidupan masyarakat agraris di Pangandaran.
Baca Juga: Sejarah Goa Parat Pangandaran, Petilasan Cucu Prabu Siliwangi, Penyebar Agama Islam di Tanah Sunda
Pasalnya, fungsi lain dari sapi dan kerbau zaman dulu adalah hewan yang bisa membantu pekerjaan petani di ladang.
Dengan demikian, penggalan kisah mengenai babi kutukan ini bisa membantu para ilmuwan masa lalu menemukan inti cerita dari Babad Makukuhan.
Kala Gumarang (babi hutan) adalah makhluk mitologi terkenal bagi penduduk Desa Babakan puluhan abad silam.
Mengagungkan Citra Petani: Profesi Pemberi Kehidupan
Dalam manuskrip kuno Babad Makukuhan secara garis besar sudah terlihat isinya. Manuskrip kuno yang kualitas tinta dan kertasnya memudar itu gamblang menceritakan keagungan petani Babakan masa lalu.
Mereka bangga dengan pekerjaan tersebut karena petani adalah profesi pemberi kehidupan. Selain itu, penggalan akhir Babad Makukuhan menggambarkan petani sebagai penyambung kehidupan.
Artinya, jika dunia sampai saat ini baik-baik saja, bisa dikatakan ada peran petani zaman dulu yang masih relevan dengan kehidupan sekarang.
Maka dari itu, beberapa kemungkinan arkeolog menciptakan kesepakatan jika Babad Makukuhan adalah manuskrip kuno yang bisa membuat manusia sadar akan alam.
Alamlah yang membuat mereka hidup, dan petanilah yang membuat mereka sejahtera. Jadi bisa disimpulkan alam dengan petani adalah elemen penting kehidupan yang harus terjaga dengan baik.
Bahkan sampai hari mendatang dua elemen tersebut harus benar-benar terjaga. Jika satu diantaranya timpang, maka kutukan besar dari penguasa akan menghakimi manusia di dunia. (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)