harapanrakyat.com,- Ki Bagus Rangin adalah salah satu pahlawan di Indonesia yang berasal dari daerah Bantarjati, Majalengka, Jawa Barat. Dalam perjalanan hidupnya, Bagus Rangin terkenal sebagai pelopor pemberontak Belanda. Bahkan ia menginspirasi terjadinya perang Diponegoro tahun 1825-1830.
Lantas, gerakan apa yang menjadi pelopor pemberontakan pada Belanda yang Bagus Rangin lakukan?
Melansir sejumlah berita di masa lalu, Bagus Rangin tersohor sebagai pemimpin perang Cirebon tahun 1805-1812.
Meski ia berasal dari Bantarjati, Majalengka, namun kekuasaannya saat itu mencapai Cirebon. Banyak pengikut Rangin di wilayah tersebut.
Sebagian sumber mengatakan perang Cirebon dengan istilah Pertempuran Kedondong. Pertempuran ini ternyata merupakan peristiwa pertama orang Jawa Barat memberontak Belanda.
Konon Bagus Rangin terinspirasi dari sosok ayahnya yang seorang jawara Majalengka bernama Sentayem. Ia sering memberikan nasihat kepada anaknya supaya jangan takluk pada Belanda.
Begitupun dengan buyutnya yang merupakan leluhur jawara Majalengka bernama Wasidah keturunan langsung Buyut Sambeng.
Mereka sering mewanti-wanti anaknya agar kelak ketika sudah dewasa harus berani mengambil keputusan untuk mengusir Belanda dari Tanah Pasundan.
Baca Juga: Kisah Basah Kerto Pengalasan, Suruhan Diponegoro Pura-Pura Menyerah pada Belanda
Ki Bagus Rangin, Rakyat Biasa yang Melawan Kediktatoran Penguasa Belanda
Bagus Rangin adalah orang pertama di Jawa Barat yang berani melawan kediktatoran penguasa Belanda secara terang-terangan. Ia memberontak di dua daerah Jawa Barat sekaligus, yakni di Majalengka dan Cirebon.
Adapun alasan Bagus Rangin melakukan itu semua tidak lain karena tekad bulatnya dalam membela kaum tertindas. Kala itu sistem kediktatoran Belanda membuat masyarakat pribumi menderita.
Mereka hidup dalam kesulitan dan penuh dengan tekanan. Kediktatoran membuat rakyat pribumi terbiasa menurut pada penjajah.
Apapun yang Belanda minta harus bisa mereka penuhi. Jika tidak, maka banyak orang yang akan menerima resiko beratnya. Masyarakat pribumi tersiksa dengan kebijakan kolonial tersebut.
Ki Bagus Rangin mencoba melawan semua itu dengan cara peperangan. Karena ia merasa mendapat didikan dari seorang jawara yang beriman. Sehingga pembelaannya terhadap rakyat kecil bisa membuat Belanda berpikir ulang mengenai perilakunya.
Bagus Rangin mencoba menyadarkan kesalahan-kesalahan kolonial Belanda dengan jalan pemberontakan.
Baca Juga: Manuskrip Kuno Babad Makukuhan, Cerita Kehidupan Masyarakat Agraris di Babakan Pangandaran
Sering Sampaikan Khotbah Politis, Mengajak Umat Islam Perangi Belanda
Menurut E.S. Ekadjati dalam buku berjudul “Sejarah Jawa Barat” (1976), Ki Bagus Rangin sering menyampaikan khotbah politis kepada umat Islam di Majalengka dan Cirebon. Biasanya ia menyampaikan khotbah tersebut pada saat menjadi imam sholat Jumat.
Berikut adalah cuplikan khotbah Bagus Rangin: “Pangeran (Allah SWT) telah menjadikan dunia sebagai tempat kehidupan umat. Tapi oleh Sultan (Raja) malah dijual kepada kompeni yang tak pernah merasa kenyang”.
Ki Bagus Rangin memberikan khotbah itu agar masyarakat sadar akan keburukan sistem kolonial. Mereka juga mendapatkan bantuan supaya bisa lebih peka terhadap sistem persekutuan antara Sultan (penguasa lokal), dengan Belanda yang bisa membuat kehidupan pribumi menderita.
Pasalnya, banyak beberapa contoh kasus penguasa lokal menjual sebagian lahan untuk kepentingan bangsa asing.
Tidak hanya pada Belanda, terkadang mereka juga menjual lahan yang seharusnya rakyat tempati. Mereka menjualnya kepada pengusaha kaya Tionghoa. Konteks peristiwa tersebut saat itu banyak terjadi di daerah Cirebon dan Majalengka.
Baca Juga: Sho Bun Seng, Seniman Tionghoa Pemberantas Gerombolan DI/TII di Ciamis
Gerakan Bagus Rangin Menginspirasi Perang Diponegoro (1825-1830)
Dalam sejarah Indonesia, gerakan Ki Bagus Rangin di Cirebon dalam Perang Kedondong (1802-1818), telah menginspirasi Perang Diponegoro (1825-1830).
Kala itu Pulau Jawa geger dengan perang dahsyat yang digelorakan seorang Pangeran Mataram yang keluar dari benteng keraton.
Sebagian pendapat mengatakan jika Pangeran Diponegoro memiliki atensi pada Bagus Rangin. Perang Kedondong yang terjadi di Cirebon membuktikan jika masyarakat pribumi sudah geram dan siap bertempur melawan kolonial.
Walaupun Belanda bisa mematahkan gerakan tersebut, tapi setidaknya perang yang melibatkan massa banyak itu membuat semangat tempur rakyat Jawa mendidih.
Melalui Perang Jawa (1825-1830), Pangeran Diponegoro bisa melanjutkan perjuangan Ki Bagus Rangin.
Ia membawa rakyat pribumi di seluruh Jawa mendapatkan kebebasan hidup. Mereka akan merdeka dan bisa menentukan arah hidup sesuai dengan apa yang telah mereka cita-citakan sebelumnya.
Perlawanan Perang Jawa hampir berhasil membuat Belanda keok. Bahkan, akibat peristiwa ini pemerintah kolonial mengalami banyak kerugian.
Namun, karena politik damai Belanda begitu “manis” dengan menjanjikan kemenangan, akhirnya membuat sang Panglima Perang Jawa itu tertangkap di Magelang pada tahun 1830. (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)