harapanrakyat.com,- Sebanyak 29 siswa SMPN 1 Mangunjaya, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, belum bisa membaca dan menulis. Jumlah siswa sebanyak itu terdiri dari kelas 7 11 orang, kelas 8 ada 16 orang, dan 2 orang siswa kelas 9.
Masih adanya siswa yang belum bisa baca tulis, Gerakan Literasi Sekolah melakukan kegiatan pembiasaan membaca di kelas.
Koordinator Gerakan Literasi Sekolah sekaligus guru di SMPN 1 Mangunjaya, Dian Eka Purnawati, mengatakan, pihaknya melaksanakan kegiatan pembiasaan membaca di kelas dengan dua macam kegiatan.
“Memang tidak semua siswa belum bisa baca tulis. Hanya ada beberapa saja. Maka kita lakukan upaya kegiatan pembiasaan membaca di kelas dengan dua macam kegiatan,” katanya, Kamis (3/8/2023).
Dua kegiatan tersebut yaitu pembiasaan membaca 15 menit bagi yang sudah lancar, dan kegiatan belajar membaca bagi siswa yang belum bisa baca tulis.
Bagi siswa yang sudah lancar membaca diberi LKPD (lembar kerja peserta didik) yang isinya mengenai apa yang mereka pelajari setelah membaca.
“Mereka tidak dipaksakan harus selesai membaca satu buku. Terpenting mereka bisa menuliskan pelajaran apa atau pesan moral yang mereka dapatkan,” terangnya.
Sedangkan, bagi siswa yang tidak bisa baca tulis akan dikumpulkan dan dibimbing langsung oleh guru. Satu guru membimbing dua siswa.
Baca Juga: Sinergitas Berbagai Pihak, Sekolah Al Azhar Hadir di Podomoro Park Bandung
Siswa tersebut membaca buku khusus belajar membaca, dan laporannya seperti membaca Iqra.
Penyebab Siswa SMPN 1 Mangunjaya Pangandaran Tak Bisa Baca Tulis
Dian Eka menjelaskan, penyebab ketidakmampuan siswa dalam baca tulis akibat pembelajaran kurang efektif saat masih SD ketika pandemi Covid-19.
Selain itu, juga tidak adanya stimulus dan bimbingan belajar dari orang tua karena mereka sibuk bekerja.
Untuk tahun ini SMPN 1 Mangunjaya akan mengadakan program khusus. Program ini kemungkinan dimasukkan ke dalam P5 (Projek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila).
“Namun program tersebut masih dalam tahap pembicaraan dengan panitia lainnya,” katanya.
Ia pun merasa miris dengan adanya 29 siswa SMPN 1 Mangunjaya yang masih belum bisa baca tulis. Mereka kebanyakan pelajar laki-laki.
“Saya merasa sedih, kasihan, dan khawatir mereka minder di kelas. Biasanya saya beri tanda pada buku nilainya. Siswa-siswi tersebut juga saya cek lagi dengan tes lisan,” ungkapnya.
Baca Juga: Ijuk Aren Asal Pangandaran Tembus ke Pasar Jepang
Eka Purwati juga mengatakan, keluhan mengenai banyaknya siswa yang belum bisa membaca tak hanya di SMP Mangunjaya saja, tapi juga terjadi di sekolah jenjang SMP lainnya.
“Sepertinya sekolah lain juga sama. Bahkan saya lihat komentar di Instagram dari salah satu pegiat pendidikan banyak yang punya keluhan serupa,” ujarnya.
Siswa Belum Bisa Baca Tulis Tanggung Jawab Guru
Terpisah, salah seorang pegiat Duta Baca Kabupaten Pangandaran Aldi Nur Fadillah menanggapi masih adanya siswa di SMPN 1 Mangunjaya yang tidak bisa baca tulis.
Menurut Aldi, seharusnya masalah tersebut menjadi tanggung jawab guru, jangan menyalahkan kondisi. Pertanyaannya, mengapa anak itu bisa naik kelas kalau membaca saja tidak bisa.
Artinya, menurut Aldi, proses pembelajaran khususnya bahan ajaran membaca dan menulis tidak tersampaikan dengan baik.
“Karena kami duta baca itu bukan tenaga pengajar, tapi beranda terdepan dalam menggelorakan dunia literasi yang konteksnya luas. Bukan hanya baca tulis saja, tapi buku sebagai proses pembelajaran seumur hidup,” kata Aldi Nur Fadillah kepada harapanrakyat.com, Kamis (3/8/2023).
Jadi menurut Aldi, bukan salah anaknya tidak bisa membaca, tapi justru tanggung jawab tenaga pengajar. Karena tidak ulet memberikan motivasi belajar kepada siswanya.
“Jumlah duta baca sedikit. Kami hanya relawan yang mempunyai Batasan. Dalam menggelorakan semangat membaca masyarakat butuh waktu dan kerjasama antar pihak. Khususnya pegiat literasi yang di dalamnya adalah para guru di SMPN tersebut,” pungkas Aldi. (Madlani/R3/HR-Online/Editor: Eva)