harapanrakyat.com,- Lembaga kajian ekologi dan konservasi lahan basah. Ecoton Foundation melakukan penelitian mikroplastik di Sungai Ciwulan, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (28/7/2023).
Hasil penelitian Ecoton, terdapat peningkatan pencemaran mikroplastik di Sungai Ciwulan. Pencemaran mikroplastik tersebut menyebabkan ikan di sungai Ciwulan tak layak konsumsi lantaran berbahaya apabila sampai masuk ke dalam tubuh manusia.
Kepala Ecoton Foundation Rafika Aprilianti mengatakan, sebelumnya penelitian mikroplastik di Sungai Ciwulan pernah dilakukan pada tahun 2022.
Dari hasil uji kualitas air di sungai Ciwulan, ternyata phospat (limbah pemukiman, deterjen, limbah sawah) cukup tinggi. Sehingga banyak ikan mati di sungai Ciwulan.
“Pada tahun 2022 juga kita meneliti mikroplastik, ternyata mikroplastik itu di atas 70 partikel, artinya banyak dalam seratus liter artinya itu. Sekarang mau uji lanjut lagi, membandingkan apakah tahun sekarang turun atau naik kualitas air dan mikroplastiknya,” ujar Rafika di Sungai Ciwulan, Jumat (28/7/2023).
Baca Juga: Balita di Tasikmalaya Terseret Arus Air Masuk Gorong-gorong Terekam CCTV, Begini Kondisinya
Bahaya Mikroplastik di Sungai Ciwulan Tasikmalaya
Menurut peneliti asal Jawa Timur ini, saat timnya melakukan susur sungai terlihat titik timbunan sampah kecil maupun besar. Dari mulai sampah kain sampai sampah plastik sekali pakai.
Padahal, kata Rafika, tumpukan sampah tersebut menimbulkan pencemaran mikroplastik yang sangat berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh manusia.
“Dampak mikroplastik, karena memang plastik kan dari resin minyak bumi. Terus ditambahkan senyawa aditif untuk menunjang mikroplastik, misalnya bisphenol dan phthalate. Keduanya ini termasuk senyawa pengganggu hormon reproduksi. Jadi ketika mikroplastik masuk ke dalam tubuh manusia akan mengganggu hormon reproduksi manusia,” ungkapnya.
Saat hormon seorang laki-laki terganggu, lanjut Rafika, jumlah hingga kualitas spermanya akan menurun. Selain itu sperma akan lambat membuahi ovarium.
“Terus kalau di perempuan bisa menopause dini. Jadi biasanya ibu-ibu menopause di umur 50, sekarang 30 sudah menopause. Ada penuaan sel di situ, karena hormon reproduksinya sudah terganggu sama plastik atau mikroplastik ini,” jelas Rafika.
Rafika menyarankan pemerintah agar mengurangi mikroplastik dengan mengurangi sampah yang ada di bantaran sungai.
“Jadi pemerintah naikkan anggaran agar masyarakat di desa-desa terpencil juga mendapatkan fasilitas pengolahan sampah. Kemudian di setiap daerah harusnya ada pembatasan plastik sekali pakai. Tidak hanya di supermarket, karena plastik juga dihasilkan dari pasar-pasar tradisional, jadi harus merata pembatasan plastik sekali pakainya,” katanya. (Apip/R7/HR-Online/Editor-Ndu)