Sejarah pemilu 1955 di Ciamis, Jawa Barat digelar tak biasa, pasalnya tidak seperti pemilu zaman sekarang yang bebas menyampaikan program kerja calon legislatif melalui kampanye, partai politik (parpol) peserta pemilu 1955 justru dilarang menggelar kampanye.
Pemilu tahun 1955 sendiri diikuti oleh 4 partai politik, yakni PNI (Partai Nasional Indonesia), NU (Nahdlatul Ulama), Masyumi, dan PKI (Partai Komunis Indonesia). Lantas mengapa pemerintah melarang kampanye menjelang pemilu 1955 di Ciamis?
Sejarah Pemilu 1955 di Ciamis, Digelar saat Situasi Politik Republik Sedang Kacau
Menurut surat kabar Harian Rakjat yang terbit pada tanggal 16 September 1995, tidak terselenggaranya kampanye serentak dalam pemilu 1955 di Ciamis karena situasi politik republik yang sedang kacau.
Baca Juga: Kerusuhan Separatis di Ciamis, Wedana Manonjaya Tewas Dibunuh Gerombolan DI/TII
Apalagi ditambah dengan posisi Ciamis yang sedang menjadi sarang gerombolan DI/TII. Mereka adalah kelompok separatis bersenjata yang hendak memisahkan diri dengan republik Indonesia.
Tak heran karena idealismenya yang tinggi untuk berpisah dengan RI, gerombolan DI/TII kerap membuat onar. Gerombolan DI/TII juga menyerang perumahan-perumahan warga sekitar Ciamis.
Oleh sebab itu, jika panitia pemilu 1955 di Ciamis tetap kekeuh mengizinkan digelarnya kampanye sebelum pemungutan suara dilakukan, maka risiko besar akan dialami oleh partisipan kampanye.
Tidak main-main, risiko paling beratnya yakni mungkin saja terjadi penyerangan bersenjata dari gerombolan DI/TII yang mematikan. Maka dari itu kampanye dilarang sementara oleh panitia pemilu 1955.
Pemilu di Ciamis 1955 Dijaga Ketat ABRI
Masih menurut koran Harian Rakjat (1955), konon saking gawatnya daerah Ciamis dari keonaran gerombolan DI/TII, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) menjaga ketat kegiatan pemilu. Mulai dari persiapan pemungutan suara, sampai mengawal pengangkutan kotak suara untuk disetorkan ke Jakarta.
Selain mengamankan jalannya pemilu, ABRI juga merupakan salah satu institusi militer negara yang ikut melarang adanya kampanye di Ciamis. Pasalnya ABRI tidak bisa memastikan keselamatan partisipan kampanye apabila kegiatan itu tetap dilaksanakan.
Kendati ABRI tersebar banyak di bilik-bilik suara saat pemilu di Ciamis, Gerombolan DI/TII terlalu sulit untuk dikalahkan waktu itu.
Baca Juga: Sejarah DI/TII di Tasikmalaya, Kartosuwiryo Marah Disebut Gerombolan Separatis
ABRI butuh persiapan yang lebih matang dan utuh untuk menaklukan gerombolan tersebut. Oleh sebab itu jalan terbaik untuk menghindari konflik DI/TII dengan kegiatan pemilu waktu itu antara lain menghentikan kampanye.
Pemberhentian kampanye kala itu juga dilakukan untuk mencegah pengetahuan gerombolan DI/TII terhadap keadaan politik republik. Dengan demikian negara bisa lebih menjamin keamanan partai pemenang dari sasaran jahat gerombolan tersebut.
Dalam catatan sejarah, peraturan yang dibuat oleh Dewan Keamanan Nasional (DKN) berkaitan dengan larangan kampanye pra pemilu 1955 diterapkan di beberapa daerah, antara lain Ciamis, Tasikmalaya, Cilacap, dan Garut.
Keempat daerah tersebut dilarang oleh DKN melalui ABRI menggelar kampanye akibat risiko terkena serangan gerombolan separatis yang belum diketahui markas pusatnya.
Tidak hanya Ciamis yang dilarang menggelar kampanye, tapi juga daerah sekitarnya yang berisiko jadi korban keganasan DI/TII.
Gerombolan DI/TII Sempat Mengancam akan Kacaukan Pemilu di Ciamis
Gerombolan DI/TII sempat mengancam akan menggagalkan pemilu di Ciamis. Mereka mengirim surat misterius kepada bupati Ciamis. Isinya pemilu yang hendak diadakan tahun 1955 akan dikacaukan oleh prajurit gerombolan hanya dalam waktu singkat.
Baca Juga: Pemberontakan DI/TII Tahun 1949 di Ciamis, Ajengan Diculik dan Dibantai
Maka dari itu ketatnya penjagaan pemilu 1955 di Ciamis membuat semua pemilih kaget dan khawatir. Mereka merasa sedang berada di masa perang. Namun, karena kondisi politik yang harus terus beregenerasi maka apa boleh buat, pemilu harus tetap berjalan dengan baik.
Prajurit ABRI bersenjata lengkap pun berjaga di setiap sudut bilik suara pemilu. Mereka menyiapkan senjata yang siap meletus, apabila sewaktu-waktu ada serangan mendadak dari gerombolan DI/TII yang hendak mengacaukan proses pemilihan.
Bahkan ketika kotak suara sudah final dan hendak dikirim ke Jakarta, pihak ABRI terus mengawal ketat menggunakan panser-panser perang peninggalan tentara Belanda. Karena ketatnya pengawalan tersebut maka proses pemilu di Ciamis berjalan dengan lancar. (R7/HR-Online/Editor-Ndu)