Dalam catatan sejarah, pembangunan jalur kereta api jurusan Banjar-Pangandaran dilakukan perusahaan swasta Belanda. Pembangunan jalur kereta yang rencananya tembus sampai Batavia (kini: Jakarta) ini sama sekali tidak dibiayai pemerintah kolonial saat itu.
Meskipun konon perusahaan swasta punya kekayaan melimpah, namun proses pembangunan jalur tersebut memiliki banyak keterbatasan. Salah satunya terbatas biaya, sampai akhirnya mangkrak dan hanya sampai daerah Cijulang, Pangandaran.
Menurut beberapa catatan kolonial, pembangunan jalur kereta api jurusan Banjar-Pangandaran akan ditembuskan ke Garut via stasiun Cibatu. Nantinya stasiun tersebut akan menjadi stasiun lanjutan penumpang yang hendak pergi ke Batavia.
Namun karena keterbatasan biaya dari pihak perusahaan swasta akhirnya pembangunan jalur kereta api Banjar-Pangandaran hanya sampai daerah Cijulang.
Baca Juga: Pembangunan Jalur Kereta Api Banjar-Parigi Terhenti 1912, Pengusaha Kopra dan Karet Merugi
Hingga hari ini petilasan stasiun Cijulang masih bisa ditemukan di jalan yang mengarah ke Bandara Nusawiru.
Sejarah Pembangunan Jalur Kereta Api Banjar-Pangandaran, Tadinya untuk Angkutan Barang
Menurut Agus Mulyana dalam buku “Sejarah Kereta Api di Priangan” (2017), pembangunan jalur kereta api Banjar-Pangandaran membuat pengusaha swasta Belanda bangkrut.
Sebelumnya pemerintah kolonial sudah membicarakan terkat dana pembangunan pada pengusaha swasta, namun ambisi pengusaha swasta ini cukup tinggi untuk melanjutkan proyek ini.
Akibat idealisme pengusaha swasta Belanda yang tak dipertimbangkan akhirnya mereka rugi besar. Beberapa investor swasta Belanda yang menanam saham untuk pembangunan jalur kereta api Banjar-Pangandaran gulung tikar.
Mereka kembali ke negeri asalnya di Belanda, namun ada juga beberapa perusahaan swasta yang masih bertahan. Beberapa dari pengusaha swasta menunggu proyek pembangunan jalur kereta api Banjar-Pangandaran selesai.
Ketika proyek ini selesai mereka kemudian memanfaatkan kereta tersebut untuk angkutan barang, bukan transportasi umum yang mengangkut penumpang (manusia).
Namun seiring dengan bertambahnya waktu dan untuk menutupi kerugian yang sebelumnya dialami oleh perusahaan-perusahaan swasta lain, kereta api jurusan Banjar-Pangandaran kemudian dimanfaatkan untuk kereta penumpang.
Alih fungsi kereta api jurusan Banjar-Pangandaran ini membuat semua orang ingin merasakan transportasi tersebut.
Kebanyakan penumpang datang dari beberapa daerah di Priangan Timur, mereka kemudian menumpang kereta dari Banjar menuju Pangandaran untuk berwisata.
Aktifitas ini membuat jalur kereta Banjar-Pangandaran terus dipadati oleh penumpang. Alhasil pendapatan yang banyak silih datang bergantian sehingga bisa menutup kerugian yang sebelumnya dialami oleh perusahaan swasta Belanda.
Mereka kembali berjaya, para pengusaha swasta Belanda kembali merajai perekonomian di tanah Pasundan.
Baca Juga: Sejarah Gerakan Djojobojo dan Kisah PKI Bongkar Rel Kereta Api Banjar-Pangandaran
Pembangunan Jalur Kereta Api Pangandaran Berhenti di Cijulang
Pembangunan jalur kereta api Banjar-Pangandaran berhenti di daerah Cijulang. Hal ini terjadi karena biaya pengusaha swasta tak cukup.
Padahal jika dana swasta cukup, maka jalur kereta api Banjar-Pangandaran bisa tembus sampai Garut, berhenti di stasiun Cibatu.
Pemberhentian di stasiun Cibatu merupakan rencana awal pengusaha swasta menyetujui pembangunan jalur kereta api Banjar-Pangandaran. Tembusnya jalur kereta api Banjar-Pangandaran sampai ke daerah Garut bertujuan untuk meneruskannya hingga ke Batavia.
Jadi pengangkutan barang yang didominasi hasil kebun dan sawah bisa langsung diantar ke pusat pemerintahan kolonial melalui jalur kereta Banjar-Pangandaran.
Namun karena biaya terbatas, maka pembangunan tidak sampai selesai. Bisa dikatakan proyek pembangunan jalur kereta api dari Pangandaran sampai ke Garut mangkrak.
Padahal pembangunan ini paling penting, tetapi karena berbagai keterbatasan maka pengusaha swasta kolonial harus rela kehilangan tujuan awalnya terealisasi.
Akhirnya jalur kereta Banjar-Pangandaran dimanfaatkan untuk menyalurkan distribusi barang hasil perkebunan dari Pangandaran ke Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, Garut sampai ke Batavia.
Jalur Kereta Api Pangandaran Digunakan untuk Mengangkut Kopra
Jalur kereta api Pangandaran sebetulnya digunakan untuk mengangkut hasil kebun kelapa alias kopra. Saat itu Pangandaran menjadi sentral kopra terbesar si Asia Tenggara.
Bahkan karena perkebunan kopra ini bisa membantu menambah keuangan pemerintah kolonial di daerah Jawa Barat.
Baca Juga: Mengenang Proyek Pembangunan Roket di Tasikmalaya 1957
Begitu juga pada pihak pengusaha swasta, mereka merasa diuntungkan dengan kereta api yang dibangun dari Banjar menuju Pangandaran. Pasalnya banyak pengusaha swasta Belanda yang memanfaatkan kopra sebagai basis ekonomi perusahaannya.
Kopra saat itu menjadi salah satu bentuk usaha yang menjanjikan bagi pengusaha-pengusaha swasta Belanda yang hidup di daerah Jawa Barat.
Bahkan pengusaha kopra memiliki kekayaan yang hampir mengalahkan pemilik perkebunan teh dan kopi di daerah Priangan Timur.
Para pengusaha kopra ini merasa diuntungkan dengan adanya pembangunan kereta api di Pangandaran. Walaupun tidak bisa menghubungkannya langsung sampai ke stasiun Cibatu (Garut) dan Batavia, setidaknya hasil kopra dari Pangandaran bisa dikirim via stasiun Banjar dan tidak menghabiskan waktu lama seperti sebelumnya.
Sebab sebelum ada pembangunan jalur kereta api Banjar-Pangandaran, pengiriman hasil kopra dari pantai selatan itu dikirim melalui jalur biasa. Para pengepul kopra biasanya menggunakan tenaga kuda atau sapi. Mereka mengangkut kopra menggunakan pedati ke stasiun Banjar yang bisa memakan waktu satu sampai dua hari. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)