Raden Adipari Aria (RAA) Kusumasubrata merupakan mantan bupati Galuh (sekarang kabupaten Ciamis, Jawa Barat) yang menjabat tahun 1886-1915. Selama menjadi bupati, RAA Kusumasubrata begitu dekat dengan rakyatnya.
Saking dekatnya sang bupati dengan rakyat, gelar Ratu Adil pun kerap disandingkan di belakang namanya. RAA Kusumasubrata dipersonifikasikan sebagai utusan dewa dari langit untuk membawa perubahan masyarakat Sunda –khususnya masyarakat kabupaten Galuh saat itu.
Pada tahun 1930 kondisi RAA Kusumasubrata memburuk. Mungkin karena usia yang hampir menginjak 90 tahun, kondisi kesehatan mantan bupati Galuh tersohor itu terus menurun. Begitu pun dengan ingatannya –Kusumasubrata sudah mulai pikun sejak usia 85 tahun.
Kondisi tubuh yang terus menurun akhirnya membuat RAA Kusumasubrata tak tahan lagi. Hingga pada tanggal 25 Maret 1931 ia menghembuskan nafasnya yang terakhir di rumahnya yang tak jauh dari pendopo kabupaten Ciamis.
Baca Juga: Kisah RAA Kusumadiningrat, Bupati Galuh yang Beristri Wanita Tionghoa
Berita wafatnya RAA Kusumasubrata tersebar ke seluruh daerah di Jawa Barat. Hal ini membuat hampir seluruh masyarakat Ciamis berduka. Bagi mereka meninggalnya RAA Kusumasubrata sama seperti kehilangan figur ratu adil.
Bupati Galuh RAA Kusumasubrata Wafat, Rakyat Ciamis Kehilangan Figur Ratu Adil
Mengutip surat kabar Soerabaijasch Handelsblad bertajuk, “Regent Overleden” yang terbit 25 Maret 1931, RAA Kusumasubrata wafat dengan meninggalkan kesan duka yang mendalam bagi seluruh rakyat Galuh Ciamis.
Mereka kehilangan figur pembela rakyat dari segala bentuk penindasan yang kerap dilakukan oleh pemerintah kolonial. Kusumasubrata menjadi harapan yang bisa melepaskan belenggu penjajahan di dalam sanubari rakyat Galuh Ciamis kala itu.
Konon selain karena berani menentang beberapa kebijakan Belanda yang memberatkan rakyat pribumi, figur ratu adil yang melekat pada sosok RAA Kusumasubrata juga disebabkan oleh karena kedermawannya.
Mantan bupati Galuh tahun 1886-1915 ini sering membagikan sebagian hartanya untuk kepentingan rakyat. Ia juga kerap memberikan bahan pokok makanan pada rakyat pribumi yang kesulitan ekonomi.
RAA Kusumasubrata, Bupati Galuh Ciamis Pendukung Tradisi Sunda
Menurut Yulia Sofiani dalam Tesis Sejarah UGM berjudul, “R.A.A. Kusumadiningrat dan R.A.A Kusumasubrata: Gaya Hidup Bupati-bupati Galuh 1914-1938” (2005), figur ratu adil yang diperoleh RAA Kusumasubrata karena ia dikenal sebagai pendukung tradisi Sunda.
Kendati gaya hidup di pendopo –pergaulan menak, begitu kental dengan budaya Barat, RAA Kusumasubrata tetap menjaga tradisi Sunda supaya tidak terdominasi oleh budaya Eropa. Bagi Kusumasubrata, tradisi Sunda adalah harga diri rakyat Ciamis yang harus terjaga.
Meskipun ia sangat idealis dalam membela tradisi Sunda, RAA Kusumasubrata juga terkenal sebagai penganjur pembaharuan. Artinya bupati berperawakan jangkis ini sangat mendukung modernisasi yang datangnya dari pengetahuan-pengetahuan Barat.
Namun untuk menjaga tradisi dan budaya Sunda agar tidak terdominasi budaya Barat, RAA Kusumasubrata menganjurkan adanya seleksi. Jadi jika ada pengetahuan Barat yang menyalahi tradisi Sunda, maka harus disortir –jangan dipelajari dan didalami.
Peduli dengan Pendidikan Barat
RAA Kusumasubrata merupakan bupati Galuh yang paling peduli dengan pendidikan Barat. Saking pedulinya dengan pendidikan Barat, anak-anak RAA Kusumasubrata semua menjadi siswa sekolah formal.
Ia mengirimkan anaknya pada sekolah-sekolah Belanda yang mana hampir seluruh siswanya terdiri dari anak-anak Belanda. keluarga RAA Kusumasubrata memiliki privilege yang kuat dalam lembaga pendidikan Belanda.
Baca Juga: Sejarah Perubahan Galuh Jadi Ciamis, Apa Motif Bupati Sastrawinata?
Selain karena menjabat sebagai bupati, keistimewaan yang dimiliki keluarga bupati juga ditengarai oleh sebab RAA Kusumasubrata aktif dalam dunia pendidikan di kabupaten Galuh saat itu. Ia adalah bupati yang banyak mengesahkan lembaga pendidikan Belanda di daerah Priangan Timur.
Walaupun terlihat mendukung pendidikan Barat, RAA Kusumasubrata juga terkenal sebagai aktivis budaya Sunda yang kuat. Prinsipnya tegas –ia tidak menolak modernisasi. RAA Kusumasubrata bahkan menyerap nilai-nilai Barat ke dalam kehidupannya.
Namun perlu diingat, RAA Kusumasubrata akan tetap menyeleksi seluruh pengetahuan Baratnya itu untuk disesuaikan terlebih dahulu dengan budaya tradisional. Jika ada penolakan dalam proses penyeleksian, tak perlu pertimbangan lain, ia akan membuang sejauh-jauhnya pengetahuan Barat itu. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)