harapanrakyat.com,- Pangeran Mekkah julukan Bupati Sumedang yang bernama Pangeran Aria Soeria Atmadja. Bupati Sumedang ini terkenal baik hati dan berjiwa sosial tinggi.
Dalam berbagai laporan kolonial menyebutkan jika Pangeran Mekkah sering menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk kepentingan rakyat Jawa Barat.
Tidak hanya daerah Sumedang, Pangeran Mekkah juga sering mengurusi beberapa wilayah Jawa Barat yang sedang mengalami kesulitan.
Hal inilah yang membuat pria berperawakan jangkis itu sangat dicintai rakyat dan dihormati oleh pejabat Belanda.
Selain terkenal baik hati dan berjiwa sosial tinggi, sebagian masyarakat di daerah Priangan Timur menyebutnya dengan Bupati Alim.
Sebutan ini lahir karena Pangeran Mekkah merupakan sosok pemimpin lokal di tanah Sunda yang taat pada agama.
Salah satu fakta jika ia taat pada agama antara lain yaitu julukan “Pangeran Mekkah” yang konon berasal dari tempat wafatnya. Pangeran Aria Soeria Atmadja wafat di Mekkah saat sedang menunaikan ibadah haji pada tanggal 1 Juni 1921.
Karena kebaikan sang bupati, daerah Sumedang dan Priangan Timur menjadi sejahtera. Daerah Tasikmalaya misalnya, jika tidak ada Pangeran Mekkah mungkin rakyat daerah tersebut tidak akan pernah memiliki masjid agung.
Baca Juga: Tragedi Gaplek Singkong Beracun di Cirebon Tahun 1938, 4 Keluarga Petani Miskin Jadi Korban
Bupati Sumedanglah yang mempelopori berdirinya Masjid Agung Manonjaya. Letaknya berada di perbatasan antara wilayah Tasikmalaya-Ciamis, Jawa Barat.
Pangeran Mekkah Julukan Bupati Sumedang, Dapat Penghargaan dari Pemerintah Kolonial
Melansir Suarasumedang.id dalam artikel berjudul “Khas Sumedang, Alasan Dibalik Belanda Membangun Lingga untuk Pangeran Aria Soeria Atmadja” yang rilis 25 Februari 2023, bahwa Pangeran Mekkah punya banyak penghargaan dari pemerintah kolonial Belanda.
Sejumlah literasi sejarah bahkan menyatakan jika Pangeran Mekkah atau Pangeran Suria Atmaja merupakan seorang elit local. Ia memiliki tingkat jabatan tertinggi di Hindia Belanda.
Lantas, apa saja penghargaan yang pemerintah kolonial berikan kepada Pangeran Mekkah? Pertama yaitu penghargaan Bintang Agung Ridder Der Onde van Den Nederlanshen Leeuw.
Konon bintang penghargaan ini hanya dimiliki oleh Pangeran Mekkah, tidak sembarang pejabat bisa memiliki bintang tersebut.
Sebab, bintang ini menandakan elit lokal yang berprestasi dan punya kedekatan spesial dengan pejabat kolonial Belanda.
Sebagaimana yang telah diulas sebelumnya, bagi siapa saja yang memiliki Bintang Agung Ridder Der Onde van Den Nederlanshen Leeuw di dada sebelah kanan, maka rakyat wajib menghormatinya. Sebab bintang ini adalah tanda mutlak dari seorang pemimpin yang paling dihormati.
Baca Juga: Sejarah Pembangunan Jalur Kereta Api Banjar-Pangandaran yang Bikin Bangkrut Pengusaha Swasta
Pangeran Mekkah Peduli Ilmu Pengetahuan
Bupati Sumedang atau Pangeran Mekkah ini terkenal sebagai figur yang peduli dengan ilmu pengetahuan.
Ia sangat mencintai sekolah, bahkan saking sukanya dengan ilmu pengetahuan, Pangeran Mekkah turut andil dalam pembangunan Sakola Tani tahun 1913.
Menurut sejumlah catatan kuno menyebut Sakola Tani sebagai lembaga pendidikan formal untuk menciptakan petani modern.
Sakola Tani saat ini berubah menjadi Akademi Pertanian Tanjungsari (APT). Seiring berkembangnya zaman maka APT berganti nama menjadi Universitas Winaya Mukti (UNWIM).
Kepedulian Pangeran Mekkah pada ilmu pengetahuan menjadikan dirinya disiplin dalam memimpin Sumedang.
Selain itu, ia juga berperan menciptakan rakyatnya melek pengetahuan. Tidak lagi tertinggal dan mulai merangkak menggapai cahaya pada peradaban modern.
Pangeran Mekkah menjadi legenda pemimpin lokal tanpa ada wacana kontroversi. Ia justru terus diingat rakyatnya sebagai pemimpin yang amanah.
Baca Juga: Sejarah Pembangunan Jalur Kereta Api Banjar-Pangandaran yang Bikin Bangkrut Pengusaha Swasta
Saking cinta dan sayangnya rakyat pada pemimpinnya, orang Sumedang mendukung pendirian Tugu Lingga untuk Pangeran Aria Suria Atmaja.
Pangeran Mekkah Peduli pada Rakyat yang Tertimpa Musibah
Tidak hanya sering membuat rakyat Sumedang merasa terbantu dalam segala aspek, Pangeran Mekkah ternyata peduli pada rakyat yang sedang tertimpa musibah. Bukan hanya rakyat Sumedang, tapi juga rakyat Indramayu.
Sekitar tahun 1917-1918 daerah Indramayu mengalami musibah paceklik (kekeringan). Peristiwa ini membuat daerah tersebut mengalami kegagalan panen, dampaknya kelaparan.
Hal tersebut mendapat respon langsung dari Pangeran Mekkah agar rakyat Indramayu tidak menjadi korban paceklik.
Untuk membantu korban paceklik di Indramayu, Bupati Sumedang itu ternyata mewakafkan sebidang tanah yang luas di daerah Buah Dua. Tanah ini khusus untuk dimanfaatkan petani Indramayu.
Tanah pemberian Pangeran Mekkah akhirnya bisa membuat orang-orang Indramayu yang terdampak paceklik kembali tersenyum.
Mereka kini tidak lagi khawatir kelaparan, sebab segala benih yang mereka tanam di tanah pemberian Bupati Sumedang tumbuh subur dengan cepat. (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)