harapanrakyat.com,- Puluhan warga dan tokoh budaya melakukan pembacaan sejarah Cijulang dari buku kuno sejarah Purwaning Jagat atau yang terkenal dengan sejarah Kacijulangan, Jumat (28/7/23).
Pembacaan yang berlangsung di Taman Budaya Sagati Margacinta, Kecamatan Cijulang tersebut bertepatan dengan Jumat Kliwon di bulan Muharram.
Ketua Adat Pangandaran Erik Krisna Yudha mengatakan, pihaknya sangat bersyukur bisa kembali menggelar tradisi membaca sejarah Cijulang dengan berbagai tokoh adat di Pangandaran dan tokoh budaya dari luar Pangandaran.
Dalam buku tersebut, terang Erik, menceritakan tentang pertama penciptaan alam dunia sampai terjadinya dunia ini beserta isinya.
Bahkan, lanjutnya, menceritakan tentang sejarah manusia, mulai dari Nabi Adam sampai asal muasal wilayah Cijulang.
Baca juga: Lagi, Warga Pesisir Pangandaran Gelar Tradisi Hajat Laut
“Ini penting dalam rangka generasi penerus supaya menjaga persatuan dan kesatuan. Selain itu, dengan pengenalan tradisi dan budaya ini, kita tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa,” paparnya.
Ke depan, pihaknya ingin agar tradisi dan budaya yang ada di Pangandaran lebih membumi di masyarakat. Hal itu agar generasi penerus mengenal dan mengetahui jati diri bangsa Indonesia yang begitu beragam.
Merawat Tradisi Pembacaan Sejarah Cijulang
Sementara Bunda Sonia tokoh budaya asal Cijulang yang tinggal di Batam mengatakan, serangan budaya dari luar begitu massif. Maka sebagai bentengnya adalah dengan merawat tradisi.
“Saya berencana akan membuat film yang berhubungan dengan budaya, agar nilai-nilai luhur bangsa tetap terawat dan terjaga,” ucapnya.
Seperti halnya Film Juragan Sarkawi atau Misteri Nyai Ronggeng Gunung, kata Sonia, memiliki pesan moral yang sangat tinggi, terutama soal keteguhan jiwa kepada Sang Pencipta dan sesama.
“Semoga di tahun depan ini bisa terwujud,” singkatnya.
Di lokasi yang sama, Ketua Komunitas Iket Sunda (KIS) Pangandaran Apip Winayadi mengatakan, ia berkeinginan jika tradisi dan budaya di Pangandaran terus dikembangkan.
Bahkan, ia harap ada figur tokoh budaya Sunda tiap daerah agar warisan leluhur tetap lestari.
“Alhamdulillah pembacaan sejarah ini makin berkembang, kalau dulu masih diam-diam dan sekarang terbuka. Begitu juga tradisi hajat laut di Pangandaran ke depan agar lebih meriah lagi,” ujarnya. (Mad/R6/HR-Online/Editor: Muhafid)