Pada periode tahun 1945-1947 Indonesia pernah memiliki menteri sosial pertama asal Ciamis, Jawa Barat yang pernah kuliah di kampus komunis, Moskow Uni Soviet. Ia bernama Iwa Koesoemasoemantri –pria intelektual keturunan menak Galuh.
Menurut sejumlah fakta sejarah, Iwa Koesoemasoemantri lahir di Ciamis pada tanggal 31 Mei 1899. Iwa merupakan keturunan menak Galuh. Orang tuanya seorang Ambtenaar (Pegawai Negeri) maka dari itu sang ayah mendukung Iwa supaya mengikuti jejaknya jadi pegawai negeri.
Iwa pun kemudian mengawali karir akademiknya di OSVIA (Sekolah khusus untuk mendidik calon Ambtenaar). Namun karena tidak betah dan sadar di tengah-tengah jika jadi pegawai negeri bukan cita-cita aslinya, maka pada tahun 1920-an ia pindah sekolah ke RHS (pendidikan jurusan hukum) di Batavia.
RHS membuat Iwa Koesoemasoemantri berada di lingkungan yang mendidiknya jadi seorang revolusioner. Apalagi ketika ia bergabung dengan organisasi pemuda Jawa alias Jong Java, aksi-aksi revolusioner kepemudaannya semakin terasah dan berani.
Baca Juga: Bojong Ciamis Basis PKI yang Memberontak RAA Sastrawinata karena Pro Belanda
Dari fase ini Iwa semakin menjadikan dirinya sebagai orang yang harus memperjuangkan nasib rakyatnya. Dengan demikian Iwa lantas mengubah penampilannya dari anak menak menjadi seorang revolusioner kiri yang berkiblat ke Moskow.
Mengenal Iwa Koesoemasoemantri, Menteri Sosial Pertama Asal Ciamis
Menurut Didi Junaedi dalam buku berjudul, “Pahlawan-pahlawan Indonesia Sepanjang Masa” (2014), ketika Iwa Koesoemasoemantri lulus dari RHS, dosennya memberikan beasiswa pergi ke Belanda.
Belanda dianggap sebagai kiblat ilmu hukum di Indonesia saat itu, Iwa pun semangat mengejar cita-citanya menjadi ahli hukum walaupun harus menginjakan kaki ke negeri penjajah. Dengan sangat terpaksa Iwa menyelesaikan studi hukumnya di Belanda.
Setelah lulus dari Belanda, Iwa yang seolah haus dengan ilmu pengetahuan terus mencari informasi tentang bagaimana caranya kuliah di Uni Soviet. Hingga pada akhirnya ia bertemu dengan kolega akademis lulusan Belanda yang juga seorang kiri mengajak Iwa sekolah di Universitas Komunis Kaum Tertindas dari Timur Moskow sekitar tahun 1930.
Cita-cita Iwa menginjakan kaki di negeri Moskow pun akhirnya terkabul. Tidak seperti ketika berada di Belanda, perjalanan studi Iwa di Uni Soviet lebih semangat dari sebelumnya.
Iwa bahkan sering berangkat lebih awal ke kampus karena tidak sabar menunggu jam pelajaran mulai.
Baca Juga: Jejak Eksodus Kerajaan Galuh ke Gunung Ciremai, Terasing dan Akhirnya Lenyap
Iwa Koesoemasoemantri Menikahi Perempuan Ukraina di Moskow
Masih menurut Didi Junaedi (2014), sebelum dikenal sebagai Menteri Sosial pertama asal Ciamis, Iwa Koesoemasoemantri pernah menikahi perempuan Ukraina bernama Anna Ivanova di ibukota Uni Soviet, Moskow.
Ia menikah saat sedang mengambil studi di universita komunis Moskow. Keduanya bertemu karena perkuliahan –Anna Ivanova teman satu gedung kuliah dengan Iwa. Mereka saling jatuh cinta karena sama-sama cerdas, kritis, dan skeptis dengan ideologi komunis.
Adapun dari hasil pernikahan Iwa dengan Anna dikaruniai satu anak perempuan yang cantik bernama Sumira Digli. Selama mereka berada di Soviet keluarga kecil ini sering menghabiskan waktu bersama anaknya ke forum-forum diskusi intelektual.
Anna dan Iwa memiliki komitmen mendidik anaknya dengan ajaran netral, oleh sebab itu mereka sering mengajak Sumira ke berbagai forum intelektual supaya bisa memilih ajaran mana yang menurut dirinya paling cocok.
Pendidikan semacam ini membuat Iwa dan Anna menjadi lebih bertanggung jawab sebagai orang tua. Karena sudah sepantasnya orang tua membimbing anaknya ke jalan yang benar, tapi bukan memaksakan kodrat hidup anaknya termasuk memilihkan ajaran atau ideologi politik yang bisa membuat anak lebih percaya diri di kemudian hari.
Meskipun Kuliah di Kampus Komunis, Iwa Adalah Seorang Sosialis Sejati
Walaupun Iwa Koesoemasoemantri menjadikan Soviet sebagai kiblat ilmu pengetahuan, pada kenyataannya ia bukanlah seorang komunis.
Baca Juga: Kisah Ciamis Bebas Wabah Pes Tahun 1939, Masyarakat Sukaria Gelar Tumpengan
Iwa yang di kemudian hari dikenal sebagai Menteri Sosial pertama asal Ciamis mengakui jika ia adalah seorang sosialis sejati, sedang studinya di kampus komunis merupakan bagian dari pengalaman berideologi.
Mengapa Iwa tidak memilih komunis sebagai ideologi politiknya? Padahal sejak kuliah di Belanda ia sangat mengejar beasiswa ke kampus komunis di Uni Soviet. Pertanyaan ini nampaknya terjawab jelas oleh sikap Iwa yang membenci aliran absolutisme.
Iwa Koesoemasoemantri sangat anti dengan absolutisme dalam berbagai bentuk. Nahasnya bagi Iwa komunisme termasuk aliran ideologi yang memeluk erat absolutisme.
Contohnya ada kepemimpinan terpusat dari ketua partai, di mana kekuatan massa tidak bisa mengontrolnya. Jelas hal ini tidak sesuai dengan ajaran Marxisme tentang arti sebuah kebebasan.
Maka dari itu Iwa dan Anna (istrinya) mengatakan bahwa mereka bukan komunis melainkan seorang sosialisme sejati. Hal ini tercermin jelas saat Iwa pulang ke tanah air dan bergabung dengan Partai Nasionalis Indonesia (PNI) bersama Soekarno. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)