Surat kabar berbahasa Belanda –Algemeen Indisch Dablad bertajuk, “Tjiamis-Bandjar: Nieuwe Aanslag op Trein Mislukt”, memberitakan kegagalan sabotase yang dilakukan oleh teroris di stasiun kereta api Ciamis pada Rabu, 12 Maret 1953.
Berdasarkan penelusuran lebih jauh dari berita tersebut, ditemukanlah fakta tambahan jika ternyata pelaku yang dikonotasikan teroris dalam berita itu yakni berasal dari gerombolan DI/TII yang berada di kaki gunung Galunggung, Tasikmalaya.
Peristiwa sabotase teroris yang gagal ini berhasil menggegerkan masyarakat Jawa Barat. Mereka penasaran dengan cara apa sabotase itu dilakukan oleh gerombolan DI/TII. Apa tujuan melakukan aksi kriminal dan bagaimana penyelesaian yang dilakukan oleh aparat keamanan?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus membuat perusahaan surat kabar kebanjiran pembaca. Banyak surat kabar daerah di Priangan Timur mencari informasi lebih jauh mengenai sebab-sebab peristiwa itu terjadi.
Baca Juga: Mengenal SI Puradisastra, Sastrawan Lekra dari Ciamis
Karena kejadian ini, pemerintah Republik Indonesia langsung menambah pasukan militer untuk berjaga-jaga di tempat umum. Salah satunya di stasiun kereta api Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar.
Aparat militer bersenjata lengkap berada di setiap sudut tempat pemberangkatan penumpang, dan ikut bersama hingga sampai ke tujuan akhir kereta.
Aksi Sabotase Teroris di Stasiun Ciamis Digagalkan Inspektur Lintasan Kereta Api
Mengutip berita De Preangerbode (1953), konon aksi terorisme yang dilakukan oleh gerombolan DI/TII di stasiun Ciamis berhasil digagalkan oleh Inspektur Lintasan Kereta Api. Pejabat fungsional yang bertugas mengecek kereta sebelum berangkat tersebut menemukan beberapa kejanggalan.
Salah satunya yaitu melihat keadaan rel kereta di dekat Kampung Lingan tidak biasa. Inspektur Lintasan Kereta Api melihat ada tumpukan batu yang mencurigakan. Setelah didekati ternyata tumpukan batu itu berisi bom nanas (granat).
Akibat penemuan ini kereta yang diberangkatkan dari stasiun Banjar, Ciamis, Tasikmalaya dengan tujuan akhir ke stasiun Kiara Condong (Bandung) diberhentikan sementara.
Petugas stasiun yang didampingi militer memeriksa isi gerbong. Ternyata ada puluhan orang yang mencurigakan di gerbong paling belakang adalah pelaku sabotase bom.
Tanpa perintah langsung dari atasan, aparat keamanan yang berasal dari satuan Siliwangi menangkap puluhan tersangka pelaku terorisme. Mereka kemudian menginterogasi di kantor militer terdekat. Sementara pasukan Siliwangi yang lain membantu petugas lintasan mengevakuasi granat aktif.
Baca Juga: Sejarah Gerakan Djojobojo dan Kisah PKI Bongkar Rel Kereta Api Banjar-Pangandaran
ABRI dari Satuan Siliwangi Memeriksa Asal-usul Terorisme di Ciamis
Setelah diamankan oleh ABRI dari satuan Siliwangi, puluhan tersangka teroris yang melakukan sabotase di stasiun Ciamis itu diperiksa dengan ketat. Tentara Siliwangi menginterogasi pelaku terorisme sampai mereka (tersangka) mengaku asal-usulnya dari mana.
Berdasarkan laporan yang dikutip oleh Preangerbode (1953), puluhan aksi terorisme yang gagal di Ciamis itu mengaku pada ABRI jika kelompoknya merupakan bagian dari gerombolan DI/TII yang bermarkas di kaki gunung Galunggung, Tasikmalaya.
Ia melakukan aksi ini karena ditugaskan oleh Imam Besar Kartosoewiryo. Rupanya Kartosoewiryo menyuruh mereka membajak kereta guna mengambil benda-benda berharga si penumpang. Hal ini tentu diyakini sekali oleh ABRI mengingat pekerjaan gerombolan DI/TII sering melakukan sabotase untuk memperkaya kelompoknya.
Selain merampok seluruh harta benda –termasuk perbekalan (makanan) di dalam kereta, gerombolan DI/TII juga kerap menculik beberapa hewan peliharaan milik warga Ciamis untuk dijadikan logistik kelompoknya.
Aksi-aksi teror seperti inilah yang membuat masyarakat di Ciamis trauma akan gerombolan DI/TII. Mereka takut menjadi korban kejahatan Kartosoewiryo, maka dari itu masyarakat Ciamis bersinergi dengan pasukan Siliwangi untuk melawan aksi-aksi terorisme di daerah sekitarnya.
Baca Juga: Cerita PKI Kalah Pemilu di Ciamis, Bikin DN Aidit Kesal
Stasiun Ciamis dan Banjar Memperketat Keamanan Penumpang
Akibat sabotase teroris yang gagal di stasiun Ciamis, pihak kereta api memperketat keamanan penumpang di dua stasiun rawan terorisme –stasiun Ciamis dan Banjar.
Pihak stasiun bahkan memberikan ruang khusus untuk ABRI agar memeriksa isi penumpang sebelum kereta melaju.
Pemeriksaan ini bahkan tidak hanya terjadi sekali, menurut laporan yang dikutip dari Preangerbode (1953), petugas kereta didampingi ABRI mengecek penumpangnya sampai tiga kali sebelum kereta diberangkatkan.
Adapun proses pengecekan penumpang tersebut meliputi pemeriksaan isi tas, pemeriksaan identitas, dan beberapa benda mencurigakan yang dibungkus oleh karung. Pihak stasiun bersama ABRI meningkatkan pemeriksaan tersebut hingga 3 tahun lamanya.
Pemeriksaan ketat yang dilakukan oleh pihak stasiun untuk memberi keamanan bagi penumpang. Selain itu juga untuk melindungi distribusi barang penting pemerintah yang dikirim melalui moda transportasi kereta api. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)