Rabu, April 16, 2025
BerandaBerita TerbaruKisah PSK Saritem Jadi Mata-Mata Sukarno, Bantu Perang Lawan Belanda 1945

Kisah PSK Saritem Jadi Mata-Mata Sukarno, Bantu Perang Lawan Belanda 1945

Para pejuang kemerdekaan sedang kesulitan bagaimana cara menghadapi tentara Belanda yang sadis, tiba-tiba salah satu Pekerja Seks Komersial (PSK) dari tempat lokalisasi Saritem, Bandung menawarkan bantuan. PSK dari Saritem ini bahkan pernah menjadi mata-mata presiden Sukarno.

Seorang PSK berperawakan jangkis yang tidak ingin disebut namanya mengaku jika dirinya ikhlas membantu kemerdekaan Indonesia. PSK ini kemudian meyakinkan komandan laskar-laskar yang ada di Bandung untuk mengangkatnya jadi prajurit rahasia.

Karena sudah kehabisan akal menghadapi tentara Belanda yang semakin kuat di daerah Jawa Barat, para komandan laskar tersebut tanpa ragu langsung menerima tawaran tersebut. Adapun tugas pertama yang diberikan komando pada satuan PSK antara lain yakni aksi spionase.

Memata-matai tentara Belanda merupakan tugas yang berat dan tak mungkin dilakukan oleh orang yang polos. Karena ini para komandan laskar kemerdekaan menaruh PSK untuk menjadi prajurit rahasia yang bertugas mencari informasi tentang kegiatan tentara Belanda sehari-hari.

Baca Juga: Mari Bersuka Ria, Lagu Karya Soekarno yang Fenomenal

Layaknya seorang agen rahasia, para PSK yang sudah bergabung ke dalam laskar perang di Bandung lantas membuntuti tentara Belanda sampai ke tangsi militer. Walaupun harus diakhiri dengan pemerkosaan, para PSK senang asal pulangnya bisa membawa informasi yang berharga.

PSK Saritem Zaman Revolusi Berperan Jadi Mata-mata dan Penyelundup Senjata

Menurut Cindy Adams dalam “Sukarno an Autobiography” (1966), PSK zaman revolusi berperan menjadi mata-mata dan penyelundup senjata.

Hal ini membuat Sukarno bangga pada perkumpulan wanita tersebut, pasalnya wanita yang sering dipandang sebelah mata kini membuktikan manfaat aslinya yang tentu tidak bisa dimiliki oleh setiap orang.

Berdasarkan beberapa laporan militer zaman itu, prajurit wanita dari kalangan PSK lebih punya mental yang kuat daripada wanita biasa. Mereka tidak memperhitungkan risiko walaupun nyawa yang harus jadi taruhannya.

Kaum PSK yang menjadi mata-mata berani mencuri senjata dari tangsi-tangsi militer Belanda dengan tangan kosong. Komandan mereka tidak memberikan sepucuk ataupun sebilah senjata yang bisa membuatnya tenang saat bertugas.

Hal ini terjadi karena jika mereka tertangkap dalam keadaan ditemukan senjata, maka secara tidak langsung penyamaran mereka akan terbongkar. Risikonya selain pelaku mata-mata dibunuh, orang-orang di sekitarnya pun akan menjadi korban –termasuk satuan militernya sendiri.

Berdasarkan catatan sejarah revolusi, prajurit rahasia dari kalangan PSK ini sering mencuri senjata dari tangsi militer di Bandung yang kemudian disembunyikan di sebuah rumah bordil –rumah prostitusi.

Baca Juga: Sejarah Halal Bihalal di Indonesia, Cara Sukarno Damaikan Politisi

Selain Jadi Mata-mata, PSK Asal Saritem Bandung Sering Jadi Telik Sandi Politik PNI

Masih menurut Cindy Adams (1966), Sukarno mengaku peran PSK dalam perjuangan Indonesia terekam jauh bahkan sebelum masa revolusi tahun 1945.

Hal ini terbukti ketika Sukarno membeberkan pada Cindy Adams bahwa partainya (PNI) sering mempekerjakan PSK menjadi telik sandi politik.

Tugasnya untuk mencari informasi aparat kolonial yang kala itu sangat membenci aktivitas politik Sukarno dalam PNI. Para PSK ini wajib mengetahui langkah apa yang akan diambil oleh aparat kolonial jika Sukarno berpidato politik ke khalayak umum.

Pernah suatu ketika Sukarno diselamatkan PSK dari kejaran aparat kolonial pasca dirinya berpidato politik di Bandung.

Sukarno bersembunyi di rumah bordil bersama teman-teman PNI lainnya dan terhindar dari kejaran aparat yang memburunya. Dari sinilah mengapa Sukarno merekrut 670 perempuan dari kalangan (PSK) yang bukan hanya berasal dari Saritem untuk jadi mata-mata.

Ratisan PSK ini dipercaya Sukarno untuk menjadi anggota rahasia PNI yang bertugas jadi telik sandi politiknya.

Mengapa Rumah Bordil Selalu Aman dari Kejaran Aparat Kolonial?

Menurut Robert Cribb dalam buku bertajuk “Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta” (2010), rumah bordil (tempat prostitusi) selalu aman dari satronan aparat kolonial. Pertanyaannya, mengapa ini bisa terjadi?

Pertanyaan tersebut bisa dijelaskan secara ilmiah, Cribb menggambarkan jawaban tersebut menggunakan pendekatan psikologi yang sederhana.

Baca Juga: Mientje, Kekasih Bule Sukarno dan Kisah Cintanya yang Tragis

Menurut Cribb aparat kolonial enggan memeriksa rumah bordil karena mereka yakin para politisi republik kala itu tidak mungkin berada di tempat yang kumuh dan penuh dosa.

Tokoh politik saat itu dipersonifikasikan oleh rakyat sebagai titisan dewa –keturunan Ratu Adil. Mereka datang ke dunia untuk memberikan peradilan, maka dari itu tak mungkin sang Ratu Adil bermain-main di rumah bordil.

Pemikiran di atas diadopsi oleh psikologi aparat kolonial. Selain menghemat tenaga, tidak memeriksa rumah bordil juga merupakan langkah yang tepat bagi aparat kolonial supaya tidak diberi label “bodoh” oleh komandannya.

Prasangka tersebut kemudian dimanfaatkan oleh para PSK untuk melindungi tokoh politik. Kebiasaan ini juga terus dilakukan pada saat zaman revolusi melanda Bandung. Konon pada masa perang, banyak gerilyawan yang sedang dikejar-kejar militer Belanda lari ke Saritem.

Sehingga peran PSK Saritem ini bukan hanya jadi mata-mata, namun juga menyelamatkan tokoh-tokoh politik Indonesia (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Gagal ke Semifinal Piala Asia U-17 2025, Nova Arianto Minta Maaf

Gagal ke Semifinal Piala Asia U-17 2025, Nova Arianto Minta Maaf

Langkah timnas Indonesia untuk melaju ke babak semifinal Piala Asia U-17 2025 harus terhenti. Pasalnya, tim asuhan Nova Arianto ini kalah telak 0-6 dari...
Selama Libur Lebaran 2025, Kunjungan Wisatawan ke Sumedang Meningkat 58 Persen

Selama Libur Lebaran 2025, Kunjungan Wisatawan ke Sumedang Meningkat 58 Persen

harapanrakyat.com,- Selama libur panjang lebaran 2025, kunjungan wisatawan ke Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, mengalami lonjakan signifikan. Kenaikan tersebut jika membandingkannya dengan tahun sebelumnya.  Baca Juga:...
Petugas gabungan bakal amankan PSU Pilkada Tasikmalaya

Amankan PSU Pilkada Tasikmalaya, 3000 Petugas Gabungan se-Priangan Timur Diterjunkan

harapanrakyat.com,- Sebanyak 3.000 petugas gabungan dari Priangan Timur diterjunkan untuk mengamankan Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, yang akan digelar 19...
Kemenkes Periksa Oknum Dokter yang Diduga Lecehkan Pasien Ibu Hamil di Garut

Kemenkes Periksa Oknum Dokter yang Diduga Lecehkan Pasien Ibu Hamil di Garut

harapanrakyat.com,- Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendatangi Polres Garut, Jawa Barat, Rabu (16/4/2025). Kedatangan tersebut untuk klarifikasi dan pemeriksaan terhadap...
Persib Diakui Sebagai Klub Paling Profesional di Indonesia dari FIFA

Selamat! Persib Diakui Sebagai Klub Paling Profesional di Indonesia dari FIFA

Klub sepak bola lokal Indonesia, Persib Bandung, baru saja mendapat prestasi yang membanggakan. Persib mendapat pengakuan sebagai klub dengan pengelolaan paling profesional di Indonesia.  Baca...
Petani di Kutawaringin Ciamis Bingung, Sulitnya Cari Buruh Tani untuk Panen

Petani di Kutawaringin Ciamis Bingung, Sulitnya Cari Buruh Tani untuk Panen

harapanrakyat.com,- Sulitnya mencari buruh tani menjadi kendala para petani di Dusun Buniasih, Desa Kutawaringin, Kecamatan Purwadadi, Ciamis, Jawa Barat. Padahal saat ini di daerah...