harapanrakyat.com,- Gerombolan DI/TII mengamuk di Garut, Jawa Barat, saat malam menjelang awal bulan Februari tahun 1953. Pasukan DI/TII datang menyerbu rumah penduduk di Garut. Mereka mengajak seluruh penduduk di sana berjuang bersama melawan pemerintah republik.
Gerombolan yang jumlahnya ratusan itu mengajak seluruh penduduk kota Garut untuk berbuat makar. Mereka ingin membuat negara dalam negara.
Gerombolan DI/TII memaksa penduduk Garut supaya setuju dengan segala sikap dan kebijakan Imam Besar Kartosuwiryo.
Selain mencari pendukung berbuat makar, gerombolan makar itu datang ke pusat kota Garut bertujuan untuk mencari bahan pangan.
Mereka butuh perbekalan logistik selama bergerilya di hutan-hutan wilayah Jawa Barat. Selain mengambil beras berkarung-karung, gerombolan tersebut juga merampas beberapa hewan ternak milik warga, dari mulai ayam, kambing, hingga sapi.
Setelah puas mendapatkan logistik, mereka pun membakar rumah-rumah warga yang menolak ajakannya.
Akibatnya, ratusan rumah penduduk di Garut ludes terbakar si jago merah. Situasi kacau, keadaan Garut berubah status menjadi daerah darurat perang.
Baca Juga: Tragedi Gaplek Singkong Beracun di Cirebon Tahun 1938, 4 Keluarga Petani Miskin Jadi Korban
Tak lama sesudah peristiwa itu terjadi, pasukan Siliwangi mulai beroperasi di kota Garut. Mereka datang ber kompi-kompi dari Bandung dengan senjata lengkap.
Pasukan Siliwangi mengambil posisi jaga di setiap sudut kota Garut. Mereka menanti gerombolan pemberontak itu melakukan penyerangan kembali.
Gerombolan DI/TII Mengamuk di Garut 1957, Ratusan Rumah Penduduk Dibakar
Surat kabar Indische Courant voor Nederland bertajuk, “Hevige Aanval op Garut” yang terbit 28 Februari 1953 merilis bahwa, akibat gerombolan DI/TII mengamuk, tercatat ada 113 rumah penduduk yang ludes dibakar.
Pasukan gerombolan makar itu membakar habis rumah warga yang tidak ingin mengikuti ideologinya. Saking setianya warga Garut dengan pemerintah republik, mereka rela kehilangan tempat tinggalnya.
Sebelum dibakar, rumah warga juga sempat mereka jarah. Semua benda berharga yang ada dalam rumah diambil paksa oleh gerombolan yang mengamuk di Garut.
Bahkan mereka menjambret beberapa kalung dan gelang emas yang sedang dipakai oleh pemiliknya.
Baca Juga: Hari Ini Asep Sedunia Kumpul di Garut, Ada Asep Setres dari Kalimantan
Gerombolan tersebut mengancam mati jika pemilik benda berharga tidak menyerahkan seluruh hartanya.
Hal ini tentu membuat masyarakat Garut trauma. Apalagi menurut laporan resmi dari militer republic. terdapat korban jiwa yang tewas secara mengenaskan.
Peristiwa Sadis di Garut Tewaskan 5 Warga Sipil
Menurut laporan pasukan Siliwangi, peristiwa kerusuhan yang diciptakan oleh gerombolan DI/TII tahun 1953 menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Gerombolan makar ini telah membunuh 5 penduduk kota Garut dengan cara yang sadis.
Korban merupakan warga sipil yang tidak salah apa-apa. Mereka bahkan tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Yang jelas mereka marah dan berusaha melawan pelaku pembakaran rumahnya.
Namun, karena pihak gerombolan mengantongi senjata, warga sipil yang melawan akhirnya mendapat tebasan keras dari bayonet tajam. Akibat peristiwa tersebut, darah mengucur deras dari leher si korban.
Sementara, pelaku pembunuhan sadis ini melarikan diri ke hutan. Pelaku berusaha menghilangkan jejak dengan cara mengikuti pemimpin DI/TII yang berada di kaki Gunung Galunggung, Tasikmalaya.
Baca Juga: Kehebatan Pasukan Siliwangi Kuasai Garut Pasca Terkontaminasi Negara Pasundan Tahun 1950
Konon jika pelaku pembunuhan sadis dari gerombolan lari ke Gunung Galunggung, maka pasukan Siliwangi akan sulit menangkapnya.
Pasalnya tempat itu menjadi basis gerombolan DI/TII berada. Mereka menguasai wilayah Tasikmalaya dan mendirikan negara dalam negara di daerah berjuluk Kota Resik tersebut.
Gerombolan DI/TII Hampir Kuasai Wilayah Priangan Timur
Mengutip surat kabar Emmer Courant bertajuk, “Aanval van Darul Islam op Garut” yang terbit pada tanggal 6 Januari 1950, gerombolan pemberontak itu hampir menguasai wilayah Priangan Timur sejak 1949.
Bahkan, selama tahun 1950-an mereka sudah membakar habis 300 rumah warga di daerah pedesaan Garut. Motif pembakaran rumah sama dengan yang terjadi pada tahun 1953. Mereka mencari dukungan afirmatif dari masyarakat Garut untuk menumbangkan pemerintah republik.
Namun perjuangannya sia-sia. Orang Garut tidak mendukung ajakan gerombolan [emberontak itu.
Akibatnya ratusan rumah rusak parah karena kebakaran. Sedangkan, pemerintah republik belum bisa memadamkan kerusuhan lantaran jumlah aparat saat itu masih terbatas.
Alhasil, selain mengandalkan aparat yang bertugas, masyarakat Garut juga memanfaatkan kekuatan massa untuk menahan kekuatan gerombolan yang mengamuk.
Penduduk setempat menggunakan perkakas seadanya untuk menghalau gerombolan DI/TII yang mengamuk di Garut. (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)