harapanrakyat.com,- Agresi militer Belanda tahun 1947 di Pulau Jawa menjadi catatan kelam dalam sejarah Indonesia. Belanda melakukan agresi militernya di Pulau Jawa salah satunya di daerah Pameungpeuk, Garut.
Kala itu angkatan udara Belanda sukses menghujani peluru ke kantong-kantong militer republic yang ada di daerah tersebut.
Aksi perusakan Pameungpeuk mereka lakukan dengan cara penyerangan udara. Adapun yang menghujani Pameungpeuk dengan timah panas yakni pesawat pemburu bermerek Mustang.
Pesawat tempur bergambar hiu itu berhasil meluluhlantakkan daerah Pameungpeuk hanya dalam waktu kurang dari 1 jam.
Akibat penyerangan tiba-tiba ini markas tentara republik jadi rusak. Sebagian markas mendadak tak berpenghuni, sebab banyak anggota militer dari kelompok republik yang gugur.
Dalam agresi militer Belanda di Garut, pesawat tempur Mustang telah merusak berbagai bangunan di daerah Pameungpeuk.
Setelah operasi udara militer berhasil dilakukan, angkatan darat Belanda kemudian bergerilya. Mereka yang datang dari arah Pangandaran menyusup daerah Pameungpeuk, Garut lewat Pantai Selatan.
Karena eksekusi udara berhasil, tak banyak rintangan angkatan darat Belanda selama bergerilya. Mereka berjalan kurang lebih satu hari lamanya.
Selain jarak Pangandaran-Pameungpeuk ditempuh dengan jalan kaki, angkatan darat Belanda juga membekali sebagian perwiranya dengan kendaraan besar, seperti jeep, truk, dan tank.
Baca Juga: RAA Kusumasubrata, Bupati Galuh Ciamis yang Dianggap Ratu Adil
Agresi Militer Belanda 1947, Masyarakat Pameungpeuk Tak Bisa Berkutik
Menurut surat kabar Twentsch dagblad Tubantia berjudul “Nederlandsch Militaire Operaties op West Java” yang terbit 3 Desember 1947, Belanda telah berhasil menguasai Pameungpeuk sejak tanggal 28 November 1947.
Angkatan darat Belanda sukses mengkondisikan wilayah Garut dari serangan laskar. Tentara Belanda tampaknya merajai medan perang untuk wilayah Priangan Utara.
Tak banyak tentara republik yang melawan mereka. Adapun beberapa pasukan perang republik yang nekat melawan Belanda, akhirnya mundur dan banyak yang gugur juga.
Hal ini membuat pihak militer republik yang berada di Yogyakarta berpikir keras. Terutama Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Ia khawatir jika dalam melakukan agresi militer itu Belanda terus bergerak licik dan perlahan-lahan kembali menguasai daerah Jawa seutuhnya.
Sehari setelah penguasaan daerah Pameungpeuk, angkatan udara Belanda di Garut mengadakan pertemuan. Mereka menggelar pesta di antara barak dan kendaraan perangnya.
Turut hadir juga di tempat pesta pesawat tempur (Mustang) yang berperan penting dalam penghancuran basis militer republik di Garut kurang dari 1 jam.
Baca Juga: Kisah Wanita Telik Sandi Asal Garut yang Selalu Lolos dari Kejaran Belanda, Punya Ilmu Halimun?
Pangandaran Basis Pertahanan Belanda di Wilayah Priangan
Masih menurut surat kabar sebelumnya, dalam agresi militer Belanda di wilayah Pulau Jawa, Pangandaran ternyata merupakan wilayah bagian dari basis pertahanan Belanda se-Priangan Timur.
Pangandaran menjadi tempat pertama berkumpulnya tentara Belanda yang datang dari arah Jawa Tengah.
Tentara Belanda kemudian membangun beberapa sarana untuk mempersiapkan perang melawan tentara republik di Pangandaran. Bahkan mereka melabuhkan beberapa kapal tempurnya di pesisir pantai Timur Pangandaran.
Dengan demikian, Pangandaran bisa dikatakan sebagai basis pertahanan Belanda yang paling kuat di daerah Priangan Timur.
Selain kapal perang, dalam agresi militernya itu angkatan udara Belanda juga menaruh sebagian pesawat mustangnya dekat Teluk Pananjung.
Tak hanya itu, mereka juga telah menyediakan tempat khusus untuk menyimpan senjata. Konon sebelum tentara Belanda datang kembali ke Indonesia, Jepang telah membuat beberapa kotak bangunan yang berfungsi untuk menyimpan senjata beserta amunisi lengkapnya.
Baca Juga: Gerombolan DI/TII Mengamuk di Garut 1953, 113 Rumah Dibakar, 5 Warga Sipil Terbunuh
Tentara Republik Turun Gunung dari Jawa Tengah
Setelah tentara Belanda berhasil menguasai Pameungpeuk, terdapat satuan laskar yang selamat meminta bantuan kepada tentara republik di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Mereka mengirimkan surat bantuannya menggunakan tenaga hewan (merpati pos).
Ketika surat pertolongan itu sampai, tentara republik kemudian merespon dengan cepat. Panglima Soedirman langsung mengutus sebagian pasukan Siliwangi untuk melakukan penyerangan balik pada Belanda di daerah Pameungpeuk.
Mereka berangkat dari Yogyakarta ke Pamengpeuk menggunakan tumpangan umum. Dalam perjalanannya mereka menyamar seperti petani. Tak jarang mereka juga melakukan pembajakan terhadap truk Belanda yang melintas sendiri.
Konon pembajakan ini membuat tentara republik bisa menembus portal militer Belanda dengan mudah.
Dengan menyamar jadi tentara Belanda, pejuang kemerdekaan Indonesia zaman dulu juga bisa mencuri beberapa senjata milik Belanda di gudang amunisi.
Setelah sampai di Pameungpeuk, para pejuang Siliwangi yang berasal dari Yogyakarta langsung menyerang tentara Belanda.
Mereka menyerbu pasukan musuh pada saat tentara Belanda menikmati pesta di tengah malam. Karena pengaruh alkohol yang terlalu banyak, tentara Belanda jadi tidak fokus berperang.
Akibatnya pertahan pasukan Belanda hancur saat melakukan agresi militer di daerah Pameungpeuk, Garut. (Erik/R3/HR-Online/Editor: Eva)