Sebagai pimpinan komando operasional daerah, Kolonel Gatot Subroto sempat kesal dengan tindak-tanduk tentara Belanda di Jawa Barat. Pasalnya tidak seperti di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, tentara Belanda yang tergabung dalam pasukan Sekutu sering bertindak sadis di daerah Pasundan.
Mereka sering melakukan pemaksaan pada rakyat sipil. Bahkan tentara mereka juga kerap melakukan tindakan pembunuhan pada prajurit laskar karena dianggap sebagai aksi terorisme dan pemberontakan.
Pemaksaan tentara Belanda pada prajurit laskar tidak main-main sadisnya. Mereka memaksa prajurit laskar yang tertangkap untuk menelan lencana di bajunya yang terbuat dari lempengan kaleng tajam. Bayangkan saja, menelan lencana itu sama seperti menelan silet.
Baca Juga: Sejarah Banjar Patroman, Sentral Karet Terbesar di Priangan Timur 1920-1962
Kabar sadis ini pun sampai hingga ke telinga Kolonel Gatot Subroto. Tak perlu menunggu lama, pada pertengahan bulan Juli 1948, Gatot kemudian menugaskan anak buahnya di daerah Jawa Barat bernama Iman Sardjono untuk melakukan sabotase di daerah operasi Belanda yang ada di Banjar Patroman.
Seperti apa sabotase yang dilakukan Kolonel Gatot Subroto di Banjar Patroman?
Kolonel Gatot Subroto Menugaskan Anak Buahnya Sabotase Banjar Patroman
Gatot Subroto menugaskan anak buahnya dari satuan Siliwangi untuk mengadakan sabotase jalur utama perlintasan dari arah Pangandaran menuju Banjar Patroman. Adapun yang ditugasi Gatot –Iman Sardjono melakukan pemotongan jalur tersebut dengan menghancurkan jembatan.
Akibatnya banyak jembatan utama penghubung daerah Pangandaran dengan Banjar hancur. Kehancuran itu membuat tentara Belanda tidak bisa melewati Banjar, mereka datang dari arah Pangandaran menuju Bandung.
Selain menghancurkan jembatan utama, pasukan Siliwangi yang dipimpin oleh Iman Sardjono kala itu juga turut menghancurkan beberapa bangunan penting milik pemerintah kolonial di Banjar Patroman, yakni pabrik-pabrik gula dan bangunan administratur perkebunan.
Setelah aksi sabotase selesai dilakukan, Iman Sardjono menghadap Solichin G.P. untuk dilaporkan kepada Kolonel Gatot Subroto. Laporan ini pun sampai ke meja Gatot oleh Solichin G.P. mereka kemudian berbincang akrab dan berakhir dengan penugasan lain.
Gatot mempercayakan tugas menculik salah seorang tokoh politik di Jawa kepada Solichin G.P. Konon ia diculik karena berpotensi merusak konsentrasi Komisi Tiga Negara untuk memenangkan Indonesia sebagai negara yang merdeka.
Solichin dan kawan-kawan lain pun sepakat untuk menuntaskan tugas ini dengan sebaik mungkin. Adapun yang bertugas bersama Solichin menculik tokoh politik –berisiko menghancurkan konsentrasi KTN ini terdiri dari, Den Ucen, Karli A. Yoesoef, Ewiw, Ulo Surya, dan Dermawan.
Baca Juga: Sejarah Penumpasan DI/TII di Banjar Patroman, TNI Terjunkan Batalyon Pemburu
Sabotase Gatot Subroto Perkuat Pertahanan Siliwangi di Priangan Timur
Sabotase yang dilakukan oleh Kolonel Gatot Subroto melalui anak buahnya dari prajurit Siliwangi –Iman Sardjono, menghasilkan dampak yang baik untuk pertahanan tentara Siliwangi yang ada di daerah Priangan Timur.
Tidak seperti sebelumnya banyak teror dan pemaksaan dari tentara Belanda yang bersifat sadis, setelah dilakukan aksi sabotase di daerah Banjar Patroman membuat tentara Belanda bersikap segan pada kaum republiken.
Paling tidak, sudah jarang peristiwa yang sebelum terbunuh dilakukan penyiksaan seperti menelan lencana. Biasanya pembunuhan yang dilakukan oleh tentara Belanda pada prajurit republik di daerah Jawa Barat saat itu hanya dengan senjata api.
Sebagaimana peraturan perang internasional –jika musuh sudah menyerah jangan sampai dibunuh, pasca aksi sabotase yang dilakukan di daerah Banjar ini membuat tentara Belanda sadar akan peraturan di atas. Mereka tidak lagi membunuh paksa para pejuang republik.
Namun tanpa disadari praktik tersebut membuat tentara Siliwangi semakin kuat. Mereka sedang menyiapkan massa untuk menyerang balik tentara Belanda. Namun ini semua dilakukan untuk membela kepentingan bangsa, terutama guna memperoleh kemerdekaan Indonesia.
Komandan yang Hobi Mengumpat
Menurut Rohmat Kurnia dalam “Jenderal Gatot Subroto: Tentara yang Tegas dan Setia Kawan”, (2016), ada kisah menarik dibalik Kolonel Gatot Subroto yang tegas.
Gatot Subroto ternyata hobi mengumpat “monyet”. Hal ini diiyakan oleh mantan prajuritnya dari satuan Siliwangi, Iman Sardjono.
Baca Juga: Sejarah Sabotase Kereta Api Maos-Banjar: Masinis Diculik, Penumpang Panik
Iman pernah diumpat dengan sebutan “monyet” oleh Gatot tatkala ia melapor keberhasilannya melakukan aksi sabotase di daerah operasi Banjar Patroman. Salah satunya yakni ketika Kolonel Gatot menanggapi kesuksesan itu dengan umpatan “bagus, monyet”.
Mungkin bagi sebagian orang ini merupakan umpatan yang tidak sopan, tapi menurut berbagai kesaksian anak buahnya justru umpatan “monyet” merupakan simbol kebahagiaan hati sang Kolonel. Justru anak buah Gatot akan merasa takut jika ia Gatot tak mengumpat monyet seharian.
Anak buahnya akan bertanya-tanya ada apa dengan Pak Gatot? Apalagi kalau sampai Gatot menyapa anak buahnya dengan sebutan “paduka yang mulia”, maka sudah bisa dipastikan sedang terjadi sesuatu hal yang tidak baik dalam hati Gatot.
Maka dari itu ketika Iman Sardjono disebut monyet oleh Gatot, tak langsung membuat hati iman sakit. Ia justru bahagia mendengar umpatan itu dari Kolonel Gatot Subroto, pasalnya umpatan tersebut adalah simbol dari kemenangan. Gatot sedang senang, Iman Sardjono dianggap prajurit Siliwangi terbaik. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)