Asal-usul tari Jaipong, tarian khas Jawa Barat yang sarat akan makna. Gerakannya yang unik dan energik membuat tarian ini menjadi salah satu ikon Jawa Barat.
Tari Jaipong sendiri merupakan sebuah tarian hasil pencampuran beberapa kesenian yang ada di Jawa Barat waktu itu seperti, pencak silat, ketuk tilu, dan wayang golek.
Tarian yang merupakan hasil inovasi tersendiri ini memiliki dua versi asal-usulnya. Terdapat dua versi penciptaan yaitu oleh Haji Suanda dan versi Gugum Gumbira.
Tidak hanya memiliki keunikan dan gerakannya yang indah, tarian khas Jawa Barat ini juga sarat akan makna dalam setiap gerakannya.
Dua Versi Asal-usul Tari Jaipong
Versi pertama mengenai asal-usul tari Jaipong berasal dari seorang seniman Karawang yang bernama Haji Suanda.
Haji Suanda mencampurkan beberapa jenis kesenian dan menghasilkan sebuah tarian unik. Saat itu masyarakat sangat menyukainya. Namun, ketika Haji Suanda menciptakan tarian itu, ia belum memberi nama sebagai tarian Jaipong.
Untuk menambah iringan tarian, sejumlah alat musik menjadi pengiring seperti Degung, Gendang, Gong dan beberapa alat musik ketuk lainnya.
Tak lupa dalam setiap pertunjukan Tarian Jaipong, sinden mengiringinya yang menambah kemeriahan acara tersebut.
Baca Juga: Sejarah Gerakan Djojobojo dan Kisah PKI Bongkar Rel Kereta Api Banjar-Pangandaran
Menurut versi yang kedua, asal-usul tari Jaipong merupakan hasil pengembangan oleh Gugum Gumbira dari Bandung.
R. Toto Sugiarto dalam “Ensiklopedia Seni Dan Budaya 1: Seni Tari Nusantara” (2017), menuturkan bahwa tarian ini merupakan hasil kreasi dari Gugum Gumbira.
Tarian hasil kreasi Gugum Gumbira ini berkembang di Bandung pada tahun 1970-an.
Penamaan Jaipong sendiri terinspirasi dari bunyi gendang ketika Gugum Gumbira sedang menonton pentas tarian ini. Bunyi gendang yang terdengar berbunyi “blaktingpong” yang kemudian menjadi “Jaipong”.
Terlepas dari beberapa versi asal-usul tari Jaipong ini, kini kesenian ini sudah dikenal di seluruh wilayah Jawa Barat.
Bahkan seiring berjalannya waktu, penari dari luar Jawa Barat pun banyak yang mempelajarinya.
Dari tarian ini lahir beberapa penari-penari yang populer di zamannya seperti Yeti Mamat, Eli Somalia, Tati Saleh, hingga Pepen Dedi Kurniadi.
Terbukti melalui tangan-tangan penari Jaipongan inilah kesenian ini terus digandrungi di tengah perkembangan zaman.
Tarian Khas Jawa Barat
Tari Jaipong memang sebuah tarian yang khas dengan kesenian-kesenian di Jawa Barat. Pola gerakan tari Jaipong dengan berjalan memutar, sambil memainkan selendang yang ada di leher penarinya.
Baca Juga: Sejarah Gunung Tangkuban Perahu, Wisata Favorit Sejak Zaman Belanda
Untuk ritme gerakannya biasanya gerakan tari Jaipong juga akan diiringi musik pengiring. Gerakan yang cepat akan diiringi oleh musik yang semakin cepat pula.
Ciri khas lain yang terdapat dalam Jaipongan gaya kaleran yaitu, erotisme, humanisme, semangat, spontanitas dan kesederhanaan.
Dari sisi gerakannya, tari Jaipong sendiri sebenarnya banyak didominasi oleh gerakan tangan, bahu dan pinggul penarinya.
Cerminan dalam Tarian Jaipong ini sangat mencerminkan dengan tarian Sunda. Muryanto dalam “Mengenal Seni Tari Indonesia” (2020), menuturkan bahwa seni tari Sunda memiliki gerakan khas yang lincah, energik, dan eksotik.
Tarian Jaipong merupakan tarian rakyat yang sering dijadikan sebagai hiburan massal di Jawa Barat. Jika mengacu pada konteks hari ini, tarian ini bukan hanya hadir dalam acara kerakyatan, namun juga acara formal di pemerintahan.
Hentakan dalam Tarian Jaipong dan irama musik yang dinamis membuat banyak orang tertarik dan sering mengidentikkan tarian ini sebagai ikon dari Jawa Barat.
Untuk jumlah orang yang terlibat dalam tarian ini biasanya tergantung pertunjukannya, ada yang menggunakan satu penari, ada yang berpasangan, bahkan ada yang melakukan tarian Jaipong secara berkelompok.
Tarian Jaipong Sarat Makna
Y. Sumandiyo Hadi dalam Revitalisasi Tari Tradisional” (2018), menyatakan bahwa pertunjukan tari tradisional seringkali memiliki arti simbolis dan nilai-nilai filosofis.
Sebagai sebuah tarian lokal khas Jawa Barat, tentu Tari Jaipong tidak hanya memiliki gerakan yang dinamis. Namun, juga menyimpan makna dan nilai-nilai tertentu dalam setiap gerakannya.
Baca Juga: Kisah Gubernur Pertama Jawa Barat Digeledah Pejuang Tasikmalaya
Tarian Jaipong identik dengan bentuk interaksi perempuan di dalam masyarakat terutama daerah pedesaan.
Terdapat pula anggapan bahwa kesenian ini merupakan sebuah tarian yang bertujuan untuk mengangkat derajat manusia terutama dalam setiap gerakannya.
Gerakannya yang lincah dan energik memberikan gambaran mengenai perempuan Sunda yang memiliki sifat pantang menyerah dan tidak mudah putus asa dalam semua hal.
Melalui gerakan ini juga mematahkan stigma perempuan Sunda. Selama ini banyak yang menganggap perempuan Sunda malas dan hanya mengandalkan kecantikan fisik saja.
Gerakannya yang energik dan berganti-ganti menggambarkan bahwa perempuan Sunda mampu beradaptasi di setiap keadaannya. Sehingga tidak mudah gagap terhadap suatu kondisi.
Melalui tarian ini seolah-olah penciptanya berusaha menyampaikan mengenai sifat perempuan Sunda yang memiliki kelebihan tersendiri.
Tari Jaipong berusaha mengangkat derajat kaum perempuan terutama perempuan Sunda dari pandangan-pandangan negatif yang sering muncul. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)