Rabu, April 2, 2025
BerandaBerita TerbaruTragedi Mandor Berdarah di Kalimantan, Pembantaian Massal Terkejam Zaman Jepang

Tragedi Mandor Berdarah di Kalimantan, Pembantaian Massal Terkejam Zaman Jepang

Sejarah tragedi Mandor berdarah di Kalimantan merupakan catatan kelam penjajahan Jepang di Indonesia yang harus diketahui. Disebut tragedi Mandor berdarah lantaran peristiwa pembantaian yang menewaskan puluhan ribu orang tersebut terjadi di Desa Mandor, Pontianak, Kalimantan Barat.

Peristiwa ini menjadi salah satu peristiwa pembantaian terkejam pada masanya. Pasalnya menurut catatan Pemerintah Kalimantan Barat terdapat 21.037 korban jiwa dalam peristiwa yang terjadi pada 28 Juni 1944 tersebut.

Meskipun orang Jepang hanya mengklaim bahwa hanya terdapat 1.486 korban dalam peristiwa pembantaian itu. Pemerintahan Jepang menolak klaim terhadap korban tewas menurut Pemerintah Kalimantan Barat.

Peristiwa ini berawal dari ketidaksukaan orang-orang Jepang terhadap kelompok-kelompok yang diduga memberontak di Kalimantan Barat.

Baca Juga: Kisah Jenderal Sudirman Sholat Idul Fitri di Jakarta, Dijaga Ketat Prajurit Revolusi

Motifnya adalah agar Jepang dapat menguasai sumber daya alam yang ada di Kalimantan Barat waktu itu.

Sejarah Tragedi Mandor Berdarah di Kalimantan, Awal Mula Konflik

Mengutip “Sejarah Daerah Kalimantan Selatan” (1997), selama masa penjajahan Jepang, kawasan Kalimantan Selatan merupakan wilayah kekuasaan Angkatan Laut Jepang.

Masuknya angkatan laut ini sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk menghadapi Perang Asia Timur Raya yang akan terjadi.

Sehingga berbagai usaha dan kerja paksa yang dilakukan jauh lebih kejam ketimbang masa penjajahan Belanda.

Rakyat dipaksa bekerja tanpa dibayar, disiksa, hingga tak punya pakaian akibat kerja paksa yang dilakukan Pemerintahan Jepang.

Rakyat yang merasakan ketidakadilan timbul kebencian terhadap Pemerintahan Jepang, dari sinilah muncul benih-benih pemberontakan.

Gelagat pemberontakan ini tercium oleh orang-orang Jepang yang ada di Kalimantan Barat. Dari sinilah mulai terjadi pembantaian.

Sebenarnya dalam peristiwa tersebut terdapat beberapa kelompok yang dianggap akan melakukan pemberontakan.

Beberapa kelompok ini terdiri dari berbagai tokoh politik, kaum terdidik, bangsawan lokal, tokoh masyarakat, hingga tokoh agama.

Beragamnya orang yang ditangkap dalam peristiwa inilah yang menyebabkan jika tragedi Mandor berdarah yang terjadi di Kalimantan Barat dan Selatan ini dianggap menghabiskan satu generasi.

Baca Juga: Sejarah Musik Pop di Minangkabau, Irama Nusantara dari Budaya Arab

Pembantaian Massal Rakyat Kalimantan Barat dan Selatan

Desas-desus mengenai adanya pemberontakan ini sebenarnya bukan lagi sebuah isu, karena memang tak lama setelah itu terjadi pemberontakan di Kalimantan Barat.

Mengutip Nino Oktorino dalam “Konflik Bersejarah-Ensiklopedi Pendudukan Jepang di Indonesia” (2013), isu itulah yang membuat pada 23 April 1943, Tokkeitai melakukan penangkapan besar-besaran terhadap para pemuka masyarakat lokal. 

Mereka dibawa ke Desa Mandor yang terletak 88 Kilometer di sebelah Utara Kota Pontianak dan dilakukan eksekusi secara kejam.

Peristiwa pemberontakan yang terjadi 23 April 1943 itu dikhawatirkan akan menyebar ke Kalimantan Selatan. Oleh karena itu, Jepang mulai melakukan penangkapan pada 23 Oktober 1943 terhadap tokoh-tokoh berpengaruh yang ada di Kalimantan Selatan.

Bahkan organisasi Nissinkai yang awalnya didirikan oleh Jepang untuk kaum pribumi pun turut dicurigai sebagai ajang pemberontakan.

Kejadian inilah yang menyebabkan terjadi penangkapan terhadap para tokoh berpengaruh di Kalimantan saat Konferensi Nissinkai pada 24 Mei 1944. Penangkapan tersebut merupakan awal dari tragedi Mandor berdarah di Kalimantan.

Tidak cuma para tokoh Nissinkai, melainkan kerabat dan keluarga mereka juga dijemput paksa oleh tentara Jepang.

Pembataian pada 1944 dan 1945

Orang-orang yang ditangkap ini pun dieksekusi pada 28 Juni 1944. Para tahanan dieksekusi dengan pedang dan diberondong dengan senjata.

Kekejaman tentara Jepang tak sampai di situ, aksi penculikan dan penghilangan rakyat Kalimantan Barat dan Selatan ini bahkan terjadi pula pada tahun 1945.

Banyaknya jumlah korban yang dihilangkan secara paksa ini memberikan dampak yang luar biasa bagi perkembangan sejarah Kalimantan.

Meskipun, pihak Jepang hanya mengakui jika korban yang ada dalam peristiwa itu berjumlah 1486 orang. Padahal menurut data dari Pemerintah Kalimantan Barat saja terdapat sekitar 21.037 korban dalam peristiwa itu.

Syafaruddin Usman Mhd dan Isnawita Din dalam, “Peristiwa Mandor Berdarah”,(2009) menurut kesaksian Yamamoto, seorang kepala kempetai di Kalimantan Barat, jumlah korban mencapai angka 50.000 orang yang terdiri dari tokoh intelektual dan keluarganya

Tak terhitung jumlah generasi terbaik di zaman tersebut yang dihilangkan secara paksa. Para tokoh berpengaruh dan cendekiawan yang seharusnya memberikan kontribusi terbaik, hilang tanpa kabar.

Kejadian ini menjadi duka yang mendalam bagi rakyat Kalimantan, oleh karena itu setiap tanggal 28 Juni diperingati sebagai hari berkabung daerah.

Baca Juga: Sejarah Wabah Flu Spanyol di Pulau Jawa, Dianggap Penyakit Kutukan

Sejarah Tragedi Mandor Berdarah di Kalimantan yang Mulai Terlupakan

Pembantain ini memang sudah terjadi puluhan tahun lamanya. Sehingga sangat wajar ketika banyak generasi muda yang tidak memahami mengenai sejarah tragedi Mandor berdarah di Kalimantan.

Kekejaman tentara Jepang selama masa penjajahannya ini jarang sekali mendapatkan sorotan. Padahal ini menjadi kerugian besar bagi perkembangan bangsa Indonesia.

Untuk memperingati peristiwa ini sendiri di Kalimantan Barat dibangunlah sebuah Monumen Makam Jung Mandor yang menggambarkan pembantaian massal yang dilakukan oleh Jepang.

Meskipun sempat terdapat usaha-usaha untuk meneliti kembali sejarah tragedi Mandor namun kini usaha untuk melakukan penelitian terbaru itu hampir pupus.

Saksi mata yang mengetahui peristiwa tersebut hampir hilang, sehingga belum sempat dilakukan penelitian terbaru.

Minimnya penelitian mengenai tragedi Mandor berdarah di Kalimantan ini ditakutkan membuat sejarah ini perlahan semakin dilupakan oleh generasi muda.

Meskipun antara Pemerintah Jepang dan Indonesia sudah pernah melakukan perjanjian damai yang tertuang dalam UU nomor 13 tahun 1958. Namun perjanjian tersebut hanyalah bersifat umum dan tidak spesifik pada kasus tertentu. (Azi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Microsoft Surface Pro 11, Keyboard Fleksibel & Baterai Setara Mac

Microsoft Surface Pro 11, Keyboard Fleksibel dan Baterai Setara Mac

Microsoft Surface Pro 11 membawa gebrakan baru. Ini merupakan laptop Microsoft terbaru. Kehadiran perangkat terbaru ini menarik perhatian banyak orang. Microsoft kini semakin baik...
Sejarah Siger Sunda, Mahkota untuk Pengantin Wanita

Sejarah Siger Sunda, Mahkota untuk Pengantin Wanita

Sejarah Siger Sunda cukup menarik untuk kita telisik lebih lanjut. Ya, Siger Sunda adalah hiasan kepala berbentuk mahkota yang dikenakan oleh pengantin wanita dalam...
Kandang ayam terbakar

Sebuah Kandang Ayam di Ciamis Ludes Terbakar, Ini Dugaan Penyebabnya

harapanrakyat.com,- Sebuah kandang ayam milik warga di Desa Maparah, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat ludes terbakar. Dugaan peristiwa kebakaran tersebut akibat alat oven...
Fitur Motion Photos Whatsapp, Apa Fungsinya?

Fitur Motion Photos Whatsapp, Apa Fungsinya?

WhatsApp kembali berinovasi dengan menghadirkan fitur baru bernama Motion Photos WhatsApp. Fitur Motion Photos WhatsApp ini memungkinkan pengguna untuk berbagi foto bergerak dalam obrolan...
Kandungan Surat Al Qiyamah, Dahsyatnya Hari Kiamat

Kandungan Surat Al Qiyamah, Dahsyatnya Hari Kiamat

Memahami pokok isi kandungan surat Al Qiyamah sudah semestinya dilakukan oleh umat muslim. Hal ini karena memahami kandungannya bisa membantu umat muslim untuk meningkatkan...
Cara Membuka File RAW di HP dengan Mudah dan Praktis

Cara Membuka File RAW di HP dengan Mudah dan Praktis

Cara membuka file RAW di HP menjadi pertanyaan banyak pengguna yang gemar fotografi. Format RAW menyimpan lebih banyak detail daripada JPEG, sehingga sering digunakan...