Sejarah Spiegel Bar and Bistro menarik perhatian para wisatawan di Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah. Selain karena bangunan unik yang didominasi oleh lapisan kaca tebal, konon Spiegel menyimpan kisah menarik pada zaman dulu.
Spiegel yang berarti kaca dalam bahasa Belanda dan Jerman, dulunya merupakan toko serba ada alias Toserba pertama yang ada di Semarang.
Toko Spiegel begitu orang-orang Semarang zaman dulu menyebutnya, berdiri sejak tahun 1885, tepat tiga tahun sesudah Gunung Krakatau meletus hebat dan sempat menghancurkan kondisi ekonomi Hindia Belanda.
Adapun pemilik toko Spiegel merupakan pria keturunan Austria-Hungaria bernama Herman Spiegel. Nama Spiegel saat itu diambil dari nama famili orang Austria-Hungaria yang senang dengan artinya dalam bahasa Jerman yaitu cermin.
Baca Juga: Sejarah Panitia Sembilan, Penyempurna Pancasila dan Perumus Piagam Jakarta
Dalam perjalanan sejarahnya perusahaan Herman Spiegel yang terletak di Kota Lama Semarang terus berkembang dengan pesat. Bisnis keluarga Herman menjadi maju tatkala ada kerjasama dagang dengan perusahaan milik sesama orang Austria-Hongaria.
Sejarah Spiegel Bar and Bistro, Dulu Menjual Kebutuhan Sehari-hari Orang Eropa
Menurut akun Instagram resmi Spiegel Bar and Bistro @spiegelbistro, berdasarkan sebuah artikel di harian De Locomotief yang terbit pada awal 1900-an telah menyebut Spiegel sebagai toko yang menyediakan berbagai benda kebutuhan rumah tangga.
Toko Spiegel menjual berbagai barang kebutuhan sehari-hari orang Eropa. Seperti mentega, alat olahraga, buku pelajaran, guci air minum, lampu gas, dan lain sebagainya.
Sebagai toko serba ada satu-satunya di Semarang menjadikan Spiegel sebagai pusat belanja masyarakat kolonial. Orang-orang Belanda sering menjadi langganan toko Spiegel, mereka menjadi pelanggan setia terutama menjadi pembeli mentega berkualitas.
Sejak saat itu Herman Spiegel mulai berpikir untuk memperluas perusahaannya supaya menjadi bisnis keluarga yang terkemuka. Namun karena belum ada cara yang memungkinkan, Herman masih mengandalkan modal kecil untuk mengisi barang-barang tokonya.
Herman Spiegel Memperluas Perusahaannya
Setelah waktu berlalu, tepat pada awal abad ke-20 masehi, Herman Spiegel berhasil memperluas bisnisnya menjadi Perseroan Terbatas bernama, N.V. Winkel Maatschappij, H. Spiegel.
Konon Herman Spiegel bekerjasama dengan para pengusaha yang berasal dari kekaisaran Austria-Hungaria untuk memperluas bisnisnya menjadi perusahaan besar di pulau Jawa. Adapun bantuan modal ini ditujukan supaya toko Spiegel mampu menambah barang dagangannya.
Baca Juga: Tragedi Mandor Berdarah di Kalimantan, Pembantaian Massal Terkejam Zaman Jepang
Hal ini dilakukan untuk menjamin barang-barang yang diperjualbelikan di toko Spiegel menjadi yang terlengkap di Semarang. Dengan demikian toko Spiegel akan semakin langgeng menjadi perusahaan yang laris karena kepercayaan para pelanggan setianya.
Adapun beberapa nama yang saat itu membantu modal untuk memperluas perusahaan Spiegel terdiri dari seorang pengusaha garmen bernama Adler (1854-1927) dan seorang importir barang-barang dari Eropa bernama Ignacz Back (1871-1953).
Toko Spiegel Menjadi Swalayan Satu-satunya yang Terkemuka di Semarang
Atas kerjasama Herman Spiegel dengan Adler dan Ignacz Back, perusahaan toserba milik keluarga Herman ini berubah pesat menjadi swalayan satu-satunya yang terkemuka di wilayah Semarang.
Banyak orang Eropa yang menjadi pelanggan setia toko Spiegel. Tidak hanya membeli mentega berkualitas baik, ketika toko Spiegel berubah menjadi swalayan (toko grosiran) banyak para wanita Eropa yang membeli kebutuhan sehari-hari di toko tersebut.
Baca Juga: Sejarah Kusir Andong di Yogyakarta, Pernah Jadi Profesi Priyayi
Seperti halnya sabun cuci pakaian, rokok, beras, dan lain sebagainya. Orang-orang Eropa di Semarang selalu menjatuhkan tujuan pembelian kebutuhan rumah tangganya di toko Spiegel.
Ketika toko Spiegel sedang berkembang dengan pesat, Herman Spiegel menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 1911. Jasad Herman dimakamkan di Wina dan sepeninggalnya, toko Spiegel kemudian dikelola oleh seorang pengusaha Yahudi asal Ukraina bernama Schmiel Simchy (Simon) Rappaport.
Kendati dikelola oleh seorang Yahudi, toko Spiegel terus berkembang menjadi perusahaan yang maju. Bahkan saking suksesnya toko Spiegel sampai membangun bangunan baru di Bodjong Weg atau yang saat ini terkenal dengan jalan Pemuda di Semarang.
Toko Spiegel menjadi legendaris karena toko tersebut merupakan pelopor toserba di Semarang. Belum ada penelitian lain yang bisa menunjukkan toserba lain selain Spiegel. Hal ini membuat toko milik keluarga Herman Spiegel tersebut menjadi satu-satunya toko kelontongan pertama yang ada di Hindia Belanda. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)