Tidak pernah ada yang menyangka sebelumnya jika ternyata di dalam sejarah pembuatan naskah proklamasi terdapat peran tentara Jerman, kok bisa? Apa yang terjadi waktu itu, apakah narasi ini bagian dari sejarah yang terlupakan atau disembunyikan?
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul seiring dengan baru didengarnya bahwa tentara Jerman di Indonesia punya peran yang berarti untuk kemerdekaan republik ini. Lantas peran apa yang dilakukan oleh tentara Jerman tersebut, berikut ulasannya.
Baca Juga: Sejarah Kemerdekaan Indonesia dan Seniman Belanda yang Memihak Republik
Sejarah Naskah Proklamasi, Diketik Menggunakan Mesin Tik Tentara Jerman
Menurut Toeti Kakiailatu dalam buku berjudul, “BM Diah: Wartawan Serba Bisa” (1997), Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia menggunakan mesin tik milik kantor militer Jerman di Jakarta.
Awalnya naskah proklamasi itu akan diketik menggunakan mesin tik milik Laksamana Maeda. Namun saat Sayuti Melik mulai mengetik ternyata tombol aksara di mesin tik tersebut menggunakan huruf kanji –aksara Jepang.
Tentu ini membuat bingung banyak orang nanti, walaupun mungkin saat itu ada beberapa tokoh Nasional yang mengerti bahasa Jepang.
Melihat situasi yang semakin genting –takut Jepang berubah pikiran tidak memberi kebebasan menyusun kemerdekaan RI, Maeda pun bertindak. Maeda menyuruh pembantunya bernama Satzuki Mishima untuk pergi ke kantor militer angkatan laut Jerman dan meminjam mesin tik beraksara latin.
Satzuki pun berangkat menggunakan sepeda dan sesampainya di sana ia meminta izin untuk pinjam mesin tik tersebut. Karena sama-sama fasis –Jepang dan Jerman satu Sekutu, salah seorang perwira Jerman bernama Kandelar bersedia meminjamkan mesin tiknya kepada Maeda.
Setelah itu Satzuki dengan susah payah membawa mesin tik menggunakan sepeda sampai di rumah Laksamana Maeda. Ia pun langsung memberikan mesin tik milik tentara Jerman ini kepada Sayuti Melik.
BM Diah yang ada di ruangan sama dengan Sayuti mengatakan, naskah proklamasi saat itu langsung disalin menggunakan mesin ketik.
Sementara naskah aslinya yang ditulis tangan oleh Soekarno hampir saja terbuang. Bahkan sudah masuk ke tempat sampah, namun karena kesadaran BM Diah akan nilai otentik proklamasi, maka secarik kertas tulisan Soekarno itu ia lipat dan simpan di saku pantilonnya.
Mengubah Beberapa Kata yang Tidak Pas dalam Proklamasi
Menurut sejumlah referensi yang tersebar, konon mesin tik milik tentara angkatan laut Jerman itu telah mengubah beberapa kata yang dianggap kurang pas dalam proklamasi.
Mesin tik tersebut berjasa membuat naskah proklamasi mudah dipahami seluruh rakyat Indonesia.
Adapun beberapa perubahan kata yang sempat diperbaiki dalam mesin tik tersebut antara lain yaitu, “kata tempoh menjadi tempo, kata wakil-wakil bangsa Indonesia menjadi atas nama bangsa Indonesia”, dan mengubah penulisan tempat serta tanggal menjadi Djakarta hari 17-8-5 (1945).
Menurut Sayuti Melik perbaikan kata ini sangat penting, sebab jika dulu ia tidak berinisiatif menyempurnakan kata-kata itu maka kemungkinan sampai hari ini rakyat Indonesia akan salah mengartikan kata tempo jadi tempoh. Sementara atas nama bangsa Indonesia menjadi wakil-wakil bangsa Indonesia.
Oleh sebab itu Sayuti Melik merasa berterima kasih dengan tentara angkatan laut Jerman yang telah bersedia meminjamkan mesin ketiknya.
Dengan demikian dapat kita simpulkan jika ternyata tanpa sepengetahuan langsung banyak pihak, tentara Jerman punya peran yang penting dalam penulisan naskah proklamasi.
Baca Juga: Indonesia Merdeka 1945 tapi Pangandaran Masih Dijajah, Begini Sejarahnya!
Mengetik Proklamasi dengan Tergesa-gesa, Sayuti Melik Lupa Bikin Arsip
Karena keadaan genting –kemungkinan Jepang akan mengambil alih Indonesia untuk diberikan pada Sekutu, akhirnya Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi dengan tergesa-gesa.
Saking panik dan khawatir Jepang berubah pikiran, Sayuti Melik sampai lupa bikin naskah proklamasi cadangan untuk arsip di masa mendatang. Namun tak mengapa, sebab pada kenyataannya keadaan genting yang membuat tergesa-gesa ini justru membawa manfaat.
Pasalnya karena keadaan yang menuntut naskah proklamasi diselesaikan dengan cepat, maka pembacaan deklarasi kemerdekaan Indonesia akan segera terealisasi. Esoknya Soekarno-Hatta kemudian membacakan teks proklamasi sekitar pukul 09.00 WIB.
Rakyat pun senang, semua yang berkumpul di rumah pembacaan teks proklamasi –Jl. Pegangsaan Timur No. 56 dipadati rakyat. Menurut beberapa saksi sejarah menyebut ada ratusan bahkan ribuan orang yang berkumpul di sana untuk menyaksikan langsung kemerdekaan Indonesia. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)