Dalam catatan sejarah, Menak Sunda merupakan istilah kuno untuk menyebut elit tradisional yang memajukan kehidupan rakyat di Jawa Barat. Mereka dianggap sebagai kelompok masyarakat berpikiran maju.
Menak dalam masyarakat Sunda adalah golongan bangsawan yang konon berasal dari keturunan raja Padjajaran.
Anggapan ini membuat Menak Sunda dipercaya rakyat awam di Jawa Barat sebagai tokoh penerangan. Oleh sebab itu sejak tahun 1900-an mereka sangat menghormati sekali keluarga Menak karena telah membawa pengaruh baru untuk rakyat Pasundan.
Kaum Menak menjadi wakil tokoh pembaharu yang lahir dari kalangan pribumi. Tak heran rakyat Jawa Barat bangga dan menghormati mereka. Konon golongan menak telah mengubah struktur kehidupan orang Sunda dari tradisional menjadi modern.
Modernitas orang Sunda yang dipengaruhi kaum menak terlihat jelas dalam konten visual sejarah di kanal Youtube @jamannormal berjudul, “Potret Kehidupan Menak Sunda Tempo Dulu, Pawai Rakyat dan Tradisi Pernikahan Tahun 1913”.
Baca Juga: Menak Sunda Kelompok Partai Rakjat Pasundan Pernah Menolak NKRI
Channel Youtube tersebut menampilkan arsip keluarga Menak Sunda yang hidup modern pada tahun 1913. Hal ini membuat orang Belanda heran, bahkan acara tersebut diabadikan oleh wartawan Barat untuk bahan penelitian budaya di Koloniaal Instituut van Amsterdam.
Sejarah Menak Sunda Berusaha Menciptakan Kesetaraan dengan Bangsa Barat
Pengaruh modernisasi yang kuat di kalangan Menak Sunda memberikan simbol jika kelompok mereka sedang berusaha menciptakan kesetaraan dengan bangsa Barat.
Orang Sunda ingin menciptakan kehidupan modern sebagaimana yang dilakukan sehari-hari oleh orang Belanda. Hal ini bertujuan agar rakyat Pasundan dihormati oleh bangsa Barat sebagai rakyat beradab dan punya wawasan yang luas.
Namun terkadang cara keluarga Menak merealisasikan kesetaraan dengan bangsa Barat menggunakan cara yang keliru. Salah satunya yakni dengan menggelar pesta yang menghabiskan dana cukup mahal hanya untuk menjamu tamu-tamu Eropa.
Keluarga Menak malah melakukan pemborosan yang bisa membuat kehidupannya menjadi sengsara. Hal ini justru menunjukkan Menak Sunda hanya dihargai oleh bangsa Barat sebagai orang kaya tetapi tidak menjadi orang yang beradab dan berpengetahuan luas.
Kendati demikian kaum Menak sudah punya kesadaran membawa bangsanya pada zaman yang modern. Dimana setiap orang merasa perlu diberikan kesenangan fisik dan rohaninya.
Jadi walaupun caranya sedikit keliru, sejarah mencatat Menak Sunda tetap punya pola pikir yang melampaui satu kali lebih jauh dari pada orang Sunda pada umumnya.
Baca Juga: Gerakan Sunda Merdeka, Para Menak Mendirikan Negara Pasundan
Menjunjung Tinggi Warisan Padjajaran
Keinginan untuk membawa rakyat Pasundan ke arah modernisasi merupakan cita-cita Padjajaran yang belum sempat terealisasikan. Baru di zaman hidup kaum Menak lah gagasan tersebut ditindaklanjuti kembali.
Walaupun visi dan misi kaum Menak mengalihkan rakyat Sunda pada zaman yang lebih maju dari pada sebelumnya, mereka tetap menjunjung tinggi warisan Padjajaran.
Para Menak Sunda tidak lupa pada leluhurnya yang telah membawa orang Sunda hidup sejahtera di zaman tersebut. Hal ini sebagaimana terlihat dari unsur nama-nama Menak Sunda yang masih mengandung terminologi kuno peninggalan Padjajaran.
Nama-nama tersebut antara lain terdiri dari, Wira Tanu Datar, Raden Tumenggung Wiranata Kusuma, Raden Tumenggung Suriadiningrat, dan seterusnya.
Daftar nama di atas konon merupakan nama yang kerap diagung-agungkan oleh Prabu Siliwangi di saat Padjajaran sedang mengalami puncak kejayaan. Oleh sebab itu kaum Menak Sunda yang tak melupakan sejarah, kerap menggunakan nama tersebut dengan tujuan agar trah Padjajaran bangga melihatnya.
Baca Juga: Mengenang Dewi Sartika, Pejuang Emansipasi Wanita Keturunan Menak Sunda Revolusioner
Menak Sunda dan Simbol Perlawanan Kolonial
Meskipun pada masa awal keluarga Menak Sunda sering mengundang orang Eropa berpesta, seiring dengan berkembangnya zaman, golongan pembaharu rakyat Jawa Barat tersebut menunjukan perlawanan pada masyarakat kolonial.
Tak jarang rakyat Pasundan menjadikan nama-nama Menak Sunda di daerahnya sebagai simbol perlawanan pada pemerintah Belanda.
Rakyat Jawa Barat saat itu seakan-akan punya pemimpin hebat yang bisa membuat kebijakan sendiri tanpa intervensi kerajaan Belanda.
Bahkan golongan Menak ini sering melakukan kerjasama dengan para pengusaha partikelir Belanda dalam berbagai kepentingan dagang. Menariknya kaum Menak yang biasa diperintah kini berubah jadi pihak yang mendominasi kerjasama.
Kaum Menak yang bisa menentukan berapa harga yang harus diterima oleh pihak pertama dan kedua saat mereka saling bekerjasama dalam kepentingan dagang.
Walaupun demikian tak banyak Menak Sunda yang bertindak demikian, sebab masih ada segelintir dari mereka yang hidup dari ujung telunjuk orang Belanda.
Selain menjadi kelompok yang mendominasi kerjasama perdagangan, Menak Sunda pada awal abad ke-19 juga kerap menginisiasi perlawanan rakyat. Mereka mempengaruhi rakyat untuk memberontak pada pemerintah kolonial.
Biasanya propaganda ini terjadi tatkala rakyat Jawa Barat dirampas kebebasan untuk berladang. Dalam sejarah tercatat banyak peristiwa perlawanan rakyat di Tatar Sunda meletus akibat pajak tanah dan pajak panen dari pemerintah kolonial yang tak berkeadilan. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)