Menurut sejumlah referensi sejarah, konon ketika Soekarno diasingkan oleh Belanda ke pulau Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur tanggal 14 Januari 1934, ia sering melamun di bawah pohon sukun rindang yang tak jauh dari rumah pengasingan.
Sebagaimana mengutip pernyataan Lukas Batomomolin dalam buku berjudul, “Bung Karno: Ilham dan Flores untuk Nusantara” (2001), semenjak berada di pengasingan Ende, Soekarno lebih sering berdialektika dengan diri sendiri.
Ia kerap mengasingkan diri sendiri, jauh dari hiruk pikuk politik. Soekarno sering pergi dari rumah pengasingannya dan berteduh di bawah pohon sukun untuk merenungkan apapun yang telah terjadi dalam dirinya.
Namun Soekarno mengaku setiap ia berteduh di bawah pohon sukun itu, dalam pikirannya hanya tentang bagaimana cara Indonesia merdeka.
Baca Juga: Mari Bersuka Ria, Lagu Karya Soekarno yang Fenomenal
Lama kelamaan pikiran tersebut terus menghantui hidupnya, hingga pada akhirnya menemukan konsep dasar negara bernama Pancasila.
Ketika Soekarno kembali lagi ke Ende pada tahun 1950-an, satu tempat yang paling ingin dituju olehnya yaitu letak pohon sukun yang menginspirasi lahirnya Pancasila. Saat ditemui Soekarno pohon sukun tersebut masih utuh seperti tahun 1934 yang lalu.
Hobi Soekarno di Pengasingan Pulau Ende Flores, Menulis di Bawah Pohon Sukun
Semenjak Soekarno berada di pengasingannya, konon presiden nomor satu di Indonesia ini memiliki berbagai macam hobi. Antara lain seperti hobi berkebun, melukis, dan menulis.
Dari hobinya berkebun, Soekarno mendapatkan ketenangan jiwa di bawah pohon sukun. Kala itu ia kelelahan setelah menggarap beberapa ladang kebun di siang hari. Ketika lelah Soekarno berteduh di pohon sukun dan mencoba menulis apapun yang sedang ada dalam pikirannya.
Menulis di bawah pohon sukun membuat Soekarno nyaman, ia mulai menuangkan berbagai macam ide termasuk mengagas rumusan dasar negara nanti di saat merdeka. Konsep dasar negara ini kemudian dinamakan oleh Soekarno dengan Pancasila.
Selain menulis, ketika Soekarno berada di bawah pohon sukun yang rindang ini juga sering melukis. Sebagaimana seorang Mahasiswa lulusan arsitek, Soekarno sudah hobi melukis sejak masa muda. Namun menurutnya terasa lain ketika ia melukis di bawah pohon sukun yang ada di tempat pengasingan.
Baca Juga: Pemberantasan Buta Huruf 1962 dan Kisah Sukarno Sindir Wartawan Asing
Adapun objek yang Soekarno lukis kebanyakan bernuansa natural, seperti pemandangan bukit, laut, dan gunung yang pernah ia sambangi selama berada di Ende. Namun entah ke mana lukisan Soekarno di masa pengasingan, hingga saat ini belum terdeteksi keberadaannya.
Memperdalam Religiositas: Soekarno Mendekati Ajengan dan Pastor
Menurut Ali Muhtarom, dkk dalam buku berjudul, “Moderasi Beragama, Konsep, Nilai Strategi Pengembangannya di Pesantren” (2020), selain hobi berladang, melukis, dan menulis di bawah pohon sukun yang rindang, selama di pengasingan Soekarno memperdalam ilmu agama.
Soekarno mendekati beberapa ahli agama seperti Ajengan T. A. Hassan –tokoh agama asal Bandung, Jawa Barat yang menjadi tahanan pengasingan di Ende, dan Pastor Belanda bernama Huitjink.
Pria bergelar Putra Sang Fajar ini ingin memperdalam konsep agama sebagai pengikat persatuan. Soekarno merupakan presiden pertama di RI yang tidak ingin mewujudkan negara sekuler, tapi ia juga tidak menghendaki negara yang hanya memperhatikan satu agama yang mendominasi.
Baca Juga: Kisah di Balik Pembebasan Irian Barat 1963, Ada Kekecewaan RPKAD
Atas persoalan ini Soekarno meminta pendapat Ajengan T. A Hassan untuk meluruskan bagaimana seharusnya konsep negara kesatuan bekerja.
Setelah mendengar gagasan Pancasila, Ajengan Hassan kemudian mengatakan jika Pancasila merupakan ideologi yang tepat untuk bangsa Indonesia.
Menurut Ajengan Hassan landasan Pancasila merupakan perwujudan dan upaya umat Islam Indonesia untuk menjalankan syariat agamanya. Artinya selain memperhatikan umat-umat beragama lain, Pancasila juga mewakili sekali ajaran agama Islam.
Soekarno Semedi di Bawah Pohon Sukun
Menurut beberapa informasi yang beredar di berbagai referensi, konon Soekarno percaya jika pohon sukun lima cabang yang menghadap ke pantai di pengasingan Ende memiliki aura magis yang kuat.
Sebagaimana orang Jawa kuno kebanyakan, Soekarno kerap mempraktikan semadi untuk berkontemplasi dengan roh gaib yang ada di pohon sukun tersebut.
Soekarno mengaku sering mendapatkan ilham dari roh-roh gaib, mereka seperti memberi jalan yang tepat untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Selain mendapatkan ilham dari bisikan gaib tersebut, secara ilmiah kondisi berkontemplasi ini membuat dialektika seseorang bekerja lebih baik dari pada seseorang yang berpikir di ruangan yang ramai –banyak aktifitas.
Artinya bersemedi (berkontemplasi) di bawah pohon sukun yang rindang dan sepi, secara psikologis bisa mempengaruhi seseorang berpikir dengan jernih.
Terlepas dari cerita Soekarno terkait hal-hal gaib, sejarawan menanggapi pernyataan ini sebagai bisikan yang lahir dari dialektika seorang intelektual. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu