Senin, Maret 31, 2025
BerandaBerita TerbaruAmir Syarifuddin, Pecinta Sastra yang Mati Dieksekusi Bangsa Sendiri 

Amir Syarifuddin, Pecinta Sastra yang Mati Dieksekusi Bangsa Sendiri 

Amir Syarifuddin merupakan politisi yang hobi merokok cangklong dari fraksi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Selain suka merokok dan baca buku filsafat, Amir Syarifuddin juga menyukai novel-novel fiksi alias buku-buku sastra. Bagi Amir kesusasteraan kerap membawa inspirasi yang bisa menjadi palu pemecah persoalan dalam kerja-kerja kepartaian.

Membaca sastra juga menjadi alasan mengapa Amir Syarifuddin sering disebut komunis sejati. Hal ini karena orang-orang komunis lahir dari pemikiran-pemikiran utopis yang kebanyakan berasal dari cerita-cerita dalam dunia fiksi.

Maka dari itu Amir merasa telah jadi komunis sejati karena ia mencintai fiksi. Kecintaannya pada buku sastra juga terbukti saat Amir dieksekusi bangsa sendiri. Konon satu-satunya benda yang didekap oleh Amir saat ditembak adalah buku sastra.

Baca Juga: Kisah Njoto Gembong PKI yang Terampil Bermain Saksofon

Amir Syarifuddin, Pemuda Revolusioner yang Mengidolakan Robespierre

Menurut Muhidin M. Dahlan dalam tayangan Jas Merah YouTube Channel @mojokdotco berjudul, “Amir Syarifuddin: Lahir Islam, Menjadi Kristen, Mati Sebagai Komunis –Jasmerah”, semenjak remaja dan tinggal di kos Jl. Kramat no. 106 (sekarang Gedung Sumpah Pemuda, Jakarta), Amir sering membedah filsafat Maximilien Robespierre.

Kala itu lawan bicaranya satu kosnya ada Moh. Yamin, Asaat, Abu Hanifah, dan lain sebagainya. Bahkan saking seringnya Amir dan kawan-kawan kos berdiskusi membedah satu-satu karya filsuf terkenal, mereka membentuk klub diskusi bernama Indonesisch Clubgebouw.

Amir mengaku pendorong dirinya menjadi pemuda revolusioner adalah buku-buku filsafat, salah satunya karya filsafat milik Robespierre.

Dalam Indonesisch Clubgebouw, Amir dan kawan-kawan lain tidak hanya berdiskusi materi filsafat. Sesekali mereka juga bernyanyi dengan iringan melodi dari gesekan senar biola yang dimainkan oleh Amir Syarifuddin.

Biasanya kegiatan hiburan ini terjadi malam hari, tepatnya ketika selesai diskusi atau saat tidak ada bahan untuk didiskusikan. Menurut sejumlah sumber juga menyebut Amir sering kedapatan bermain biola sendiri –untuk menghibur diri sendiri di kala sepi.

Baca Juga: KAMI Mogok Kuliah, Tuntut Pemerintah Bubarkan PKI 1965

Soekarno dan Sartono jadi Pemantik Diskusi Indonesisch Clubgebouw

Selain orang-orang hebat sepantar Moh. Yamin, Indonesisch Clubgebouw juga pernah disambangi oleh tokoh Nasional, Soekarno dan pengacara Partai Nasional Indonesia (PNI) Raden Mas Sartono.

Dalam diskusi tersebut Soekarno dengan Sartono mempertanyakan ulang tentang garis perjuangan bangsa agar cepat merdeka. Diskusi terasa alot ketika Soekarno memberikan tawaran jalan agar diplomasi menjadi jalan utama bangsa meraih kemerdekaan.

Mendengar pernyataan itu Amir Syarifuddin langsung sontak tidak setuju. Pasalnya sebagai revolusioner kiri sejati, diplomasi –kooperatif merupakan penghianatan pada korban-korban yang telah mendahuluinya pergi ke liang lahat.

Mereka yang lemah dan lapar tewas akibat siksaan kolonial yang membabi buta. Oleh sebab itu sebagai komunis sejati Amir Syarifuddin menolak jalan diplomasi sebagai solusi bangsa mengentaskan penjajahan.

Namun meskipun Soekarno dan Amir sering adu pendapat dengan keras, hubungan pribadi sebagai bangsa Indonesia tetap baik. Bahkan saat Amir Syarifuddin ditangkap dan akan dieksekusi mati oleh Jepang pada tahun 1943, orang terdepan yang menolongnya adalah Soekarno.

Amir Syarifuddin Dieksekusi Mati Bangsa Sendiri

Walaupun pernah lolos dari jeratan eksekusi mati pada zaman Jepang, kini di era awal kemerdekaan nama Amir Syarifuddin tidak lepas dari eksekusi mati bangsa sendiri.

Sebagaimana pepatah Soekarno yang mengatakan “lebih baik melawan penjajah, perjuangan mun akan lebih sulit menghadapi bangsa sendiri”, Amir Syarifuddin mati karena konflik persaudaraan yang dipicu oleh Amerika Serikat.

Baca Juga: Lafran Pane Pendiri HMI, Anti Komunis tapi Dekat dengan Aidit

Amir Syarifuddin terlibat dalam peristiwa pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. Peristiwa ini menolak pemerintah RI yang dipimpin oleh Soekarno-Hatta dan hendak membentuk negara kiri yang berkiblat ke Soviet di daerah Madiun.

Peristiwa ini lalu dianggap sebagai perbuatan makar dan para pelakunya harus dimusnahkan. Apalagi saat itu peristiwa Madiun melibatkan banyak korban dari kalangan umat beragama.

Tak heran banyak yang benci pada PKI setelah peristiwa yang terjadi pada tahun 1948 itu dinyatakan aparat sebagai pemberontakan.

Setelah beberapa hari pencarian singkat cerita Amir Syarifuddin tertangkap di daerah Purwodadi. Ia lantas dinaikan ke truk untuk berangkat ke Yogyakarta.

Di Yogyakarta Amir meringkuk di penjara benteng Vredeburg, bahkan saat itu di sana lah pertama kali Amir mendapat buku fiksi.

Konon ia meminta buku bacaan pada petugas penjara, tak disangka sang petugas memberikan buku fiksi karangan William Shakespeare berjudul Romeo and Juliet. Hingga pada akhirnya malam hari ia dijemput jeep untuk dipindahkan ke Solo.

Alih-alih mendapatkan penjara yang lebih baik dan layak, Amir Syarifuddin didakwa oleh Gubernur Militer daerah Surakarta –Gatot Subroto untuk dieksekusi mati.

Maka sejak saat itu Amir dieksekusi di daerah Ngalian Karanganyar sambil berpose memeluk buku Romeo and Juliet milik Shakespeare. Amir betul-betul komunis sejati penggila sastra. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Ular Bertaring Tiga, Mutasi Langka yang Makin Berbahaya

Ular Bertaring Tiga, Mutasi Langka yang Makin Berbahaya

Ular selalu punya cara mengejutkan dunia. Kali ini, ada seekor ular yang bikin heboh karena memiliki tiga taring berbisa. Mutasi ular bertaring tiga ini...
Cara Memperbesar Keyboard HP Oppo dengan Fitur Kustomisasi

Cara Memperbesar Keyboard HP Oppo dengan Fitur Kustomisasi

Cara memperbesar keyboard HP Oppo dapat pengguna lakukan melalui fitur pengaturan yang memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan tampilan papan ketik sesuai dengan preferensi mereka. Fitur...
Oli Kental untuk Motor Tua, Bantu Jaga Mesin Tetap Awet

Oli Kental untuk Motor Tua, Bantu Jaga Mesin Tetap Awet

Motor tua memiliki karakter mesin yang berbeda dari motor keluaran baru. Setelah bertahun-tahun pengendara gunakan, bagian dalam mesinnya mengalami keausan. Celah antar komponen juga...
ASUS ExpertBook B1 2025, Laptop Modern dengan Performa Gahar

ASUS ExpertBook B1 2025, Laptop Modern dengan Performa Gahar

ASUS ExpertBook B1 2025 segera hadir dan berhasil menarik perhatian. Laptop ASUS ini menjadi pilihan terbaik bagi yang mencari perangkat dengan layar luas. Di...
Realme 14T Siap Rilis di Tanah Air Berbekal Baterai 6000 mAh

Realme 14T Siap Rilis di Tanah Air Berbekal Baterai 6000 mAh

Realme kembali bersiap memperkenalkan smartphone 5G murah terbaru mereka di Indonesia, yaitu Realme 14T. Perangkat ini digadang-gadang akan menjadi pesaing serius bagi Samsung Galaxy...
Polres Sumedang bubarkan takbir keliling yang berubah arogan dan bawa minuman keras

Polres Sumedang Bubarkan Takbir Keliling yang Berubah Arogan dan Bawa Miras

haraoanrakyat.com,- Bukannya takbiran dengan khusyuk, puluhan pemuda rombongan takbir keliling, justru kedapatan membuat onar dan nyaris bentrok dengan rombongan lainnya di Jalan Mayor Abdurrahman,...