Pada tahun 1962 berita-berita di Jawa Barat digegerkan dengan penemuan wabah cacar yang berbahaya. Konon penyakit menular ini berasal dari Eropa, tepatnya di Inggris dan negara-negara Barat sekitarnya. Wabah cacar yang meneror warga Bandung, Jawa Barat pada 1962 menular melalui berbagai cara sederhana. Salah satunya melalui udara.
Ada pula cara lain yaitu dari bekas luka kering yang menempel ke kulit seseorang. Maka dari itu pencegahan wabah cacar di Bandung cukup sulit dan membutuhkan waktu yang tak sedikit.
Karena wabah cacar tak terkendalikan, banyak warga Bandung menjadi korbannya. Bahkan dalam waktu yang belum genap satu bulan saja pasien cacar yang meninggal dunia mencapai ratusan jiwa.
Baca Juga: Sejarah Proklamasi Darul Islam 1949, Tasikmalaya dan Ciamis Diancam Komandan TII
Hal ini kemudian direspon oleh pemerintah pusat di Jakarta. Atas arahan Presiden Sukarno, staf ahli kesehatan negara terjun langsung meninjau tempat wabah. Mereka kemudian mengkarantina pasien-pasien yang baru terpapar dan merawatnya hingga sembuh total.
Wabah Cacar di Bandung Tahun 1962 Telan 500 Korban Jiwa
Menurut surat kabar Bintang Timur yang terbit pada tanggal 11 Januari 1962 bertajuk, “556 Orang Tewas Akibat Tjatjar”, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat dr. Samedi Adibrata menerangkan bahwa selama tahun 1962 di seluruh Jawa Barat tercatat 9. 139 orang yang terserang wabah cacar dan diantaranya terdapat 556 orang di Bandung jadi korbannya.
Korban wabah cacar membuat panik seluruh masyarakat di Bandung. Selain itu warga penduduk di daerah tetangga seperti Garut hingga Tasikmalaya ikut panik. Mereka khawatir wabah mematikan ini akan datang menjumpai daerahnya.
Seperti tak terduga sebelumnya, kekhawatiran itu kemudian jadi kenyataan. Wabah cacar parah juga terjadi di daerah Garut dan Tasikmalaya. Selain itu menyebar pula ke daerah Pelabuhan Ratu Sukabumi, Cianjur, dan Padalarang.
Ketika wabah cacar menjalar dari Bandung ke Garut, awalnya yang kena hanya 10 orang saja. Namun karena imunitas tubuh masyarakat Garut yang menurun akibat ketakutan berlebih pada wabah ini, maka jumlah pasien terjangkit cacar dalam 1 minggu bertambah menjadi 100 orang.
Baca Juga: Kisah Lurah Madiun Perintahkan Rakyatnya Makan Tikus Tahun 1963
Cara penularan yang cepat seperti inilah yang membuat wabah cacar menjangkit beberapa daerah di Jawa Barat.
Ketika wabah ini merajai stratifikasi penyakit kala itu, keadaan Jawa Barat begitu mencekam. Bahkan beberapa kampung di Bandung mendadak sepi dan membisu.
Mengubah Bioskop Jadi Tempat Menampung Pasien Cacar
Ketika bulan Oktober 1962 wabah cacar semakin menggila di Bandung, dinas kesehatan daerah di sana sampai kesulitan menampung pasien cacar. Hingga pertengahan bulan Oktober 1962 jumlah pasien terus bertambah sehingga harus ditempatkan di wilayah karantina yang tepat.
Karena kesulitan mencari tempat penampungan pasien karantina untuk pasien cacar, salah seorang pejabat di kota kembang bernama Kartadikusumah memberikan usul agar beberapa gedung bioskop disulap jadi rumah sakit sementara, penampung pasien cacar dengan keadaan parah.
Hal ini kemudian disetujui oleh pemerintah kota. Mereka kemudian mengubah fungsi bioskop semula untuk nonton film menjadi tempat penampungan pasien cacar.
Tak perlu menunggu berjam-jam setelah persiapan selesai, para pengidap cacar yang parah kemudian ditempatkan di gedung bioskop.
Penempatan karantina pengidap cacar di Bioskop tampaknya tidak membuat keadaan pasien menjadi sehat. Justru sebaliknya para pengidap cacar itu menandakan keadaan tubuh yang terus menurun. Hal ini karena mereka kekurangan oksigen karena ruang bioskop tidak dilewati oleh udara segar yang cukup.
Baca Juga: Kisah Nelayan Pangandaran Rusak Kapal Pukat Harimau 1975, Indonesia Geger
Warga Bandung Tolak Vaksin Cacar
Setelah pakar kesehatan dunia menemukan vaksin cacar, pemerintah Indonesia mengadakan pemberian vaksin cacar secara serentak. Dokter dan perawat penanggulangan wabah cacar bahkan datang ke desa-desa untuk memberikan vaksin secara cuma-cuma.
Namun tidak seperti dibayangkan sebelumnya, ternyata banyak warga di Bandung yang menolak vaksin cacar. Mereka takut kandungan vaksin bisa membuatnya sakit, bahkan lebih sakit dari terpapar wabah cacar.
Namun peristiwa di atas mampu diatasi dengan kooperatif oleh tim medis. Mengutip Bintang Timur (1962), Tim Medis memberikan edukasi bahaya wabah cacar yang datang tahunan. Bahkan mungkin wabah ini tidak akan hilang di dunia, berikut pertanyaannya:
“Berbitjara dihadapan para Bupati dan Walikota seluruh Djawa Barat kemarin tengah hari, Kepala Kesehatan Djawa Barat dengan terus terang mengakui, bahwa apabila djalannja wabah ini digambarkan dalam sebuah curve mingguan”.
Oleh sebab itu vaksin cacar harus dipenuhi oleh setiap warga masyarakat di Jawa Barat. Terutama di Bandung yang kala itu terkenal sebagai daerah pertama penyebar wabah berbahaya ini. Karena intensitas edukasi yang baik, masyarakat pun menurut dan mau divaksin. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)