Upaya Pembunuhan terhadap Ki Hadjar Dewantara pernah terjadi pada tahun 1946. Saat itu, rumah Ki Hadjar Dewantara dilempar bom. Tetapi untung ketika kejadian itu meletus Ki Hadjar sedang tidak berada rumahnya.
Entah apa motif pelaku pengeboman rumah Ki Hadjar Dewantara yang sekarang berada di komplek Taman Siswa Yogyakarta, yang jelas Ki Hadjar tidak pernah punya musuh kecuali kolonial Belanda.
Berdasarkan penelusuran data lebih lanjut ternyata upaya pengeboman rumah sang legendaris pendidikan itu disinyalir ada peran orang-orang kiri yang tak suka. Siapa orang-orang kiri yang dimaksud, tidak lain yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dugaan ini muncul karena selain mengirimkan bom pelaku juga menyimpan secarik kertas berlogo palu dan arit. Tulisannya tidak begitu jelas tetapi ada lambang tengkorak dan palu arit menjadi tanda jika PKI memiliki dendam pada Ki Hadjar Dewantara.
Baca Juga: Profil Ki Hadjar Dewantara, Pencipta Semboyan Tut Wuri Handayani
Menariknya bom yang dikirim pada rumah Ki Hadjar berbentuk bom rakitan. Padahal zaman itu bom jenis ini sukar dibuat, tetapi ada orang yang bisa menciptakannya. Sudah pasti yang menciptakan ini bukan orang biasa, mereka adalah intelektual.
Upaya Pembunuhan dengan Bom Rakitan Manual di Rumah Ki Hadjar Dewantara
Menurut Suratkabar berbahasa Belanda Nieuwe Courant yang terbit pada tanggal 29 Juni 1946 bertajuk, “Mislukte Boomanslag op Ki Hadjar Dewantoro”, benda yang digunakan untuk merencanakan pembunuhan Ki Hadjar berasal dari bahan baku bom rakitan manual.
Bom tersebut terbuat dari pot kembang tembaga yang diisi dengan bahan peledak untuk pembuatan granat nanas. Namun karena bahan peledaknya lumayan banyak maka kekuatan dari ledakan bom tersebut lebih besar 3 kali lipat dari bom granat.
Ledakan kuat yang keluar dari bom rakitan tersebut bahkan mengeluarkan api besar. Hal ini membuat separuh dari langit-langit rumah Ki Hadjar di Taman Siswa terbakar.
Sedangkan menurut para badan keamanan yang berjaga di sekitar Taman Siswa menyebut bom ini bisa menghancurkan semua benda yang ada di sekitarnya secara berkeping-keping.
Intinya bom tersebut berbahaya dan bisa membuat siapapun yang terkena ledakan itu bisa hancur tak bersisa.
Selain langit-langit yang terbakar, akibat kekuatan bom ini tembok percis kamar tidur Ki Hadjar Dewantara juga ambruk. Serpihan bata yang hancur mengenai merusak perabotan kamar, sebagian buku tertimbun, dan merusak tempat tidur Ki Hadjar dan keluarga.
Motif Sakit Hati PKI Tak Boleh Ikut Perkumpulan Alumni Taman Siswa
Ki Hadjar Dewantara sudah menduga jika penolakannya pada simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) ikut dalam acara perkumpulan alumni murid Taman Siswa akan berdampak panjang di kemudian hari.
Hal ini terjadi ketika Ki Hadjar melarang perkumpulan alumni Taman Siswa diisi dengan agenda politik. Sebab untuk kali ini Ki Hadjar ingin mempererat tali persaudaraan murid-murid Taman Siswa dengan cara yang lebih lentur.
Namun ketika perkumpulan itu akan dimulai beberapa simpatisan PKI datang dan meminta izin untuk mempropagandakan agenda partainya.
Baca Juga: Sejarah Taman Siswa dan Kurikulum Trikon Gagasan Ki Hadjar Dewantara
Tak perlu menunggu waktu lama dengan raut emosi Ki Hadjar tak setuju mereka ikut dengan acara tersebut. Lagi pula tidak ada satu pun yang dahulu pernah sekolah di Taman Siswa.
Dengan nada sedikit marah Ki Hadjar mengatakan perkumpulan alumni Taman Siswa hanya untuk intelektual pedagogis bukan intelektual politis.
Mereka (alumni Taman Siswa) memiliki semangat mencerdaskan bangsa melalui jalur pendidikan bukan politik praktis kepartaian.
Mungkin akibat peristiwa ini PKI melakukan sabotase pada pendiri Taman Siswa yakni Ki Hadjar Dewantara. PKI merasa tak enak hati usulan program politiknya di era revolusi ditolak mentah oleh Ki Hadjar.
Sebagaimana sentimen orang kiri waktu itu, jalan satu-satunya pembalasan dendam hanya dengan cara membunuh. Maka upaya pembunuhan terhadap Ki Hadjar Dewantara pun muncul. Namun karena Tuhan belum mengizinkan ia berpulang maka Ki Hadjar selamat dari bencana tersebut.
Pemuda Taman Siswa Berjaga Ketat
Mendengar berita tentang pengeboman rumah Ki Hadjar Dewantara oleh PKI membuat para pemuda Taman Siswa berjaga ketat. Ada ratusan orang menjenguk keadaan Ki Hadjar, sedangkan puluhan lainnya berjaga di depan pagar rumahnya.
Mereka khawatir aka nada serangan menyusul dari pelaku karena diketahui aksi pertamanya gagal. Selain mempagari rumah Ki Hadjar para pemuda Taman Siswa juga membekali diri dengan peralatan sehari-hari untuk senjata.
Para pemuda yang berjaga di rumah Ki Hadjar ada yang membawa pacul, celurit, tongkat (linggis), palu, gada, dan lain sebagainya. Mereka siap berperang jika sewaktu-waktu ada musuh yang menyerangnya.
Baca Juga: Kisah Ki Hadjar Dewantara Diasingkan karena Pamflet Politik
Beberapa pemuda Taman Siswa yang radikal pergi mendatangi vergadering PKI di sebelah selatan Yogyakarta. Mereka sering mengadakan diskusi dengan para buruh pabrik gula Madukismo di sekitar Bantul.
Kedatangan mereka disambut oleh kader PKI dengan baik. Orang-orang kiri itu tidak merasa ada kadernya yang melakukan upaya pembunuhan menggunakan bom kepada Ki Hadjar tempo lalu. Namun karena emosi dan geram pada PKI, pemuda Taman Siswa mengultimatum agar PKI tidak sembarangan meneror orang.
Mendengar berita ada penggerudukan itu Ki Hadjar Dewantara langsung memanggil para pemuda Taman Siswa. Ia memberikan wejangan yang intinya jangan pernah berkonflik dengan bangsa sendiri.
Jika betul PKI yang melakukan ini Ki Hadjar maafkan, ia pernah muda dan dipenjara Belanda karena bersikap radikal. Ki Hadjar menghargai semangat revolusioner si pelaku yang tidak pernah diketahui keberadaannya. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)