Rabu, April 23, 2025
BerandaBerita TerbaruTiga Tokoh Perintis Pers Indonesia yang Terlupakan, Salah Satunya dari Ciamis

Tiga Tokoh Perintis Pers Indonesia yang Terlupakan, Salah Satunya dari Ciamis

Jakarta, 21 Mei 1970, Menteri Penerangan Republik Indonesia memberikan penganugerahan perintis pers pada 3 tokoh yang terlupakan. Sejarah Indonesia tidak mencatat baik peran mereka dalam dunia persuratkabaran pada masa Hindia Belanda.

Hanya satu tokoh saja dalam penganugerahan perintis pers Indonesia 1970 yang sudah terkenal. Sementara dua di antaranya sama sekali tidak ada yang mengenalnya. Padahal mereka telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, rela mempertaruhkan jiwa dan raganya.

Oleh sebab itu untuk mengangkat kembali nama mereka, pemerintah Orde Baru kala itu menganugerahkan tokoh perintis pers.

Dasar penganugerahan karena kiprah tiga tokoh tersebut, khususnya telah mendidik masyarakat berpikir dengan kritis melalui tulisan-tulisannya yang terbit dalam surat kabar.

Menpen mengatakan tiga tokoh di atas telah membuat bangsa Indonesia menjadi maju. Mereka telah membekali rakyat dengan pemikiran dan tindakan yang membawa perubahan. Maka dari itu pers merupakan alat yang tak kalah penting dengan senjata.

Baca Juga: Sejarah Hari Pers Nasional dan Koran Pertama di Hindia Belanda

Tiga Tokoh Perintis Pers yang Terlupakan dari Sejarah Indonesia

Menurut surat kabar Kompas yang terbit pada tanggal 21 Mei 1970 bertajuk, “Menpen Serahkan Gelar Perintis”, tiga tokoh pers yang terlupakan dalam sejarah Indonesia antara lain yaitu, Ki Hadjar Dewantara, Haji Mohammad Djamil Gelar Mangaradja Ibutan, dan Mohammad Koerdie.

Tiga tokoh pers di atas dulu merupakan jurnalis hebat dan pemberani. Tulisan-tulisan mereka sering menentang pemerintah kolonial Belanda.

Bagi mereka surat kabar merupakan senjata paling ampuh untuk menghajar Belanda. Sebab dengan surat kabar, para penulis revolusioner bisa mengajak massa banyak untuk menyerang Belanda.

Ki Hadjar Dewantara merupakan wartawan pemberani. Tapi narasi sejarah ini kurang ditonjolkan, yang ada Ki Hadjar terkenal luas sebagai bapak pendidikan Nasional.

Padahal sebelum terjun ke dalam dunia pendidikan, Ki Hadjar Dewantara memperjuangkan kemajuan bangsanya dengan pers.

Mengutip Kompas (1970), Ki Hadjar Dewantara terkenal sebagai jurnalis yang mengalami tiga zaman sekaligus. Antara lain zaman kolonial Hindia Belanda, pendudukan Jepang, dan Republik Indonesia.

Baca Juga: Upaya Pembunuhan Ki Hadjar Dewantara 1946, Rumahnya Dibom PKI?

Dari tiga zaman itu Ki Hadjar masih aktif menulis, di sela kesibukannya di Taman Siswa, Ki Hadjar masih sempat membuat artikel-artikel bernada revolusioner.

Haji Mohammad Djamil, Jurnalis Perintis Pers di Sumatera Utara

Haji Mohammad Djamil merupakan seorang jurnalis senior yang ikut memperjuangkan kemerdekaan. Namun karena tidak ada yang menelusuri data-data kehidupannya, pria kelahiran Tapanuli Selatan tahun 1895 ini hilang dalam catatan sejarah Indonesia.

Walaupun berasal dari kalangan ningrat Gelar Mangaradja Ibutan, Haji Mohammad Djamil tetap memperhatikan kehidupan rakyat kecil yang miskin akibat tekanan kolonialisme.

Berangkat dari situasi serba sulit ini Haji Mohammad Djamil mulai tergerak untuk memperjuangkan nasib rakyat tadi melalui media paling tepat.

Karena ia terampil membuat tulisan maka media yang dianggap tepat untuk memperjuangkan nasib rakyat kecil adalah pers.

Singkat cerita tulisan-tulisannya tersebar ke berbagai daerah di Sumatera Utara. Ia menerbitkan artikel-artikel propaganda anti kolonial dalam dua surat kabar besar di Medan bernama Pewarta Deli dan Sinar Deli.

Seiring dengan berkembangnya waktu Haji Mohammad Djamil ditunjuk menjadi Pemimpin Redaksi dua surat kabar di atas. Adapun menjadi pemred Pewarta Deli terhitung dari tahun 1923-1929, sedangkan Sinar Deli 1929-1942.

Tulisan-tulisan Haji Mohammad Djamil dianggap sukses menyadarkan rakyat untuk melawan penjajah. Artikel-artikel yang terbit di dua perusahaan surat kabar tersohor Medan berhasil membawa namanya terkenal ke berbagai daerah di Sumatera dan Jawa.

Selain aktif dalam dunia pers, Haji Mohammad Djamil juga merupakan seorang pejuang kemerdekaan. Karena terlanjur kesal dengan Belanda yang represif, Haji Mohammad Djamil pernah ikut mengangkat senjata.

Baca Juga: Sejarah Pers di Sumatera, Kisah Perempuan yang Melawan Adat

Maka dari itu tidak hanya mendapatkan penganugerahan perintis pers Indonesia pada tahun 1970, Haji Mohammad Djamil juga pernah mendapat gelar perintis kemerdekaan dan veteran pejuang kemerdekaan (Gol. A) tahun 1965.

Gelar yang diperoleh Haji Mohammad Djamil menandakan jika ia tidak hanya aktif sebagai jurnalis saja, akan tetapi juga seorang pejuang kemerdekaan yang mengangkat senjata. Haji Mohammad Djamil mantan kombatan perang yang terampil menulis.

Mohammad Koerdie, Jurnalis Kemerdekaan Asal Ciamis, Jawa Barat

Mohammad Koerdie merupakan seorang jurnalis kemerdekaan yang lahir di Ciamis tahun 1907. Namanya kurang terkenal dalam sejarah Indonesia karena tidak banyak orang yang tahu kalau ternyata Koerdie adalah tokoh penting perintis pers di Jawa Barat.

Berbeda dengan Ki Hadjar Dewantara dan Haji Mohammad Djamil yang secara frontal menentang kolonialisme lewat surat kabar, Mohammad Koerdie cenderung memperjuangkan pers untuk kemerdekaan bangsa dengan cara yang diplomatis.

Ia memanfaatkan oposisi dari pemilik perusahaan suratkabar Belanda. Tujuannya, jika oposisi itu berhasil dikumpulkan maka pemerintah kolonial akan mengizinkan penerbitan surat kabar miliknya tersebar tanpa takut kena persdelicht.

Ketika izin itu Koerdie kantongi dari pemerintah Belanda, ia menyimpan tulisan-tulisan di kolom kecil yang isinya revolusioner. Tulisan tersebut berisi semangat kemerdekaan dan menuntut pemerintah kolonial hengkang dari tanah Sunda.

Oleh sebab itu, walaupun Koerdi merupakan oposisi dengan pers Belanda, tapi surat kabar yang belum diketahui secara pasti namanya apa, terus mengajarkan nilai-nilai yang bersifat kritis. Mohammad Koerdi menjadi guru pergerakan rakyat Jawa Barat. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Sejarah Alun-Alun Kidul Yogyakarta dan Fungsinya pada Zaman Dahulu

Sejarah Alun-Alun Kidul Yogyakarta dan Fungsinya pada Zaman Dahulu

Sejarah Alun-Alun Kidul di Yogyakarta menyimpan kisah yang menarik dan sayang untuk dilewatkan pembahasannya. Masyarakat area Jogja tentunya sudah tidak asing dengan alun-alun yang...
Misteri Penemuan Jenazah Perempuan di Kosan Ciamis Polisi Periksa Terduga Pelaku dan Sejumlah Saksi

Misteri Penemuan Jenazah Perempuan di Kosan Ciamis: Polisi Periksa Terduga Pelaku dan Sejumlah Saksi

harapanrakyat.com,- Polres Ciamis, Jawa Barat, saat ini masih melakukan pemeriksaan secara maraton terhadap terduga pelaku kasus penemuan jenazah perempuan di kamar kosan di Lingkungan...
DP2KBP3A Ciamis Gelar Pelayanan KB MOP Gratis

DP2KBP3A Ciamis Gelar Pelayanan KB MOP Gratis

harapanrakyat.com,- Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Ciamis, Jawa Barat, melaksanakan pelayanan KB gratis Metode Operasi Pria (MOP). Kegiatan...
Dugaan Pungli oleh Oknum Polisi Viral, Polres Sumedang Sanksi Penempatan Khusus

Dugaan Pungli oleh Oknum Polisi Viral, Polres Sumedang Sanksi Penempatan Khusus

harapanrakyat.com,- Polres Sumedang bergerak cepat, usai dugaan pungutan liar (pungli) oleh oknum anggota polisi dari anggota Satlantas Polres Sumedang, Jawa Barat, menjadi sorotan publik....
Dinas Pertanian Ciamis Ungkap Upaya Penanganan Banjir di Dusun Kubangpari Desa Bangunsari Pamarican

Dinas Pertanian Ciamis Ungkap Upaya Penanganan Banjir di Dusun Kubangpari Desa Bangunsari Pamarican Ciamis

harapanrakyat.com,- Beberapa waktu lalu terjadi banjir yang merendam pemukiman warga di Dusun Kubangpari, Desa Bangunsari, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis. Banjir ditengarai terjadi akibat luapan...
Ahmad Dhani Buka Lowongan Barista untuk Para Baladewa

Ahmad Dhani Buka Lowongan Barista untuk Para Baladewa

Ahmad Dhani kembali membuat kejutan. Tapi kali ini bukan soal musik, melainkan dunia kopi. Ya, pendiri Dewa 19 itu baru saja membuka bisnis baru...