Sejarah Perhimpunan Indonesia merupakan catatan politik tanah air di masa lalu yang menarik untuk diungkap kembali eksistensinya. Organisasi pergerakan Nasional yang kerap disingkat menjadi PI ini merupakan pelopor kemerdekaan bangsa dikancah Internasional.
Perhimpunan Indonesia pertama kali berdiri dengan nama Indische Vereeniging pada tanggal 25 Oktober 1908 di Leiden, Belanda.
Pendiri organisasi yang kritis terhadap pemerintah kolonial di Hindia Belanda yaitu berasal dari keluarga ningrat bernama, Soetan Kasajangan Soripada dan RM. Noto Soeroto.
Soetan Kasajangan Soripada merupakan anak bangsawan yang berasal dari daerah Batu Nadua, Padang Sidempuan. Sedangkan RM. Noto Soeroto adalah putra terbaik Jawa yang berasal dari keluarga bangsawan Pakualaman, Yogyakarta.
Baca Juga: Andjing NICA, Pasukan Pribumi Pro Belanda yang Terkenal Sadis
Saat itu Soetan dan RM. Noto merupakan mahasiswa Indonesia di Belanda. Mereka mendirikan PI untuk jadi tempat diskusi sesama kolega akademiknya di lingkungan kampus. Adapun pembahasan diskusi yang sering mereka sampaikan dalam PI adalah isu-isu tentang kemerdekaan.
Intensitas forum diskusi dalam PI yang semakin panas: mengarah pada isu-isu kemerdekaan Indonesia, membuat mahasiswa kritis asal tanah air tertarik bergabung dengan club study tersebut. Konon PI adalah pelopor gerakan Nasionalis pertama yang menyerukan kemerdekaan Indonesia di dunia Internasional.
Sejarah Perhimpunan Indonesia: Gerakan Nasionalis dari Golongan Elit
Menurut Nana Supriatna dalam buku berjudul, “Sejarah: Program Ilmu Pengetahuan Sosial” (2006), Perhimpunan Indonesia merupakan gerakan ideology Nasional pertama yang lahir dari golongan elit bumiputera modern.
Sebagai kelompok elit modern, anggota Perhimpunan Indonesia yang terdiri dari kaum intelektual di Leiden sadar jika mereka perlu memainkan peran penting sebagai agen perubahan sosial. Terutama menjadi agen perubahan yang memperjuang kemerdekaan Indonesia.
Seluruh kader Perhimpunan Indonesia memiliki keteguhan hati yang kuat untuk membebaskan rakyat dari belenggu penjajahan. Mereka harus bisa merubah citra rakyat terjajah menjadi rakyat yang mardika.
Selain itu para kader Perhimpunan Indonesia juga harus melepaskan belenggu kebodohan yang kerap menjadi penghambat kemajuan rakyat. Seluruh anggota Perhimpunan Indonesia menginisiasi program “mencerdaskan kehidupan bangsa” dalam setiap agenda diskusi yang menjurus ke arah perpolitikan.
Baca Juga: Kisah Sinyo Indo-Belanda, Si Anak Silang yang Jumawa
Mohammad Hatta Tokoh Perhimpunan Indonesia yang Berpengaruh
Mohammad Hatta merupakan tokoh Perhimpunan Indonesia yang memiliki pengaruh besar dalam kemajuan organisasi tersebut. Hatta menyumbangkan gagasan yang membawa kemajuan PI dari perkumpulan intelektual menjadi perkumpulan politik yang berfungsi merealisasikan kemerdekaan.
Menurut Hatta paling tidak Perhimpunan Indonesia harus memiliki 2 jalan untuk memperoleh kemerdekaan. Pertama dengan jalan kooperatif (bekerjasama –diplomasi) dan non –kooperatif (tidak bekerjasama –non-diplomatik).
Selain itu Hatta juga memberikan pandangan lain demi membuat PI menjadi organisasi yang besar. Menurut Hatta jika PI ingin segera mendapatkan cita-cita utama: kemerdekaan secara massif, maka harus berpegang pada 4 pokok pikiran sebagai berikut: (1) Kesatuan Nasional, (2) Kemerdekaan, (3) Non-Kooperatif, dan (4) Kemandirian.
Jika Perhimpunan Indonesia bisa meneruskan 4 pegangan di atas secara massif, maka sampai negara kita merdeka sampai bertumbuh hingga saat ini, rakyat akan selalu menunjukan sikap loyal pada pemerintah.
Mereka akan memiliki prinsip: -bertumbuh menjadi rakyat yang mardika, tak mudah dibodohi dan mengulang sejarah yang sama.
Karena pemikiran Hatta yang kritis ini tersebar secara massif, pemerintah kolonial merasa terancam. Apalagi saat itu Hatta menginisiasi penggantian nama corong media Perhimpunan Indonesia yang semula bernama Hindia Poetra menjadi Majalah Indonesia Merdeka. Hatta bersama PI semakin menunjukan eksistensi kemerdekaan Indonesia.
Perhimpunan Indonesia Menginisiasi Pembentukan Partai Politik
Ketika masa studi para pentolan Perhimpunan Indonesia di Belanda selesai, mereka kembali pulang ke tanah air tercinta.
Tak lama setelah sampai, mereka membangun jaringan orang-orang kritis yang ingin mendapatkan kemerdekaan Indonesia dengan cara menginisiasi pembentukan partai politik.
Sebetulnya manifesto politik PI sudah ada sejak Hatta aktif dalam organisasi tersebut. Namun karena berbagai hambatan yang tak bisa lepas dari kematangan sikap, kesadaran politik PI baru direalisasikan pada akhir tahun 1920-an dengan mendirikan sebuah parpol bernama Partai Nasional Indonesia (PNI), 4 Juli 1927.
Baca Juga: Kisah Perawat Emmy Saelan, Ledakkan Diri di Tengah Pasukan Sekutu
Selain mendirikan PNI, Perhimpunan Indonesia juga sebelumnya ikut memprakarsai pembentukan organisasi Perhimpunan Peladjar-peladjar Indonesia (PPI) dan Jong Indonesia (Pemuda Indonesia) pada tahun 1926.
Konon pendirian organisasi pemuda seperti ini merupakan langkah pertama PI menentukan sikap untuk mendirikan PNI.
Dalam PNI alumni PI secara jelas menentang kekuatan imperialisme dan kolonialisme. Mengetahui hal itu, Belanda semakin khawatir dengan gerakan PNI yang bisa meluas.
Pemerintah kolonial kemudian melakukan berbagai tindakan preventif yang pada akhirnya berhasil membubarkan PNI pada tanggal 25 April 1931.
Kendati begitu kekuatan PI semakin menjalar ke berbagai urat nadi politik Indonesia. Hatta berhasil mewariskan semangat PI pada rakyat Indonesia.
Terutama ajarannya yang memperjuangkan kemerdekaan melalui jalur kooperatif dan non-kooperatif untuk menumbangkan kekuasaan Belanda di Indonesia. (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)