Sejarah kelahiran ilmu pariwisata di Indonesia terjadi pada tahun 1993. Kendati begitu ilmu ini sudah dipelajari dengan intens dalam kuliah-kuliah ilmu ekonomi, sosial, dan humaniora sejak tahun 1970.
Namun masih sedikit orang yang menjadikan ilmu pariwisata jadi jurusan tersendiri. Padahal jika jurusan ini ada maka banyak masyarakat yang diuntungkan. Sedang bagi negara berfungsi jadi alternatif memperoleh pendapatan Nasional.
Ilmu pariwisata di Indonesia berguna memberikan jalan menuju terangnya perekonomian negara. Melalui ilmu pariwisata negara bisa memperhitungkan keuntungan pendapatan Nasional dari jumlah destinasi liburan di negara tersebut. Belum lagi tempat wisata yang terkenal hingga ke Mancanegara.
Baca Juga: Kisah Raja Thailand Sambangi Jakarta Tahun 1960, Disambut Ribuan Rakyat Indonesia
Melalui jurusan ilmu pariwisata “secara tersendiri” maka pendapatan ekonomi negara akan bertambah dari aktivitas wisatawan. Negara bisa makmur dan rakyat sejahtera dari uang hasil pariwisata.
Oleh karena itu pemerintah Orde Baru membentuk kebijakan yang isinya menjadikan Pariwisata untuk sebagai ilmu tersendiri sejak tahun 1993.
Harapannya jika lahir ahli pariwisata, Indonesia akan semakin mendapat keuntungan yang pesat dari kegiatan bervakansi.
Sejarah Kelahiran Ilmu Pariwisata di Indonesia Tahun 1993 dan Bantuan PBB
Menurut Eka Budianta dalam Majalah Kebudayaan Umum Basis yang terbit pada bulan Juli 1993 bertajuk, “Manajemen Wisata”, perumusan sejarah kelahiran ilmu pariwisata di Indonesia dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
PBB sudah merancangnya sejak tahun 1970 di Nusa Dua, Bali. Melalui pemerintah Orde Baru, PBB mendorong kemajuan pariwisata di Indonesia dengan memberi dana bantuan yang besar.
Melalui cara tersebut nantinya PBB bisa ikut berkontribusi menikmati pariwisata di Indonesia dalam berbagai bentuk. Ada yang berbentuk keuntungan finansial dan unlimited akses keluar-masuk destinasi wisata mancanegara (Bali) dengan bebas dan terhormat.
Hal ini membuat sebagian masyarakat underestimate pada sektor pariwisata. Bahkan sebelum ada jurusan pariwisata di bangku perkuliahan, wacana menjadikan suatu daerah jadi tempat pariwisata mengandung konotasi yang agak negatif.
Seperti halnya, “karena ada pariwisata maka banyak timbul pelacuran”. Pariwisata seolah jadi dampak buruk bagi moral masyarakat Indonesia yang sebelumnya berpegang pada kekentalan budaya Timur.
Baca Juga: Sejarah Hotel Inna Garuda Malioboro, Charlie Chaplin Pernah Menginap di Sini
Selain itu tanpa adanya pendidikan pariwisata, bangsa Indonesia mungkin tidak akan pernah tahu jika PBB telah memanfaatkan SDA Indonesia melalui sektor pinjaman modal untuk kemajuan pariwisata.
Melalui pinjaman modal tersebut, menteri pariwisata terkait di zaman Orde Baru membuat PBB seolah telah menanam saham di Indonesia.
Akibatnya mereka merasa memiliki tanah, air, udara, dan keindahan alam Indonesia. Sebagaimana kata-kata Sukarno tentang PBB bagian dari Neokolonialisme yang licik dan suka menghimpun kebohongan.
Lebih Bijak Menilai Dampak Buruk dari Tumbuh Pesatnya Pariwisata
Dengan adanya perkuliahan khusus tentang ilmu pariwisata di Indonesia, para pelaku wisata bisa lebih bijak menilai dampak buruk dari tumbuh pesatnya kegiatan vakansi.
Para pelaku wisata zaman itu akan menilai pariwisata menjadi sektor yang penting. Mereka (Mahasiswa) jurusan pariwisata lebih menghormati budaya-budaya lain yang ada di daerah-daerah Indonesia.
Para pelaku wisata demikian bisa membuat pengetahuannya bertambah, terutama saat membahas tentang sikap (budaya) salah satunya seperti; bijak menilai introspeksi diri dampak buruk dari tumbuh pesatnya pariwisata di Indonesia.
Dengan demikian tugas mata kuliah pariwisata secara khusus telah membawa kemajuan. Terutama membawa kemajuan dalam bidang pendidikan pariwisata.
Baca Juga: Sejarah Industri Batik Pekalongan dan Berkembangnya Syarikat Islam
Masyarakat sadar jika pariwisata tidak membuat moral suatu masyarakat luntur. Karena pariwisata seharusnya moral mereka semakin kuat, mengingat tingginya faktor pluralisme (budaya yang beragam).
Manajemen Pariwisata yang Lebih Tertata Rapi
Perkuliahan dalam jurusan Pariwisata membuat pelaku usaha wisata memiliki manajemen yang lebih terlatih dan tertata rapi.
Mahasiswa Indonesia jurusan ilmu pariwisata memberikan sosialisasi dan pelatihan manajemen pada pelaku usaha di berbagai destinasi wisata. Mereka menyadarkan pelaku wisata untuk jadi aktor yang melayani tamu dengan baik. Sebab dari mereka lah para pelaku wisata hidup.
Tamu (pelancong wisata) ibarat “harta berjalan”. Harganya sama, mereka sama-sama mahal dan yang bisa membawa kehidupannya semakin baik lagi. Dengan demikian salah satu praktik manajemen para ilmuwan pariwisata menempatkan tamu dalam posisi teratas yang harus dilayani oleh pelaku wisata.
Intinya mereka harus sadar wisata. Dengan begitu ketika sadar wisata itu terbentuk secara otomatis akan membuat sektor pariwisata berjalan dengan baik.
Manajemen itu akan terbentuk dengan sempurna seiring pengalaman pariwisata yang luas. Manajemen tersebut juga akan menjadi tolak ukur keberhasilan pengelola wisata.
Maka jika ada tempat wisata ramai tapi kondisi tempatnya tak terawat patut dipertanyakan konstruksi manajemennya. Berjalan dengan baik atau tidak? (Erik/R7/HR-Online/Editor-Ndu)